TASLABNEWS, MEDAN : Beredarnya surat kenaikan bersyarat terhadap MSF, siswi Kelas XI SMA Negeri 8 Medan, semakin membuktikan adanya faktor balas dendam sang Kepala Sekolah (Kepsek) Rosmaida Asianna Purba, terhadap anak didiknya tersebut.
“Indikasinya jelas, karena Coky Indra, orangtua si siswi telah melaporkannya ke Polda terkait kasus pungli.
Ini jelas bukan sekadar asumsi, karena jelas dari beberapa poin kenaikan kelas bersyarat itu, Kepsek berupaya menekan orang tua siswi dan ditegaskan dengan kata-kata wajib, ini jelas pembungkaman terhadap setiap orang dalam meneriakkan keadilan dan kebenaran di Negeri ini,” kecam praktisi hukum sekaligus alumni SMA Negeri 8 Medan, Arfan, SH di Medan, Kamis (11/7/2024).
Menurut Arfan, di dalam surat itu juga jelas, kenaikan bersyarat dengan 16 poin didalamnya, sengaja dijadikan alat tawar menawar (bergaining) antara Kepsek yang punya kuasa dalam menentukan nasib akademik siswa siswinya, dengan Coky Indra yang telah melaporkan dugaan pidananya ke polisi.
“Jadi kalau dikatakannya bahwa MSF tidak naik kelas karena faktor absensi, jelas itu hanya alasan yang dicari-carinya. Faktanya lihat saja isi dari kenaikan bersyarat itu, memang sudah dirancangnya secara matang agar kasus yang menjeratnya tidak berlanjut,” tegasnya.
Di sisi lain, siswa SMAN 8 Medan Angkatan 1993 ini juga sangat menyesalkan sikap August Sinaga, Kacabdis Wilayah I Dinas Pendidikan Sumut yang sepertinya sengaja melakukan konspirasi dengan Rosmaida demi menyelamatkannya dari kasus pidana.
“Secara kasat mata ini juga sangat kelihatan, karena pemanggilan terhadap Coky Indra dan putrinya pada 8 Juli 2024 lalu ke kantor Cabdis, menggunakan surat Cabdis dan diteken oleh Kacabdis. Tapi kenapa hasil pertemuan berupa kenaikan bersyarat yang kami duga sudah dipersiapkan sebelumnya, justru menggunakan kop surat sekolah. Artinya, undangan kan tupoksi Cabdis, kok jadi hasilnya sepihak dari sekolah. Patut juga diduga bahwa Kacabdis ini menjadi alat Rosmaida dalam membantunya selamat dari tindak pidana,” urainya.
Sambung Arfan, dari penilaian itu semua, ia menyimpulkan, telah terjadi mufakat jahat antara Kepsek dengan Kacabdis dan ketidakpedulian kedua pihak dalam menjaga mental generasi bangsa.
“Saya rasa, Kepsek dan Kacabdis yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam membenahi pendidikan di tanah air, malah membuat presentasi di dunia pendidikan dan sengaja merusak mental MSF sebagai generasi bangsa. Mufakat jahat itu juga bisa kami indikasikan, seolah August Sinaga dan Rosmaida saling memiliki kartu as kejahatan sehingga mau tak mau mereka harus saling mendukung ,” sesalnya.
Karena itu, Direktur LBH Filadelfia ini meminta agar Kadis Pendidikan segera mencopot Kacabdis dan Kepsek, karena keduanya tidak layak lagi menduduki jabatan di dunia pendidikan.
“Di samping itu, dalam kasus ini, pihak kepolisian khususnya Unit PPA di Reskrim baik Polrestabes atau Poldasu, juga harus turun tangan. Tangkap August Sinaga dan Rosmaida Asianna Purba perusak dunia pendidikan di Negeri ini,” pungkasnya.
Seperti diketahui, kasus tidak naik kelas MSF semakin menjadi sorotan, menyusul beredarnya surat kenaikan bersyarat yang dirilis Kepala SMAN Negeri 8 Medan.
Dari hasil investigasi, Rosmaida seperti sengaja meminjam tangan atau menjadikan Kacabdis Wilayah 1 August Sinaga alat, untuk menekan, mengintimidasi dan diduga ada upaya membungkam Coky dan putrinya MSF.
Indikasi itu terlihat jelas mulai dari dikeluarkannya surat berkop surat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Sumatera Utara bernomor : 400.3.8/3015/CABDISDIKWIL.I/2024 yang dikeluarkan di Percut Sei Tuan, 5 Juli 2024.
Dalam surat bersifat penting dengan hal tindaklanjut RDP itu ditujukan kepada Coky Indra, orangtua dari siswa MSF.
Isinya, sehubungan dengan telah dilaksanakannya Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi E DPRD Provinsi Sumatera Utara, perlu kami tindaklanjuti dengan membuat kesepakatan dengan pihak-pihak terkait. Maka, diminta kepada saudara untuk hadir pada Senin, 8 Juli 2024 di ruang rapat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Dinas Pendidikan Sumatera Utara di Jalan William Iskandar No. 9, Percut Sei Tuan (SLB Negeri Autis Sumut). Surat itu langsung ditandatangani Kacabdis Wilayah I Sumut August Sinaga.
