TASLABNEWS, ASAHAN-Problem klasik menjelang musim tanam kembali terulang. Dalam sepekan terakhir ini, sejumlah petani di Kecamatan Meranti mengaku kesulitan mendapat pupuk bersubsidi.
Di beberapa kios maupun kelompok tani, pupuk yang disubsidi pemerintah seakan menjadi barang langka dan sulit dicari.
Salah seorang petani , di Desa Serdang Kecamatan meranti Asahan mengungkapkan, pupuk bersubsidi jenis Urea dan Phonska dibanderol Rp 150 ribu per sak atau 50 kilogram (kg).
Harga tersebut di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 125 ribu per sak atau Rp 2.500 per kg.
“Selain harga pupuk subsudi di atas harga eceran tertinggi,setiap pembelian pupuk subsidi harus membeli gandengan.” Katanya kepada taslabnews sabtu (03/02/2024).
Para petani itu menduga bahwa kelangkaan pupuk bersubsidi ini tidak lepas dari permainan distribusi.
Tapi anehnya, ketika pupuk bersubsidi langka, di sisi lain, stok pupuk non-subsidi cukup berlimpah. Sehingga petani terpaksa membeli pupuk non-subsidi karena terdesak kebutuhan.
Dan harganya pun tak tanggung-tanggung. Pupuk Urea dan Phonska non-subsidi mencapai Rp 280 ribu per sak, atau dua kali lipat dari harga pupuk subsidi.
‘’Memang sangat mahal, tapi itu sudah menjadi kebutuhan petani. Jadi, berapa pun harganya pasti kami beli,” ujarnya.
Lebih lanjut, para petani tersebut menyampaikan, kelangkaan pupuk subsidi ini sudah menjadi masalah klasik.
Bahkan dapat dikatakan sering. Beberapa bulan lalu, pupuk subsidi juga sempat “hilang” di pasaran.
Petani yang membutuhkan pupuk di waktu musim tanam terpaksa membeli pupuk non-subsidi. (Edi)