TASLABNEWS, ASAHAN-Tiga anak yang mengaku Santri dari salah satu pesantren di Deli Serdang mengaku disuruh/ekploitasi untuk menjual Kelender oleh pihak pesantren tempat mereka menimba ilmu agama.
Kepada wartawan ketiga anak itu mengaku mereka dikirim ke Kabupaten Asahan ada 9 orang untuk jual kelender ke pada warga di Desa Meranti, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Minggu (10/09/2023).
Dari keterangan salah seorang anak berinisial MA (13) dirinya berjualan kelender bersama temanya dari pesantren.
“Kami berangkat 9 orang dari pesantren dengan mobil, target jualan satu hari 20 kelender, dan setiap laku satu maka aku dapat Rp2.500,” terangnya.
Hal yang sama di katakan oleh ST (15). Menurutnya target sekali berangkat 2.000 kalender habis lalu pulang ambil Kelender lagi untuk dijual
“Target satu rombongan 9 orang 2.000 kalender harus habis, setelah itu pulang ambil lagi,” terangnya.
Sementara FU (17) mengaku, kami sudah biasa seperti ini berjualan kalender bahkan sudah sampai kemana mana, pernah ke Aceh, Padang, Jambi, Labuhanbatu dan masih banyak lagi. Rencana setelah ini kami akan ke Prapat dan Samosir.
“Kami senang bisa jalan jalan lihat daerah mana-mana, enggak bosan. Sekalian beribadah, uang hasil jualan kalender untuk membangun pesantren,” ungkapnya.
Ketiga anak tersebut mengaku masih sekolah di pesantren tersebut. Ketiganya mengaku belajar pada malam hari sewaktu istirahat seusai pulang jualan.
Saat ditanya mengenai jumlah siswa pesantren tersebut mulai dari SMP sampai SMA sedrajat, ia mengaku siswa sebanyak 24 orang dan untuk uang mendaftaran menjadi santri di pesantren tersebut sebesar Rp1.5 juta, uang SPP sebesar Rp400 ribu per bulan.
Sementara Ketua Gerakan Bunuh Politik Uang (GBPPU) Kabupaten Asahan Maulana Anur yang akrap di panggil Aan mengatakan, pesantren tersebut bisa di duga melakukan exploitasi kepada anak.
Hal ini jelas ada larangan eksplorasi anak secara ekonomi yang di atur di pasal 761 UU 35/2014 yang menyatakan “Setiap orang melarang menempatkan, membiarkan, melakukan atau turut serta melakukan eksplorasi secara ekonomi, dan atau sex sual terhadap anak,” terang Aan.(Edi/Syaf)