Semakin aneh, karena hasil rapat itu malah dituangkan dalam surat berkop sekolah dengan hal peraturan naik kelas bersyarat di SMA Negeri 8 Medan. Parahnya lagi, beberapa poin di dalam surat itu, cenderung apa upaya mengunci ruang gerak Coky Indra, agar tidak menindaklanjuti laporan dugaan pungli oknum Kepsek yang kini bergulir di Ditreskrimsus Polda Sumut.
Di dalam surat bernomor : 420/399/SMAN 8/VI/2024 yang berisi 16 poin kesepakatan dijelaskan, sehubungan dengan surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Nomor : 421.3/5029/Bid.PSMA/VI/2024 tanggal 24 Juni 2024 dan mempertimbangkan Rapat Dengar Pendapat pada tanggal 3 Juli 2024 antara Komisi SMA Negeri 8 Medan dengan Komisi E DPRD Sumatera Utara, maka Kepala SMAN 8 Medan dan perwakilan guru, dapat melakukan naik kelas bersyarat atas nama anak didik Maulidzah Sari dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Anak didik harus berprilaku baik dan tidak melanggar seluruh tata tertib yang telah berlaku di sekolah, berikut tidak melanggar aturan hukum yang berlaku, baik di dalam maupun diluar sekolah
2. Anak didik harus memiliki tingkat kehadiran 90% dari total hari efektif sekolah selama dua semester
3. Anak didik dalam 3 (tiga) bulan awal sekolah, tidak diperkenankan absen tanpa pemberitahuan
4. Untuk selanjutnya setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan, anak didik tidak diperkenankan absen tanpa pemberitahuan
5. Segala sesuatu ketidak hadiran anak didik, tidak diperkenankan pemberitahuan secara lisan, telepon dan WhatsApp, tetapi harus melalui surat yang ditandatangani oleh orang tua anak didik, yang mana surat tersebut harus diantar langsung oleh orang tua kepada Wali Kelas, Kepala Sekolah, Guru BP atau yang diwakilkan sekolah untuk menerima surat tersebut
6. Anak didik yang tidak hadir di sekolah karena sakit, harus dibuktikan dengan surat sakit dari klinik, puskesmas atau rumah sakit berikut dilampirkan foto keadaan sakit anak didik. Bilamana orang tua tidak dapat mencetak foto dalam keadaan sakit, maka bisa dicetak di sekolah
7. Anak didik dan orang tua harus tetap menjaga integritas dan nama baik SMA Negeri 8 Medan
8. Guru dan orangtua bersama-sama berperan aktif dalam meluruskan karakter anak didik, serta memberikan bimbingan, berupa pembinaan, sebab anak didik tidak hanya tumbuh secara akademis, tetapi juga harus tumbuh secara individu yang berakhlak dan mulia
9. Bilamana orangtua anak didik dilakukan pemanggilan oleh sekolah, maka orangtua wajib hadir tanpa diwakilkan
10. Orangtua anak didik harus bersedia menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah untuk semua hal yang berkaitan dengan pembinaan dan perkembangan akademis serta non akademis anak didik SMA Negeri 8 Medan
11. Orangtua anak didik diwajibkan untuk pertama kali menyampaikan segala keluhan, saran dan pertanyaan langsung kepada pihak sekolah melalui kanal komunikasi yang telah disediakan SMA Negeri 8 Medan
12. Bilamana terdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi orangtua atau anak didik, maka orangtua dan anak didik tidak diperkenankan memberitahukan atau menyampaikan kepada pihak diluar sekolah , tetapi orangtua dan anak didik wajib menyampaikan pendapat kepada pihak sekolah
13. Orangtua atau anak didik tidak diperkenankan membuat situasi sekolah tidak kondusif
14. Orangtua anak didik hanya diperkenankan melibatkan pihak luar sekolah (misalnya konsultan pendidikan atau lembaga pendidikan lain), bilamana upaya komunikasi internal dengan pihak SMA Negeri 8 Medan tidak tercapaai kesepakatan atau mufakat
15. Pelibatan pihak luar sekolah harus disertai alasan-alasan yang jelas mengapa keterlibatan pihak luar dianggap perlu
16. Jika persyaratan sebagaimana diatas tidak dipenuhi, maka pihak sekolah dapat meninjau ulang kenaikan kelas bersyarat dengan menurunkan siswa/i ke kelas semula, dan pihak orangtua serta anak didik tidak dapat mengajukan tuntutan berupa apapun kepada sekolah.
Kemudian, surat tersebut ditandatangani oleh Coky Indra di atas materai dan putrinya MSF.
Ada pula tandatangan Dewan Guru Novia Ramhi yang kabarnya tidak jelas sejak kapan diangkat menduduki jabatan tersebut. Serta di paling bawah ditandatangani oleh Kepala SMAN 8 Medan Rosmaida Asianna Purba dan Kacabdis Wilayah I August Sinaga.
Sementara itu, Kacabdis Wilayah I August Sinaga ketika dikonfirmasi terkait hal ini melalui pesan singkat WhatsApp, termasuk poin-poin yang termaktub di dalamnya, sama sekali tidak merespons.
Sementara, Kabid SMA Disdik Sumut Basir Hasibuan mengaku, pihaknya saat ini sudah menerima surat protes dari Ombudsman atas kenaikan bersyarat tersebut.
“Kita sudah menyurati kacabdis agar menindaklanjuti laporan Ombudsman. Kita lihat tindak lanjut dulu,” ucapnya singkat. (Ril)