TASLABNEWS, ASAHAN – Pesta Tapai menjelang bulan suci Ramadan yang dilaksanakan masyarakat di Kabupaten Batubara bukan hanya sebagai kegiatan pelestarian budaya. Pesta ini juga menjadi penggerak ekonomi bagi masyarakat di Kabupaten Batubara, Minggu (9/2/2025).
Pembukaan Pesta Tapai tahun 2025 diresmikan oleh Penjabat (Pj) Bupati Batubara, Heri Wahyudi Marpaung, SSTP MAP pada Sabtu (8/2/2025) malam, digelar di Desa Dahari Selebar, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara Sumatra Utara.
Pelaku usaha UMKM yang bernama Hasan mengakui bahwa dengan adanya Pesta Tapai sangat membantu perekonomian keluarganya, bahkan masyarakat setempat.
Hasan juga mengucapkan terimakasih kepada pihak Pemda Batubara yang sudah mendukung penuh kegiatan pesta tapai yang setiap tahun di laksanakan di wilayahnya.
“Kami para pedagang pelaku usaha kecil UMKM sangat berterimakasih kepada pihak pemda Batu bara, bukan saja mendukung tetapi membantu kami dalam penguatan sektor usaha mikro di Batu Bara. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk lokal dan membuka peluang pasar yang lebih luas,” ucap Hasan.
Di sini, pengunjung bisa menemukan berbagai macam tapai, seperti tapai lemang, tapai ubi, serta berbagai kue tradisional Melayu Batu Bara.
Kue-kue tradisional seperti karas-karas dan rengginang juga banyak dijual. Tapai lemang terbuat dari pulut ketan, sedangkan tapai ubi dibuat dari ubi kayu. Pesta tapai ini adalah tradisi yang sudah ada sejak lama, dan selalu digelar menjelang bulan Ramadan.
Ditambahkannya, Pesta Tapai 2025 akan berlangsung selama 13 hari, menghadirkan berbagai kegiatan yang tidak hanya bernilai sejarah, tetapi juga berdampak positif bagi perekonomian daerah.
Sejak Tahun 1760
Pesta Tapai bukan sekadar ajang seremonial tahunan, tetapi telah menjadi warisan budaya yang berlangsung sejak tahun 1760.
Dilansir dari berbagai sumber, dahulu kala seorang raja di pesisir Batu Bara bernama Datuk Mudo Jalil Lelo Sumaso Tuo.
Raja ini memerintahkan untuk membuat tempat pemotongan sapi dan kerbau sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan.
Banyak orang dari berbagai daerah datang ke tempat ini untuk memotong atau membeli daging, termasuk dari Batu Bara, Labuhan Ruku, Tanjung Tiram, Titi Putih, dan Titi Merah.
Karena banyaknya orang yang datang, raja juga memerintahkan pembangunan kedai-kedai kecil untuk menjual berbagai makanan.
Kedai-kedai ini menjual berbagai panganan seperti lemang, tapai, karas-karas, cendol, dan makanan tradisional lainnya. Selain sebagai tempat jualan, kedai-kedai ini juga digunakan oleh para pendatang untuk beristirahat sebelum pulang ke daerah mereka masing-masing.
Tradisi ini berlangsung turun-temurun, dan hingga kini, setiap kali menjelang bulan Ramadan, orang-orang kembali memotong kerbau dan sapi serta berjualan lemang dan tapai. (int/edi/mom)