UNTUK mewujudkan masyarakat Kabupaten Asahan sejahtera, religius dan berkatakter merupakan suatu hal yang diidam-idamkan oleh Bupati Asahan H Surya BSc dan Wakil Bupati Taufik Zainal Abidin SSos MSi.
Berbagai cara dilakukan oleh kedua petinggi Pemkab Asahan ini. Salahsatunya dengan berupaya mewujudkan destinasi wisata unggulan di Asahan.
Hal itu dikatakan Kadis Kominfo Asahan melalui Sekretaris Dinas Kominfo Asahan Arbin Tanjung kepada TASLABNEWS, Selasa (21/2/2023).
Menurut Arbin Tanjung, Bupati Asahan telah memerintahkan instansi terkait untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju lokasi wisata serta menata dan mempromosikan sejumlah objek wisata di Kabupaten Asahan.
Bahkan menurut Arbin, berbagai upaya telah dilakukan Pemkab Asahan untuk memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Asahan.
Hal itu karena Bupati dan Wakil Bupati Asahan sangat serius dalam memperhatikan sektor pariwisata yang ada. Hanya saja mungkin karena banyaknya kendala membuat perkembangan sektor pariwisata di Asahan terkesan lambat.
Arbin menambahkan, di Asahan sebenarnya ada sejumlah objek wisata yang layak untuk dikunjungi dan dipromosikan kepada masyarakat luas, seperti objek wisata yang ada di Desa Huta Padang, Kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang berjarak kurang lebih kurang 52 km dari ibu kota Kabupaten Asahan.
Dimana di desa ini terdapat Air Terjun Unong Sisapa yang berjarak lebih kurang 5 km dari Kota Kisaran yang menjadi pusat ibu kota Kabupaten Asahan.
“Saat ini Pemkab Asahan sudah mencoba membuat terobosan untuk mempromosikan objek wisata air terjun Unong Sisapa ini. Hanya saja pasti tidak semudah membalik telapak tangan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata ini,” ucapnya.
Arbin menambahkan, selain itu, di Kabupaten Asahan juga ada objek wisata air terjun siponot yang terletak di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan. Jaraknya lebih kurang 90 km dari Ibu Kota Kabupaten Kisaran.
“Sama seperti objek wisata air terjun Unong Sisapa, Pemkab Asahan saat ini juga sudah mengkaji dan berupaya untuk menjadikan air terjun ini menjadi objek wisata unggulan untuk menarik minat wisatawan,” tambahnya.
Masih dari Arbin, di Asahan juga ada Air Terjun Simonang-monang yang terletak di Desa Bandar Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau yang berjarak lebih kurang 73 km dari kota Kisaran.
“Jadi sejumlah objek wisata air terjun di Asahan sudah dikelola. Dan itu sudah perintah Bupati kepada instansi terkait. Namun mungkin karena ada sejumlah kendala, baik dari infrastruktur, alam dan lainnya membuat upaya promosi sejumlah objek wisata air terjun di Asahan itu terkendala,” tambahnya.
Arbin juga menceritakan bahwa di Asahan juga ada lokasi objek wisata Arung jeram yang berada di aliran sungai Asahan, tepatnya Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan.
“Sebenarnya masih banyak lagi lokasi objek wisata di Kabupaten Asahan yang bisa menarik minat turis manca negara, Nasional dan lokal untuk datang berkunjung ke Kabupaten Asahan,” ucapnya.
Arbin mengakui, memang selama ini lokasi objek wisata itu kurang mendapat perhatian dari Pemkab Asahan. Namun sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Asahan telah berupaya untuk membenahi objek wisata dan mempromosikannya.
Diantaranya dengan dilakukan lomba Abang dan Puan wisata Asahan pada bulan Juli 2022 lalu. Tujuannya, agar Abang dan Puan wisata Asahan ini bisa memperkenalkan sejumlah objek wisata di Kabupaten Asahan.
Dengan harapan, promosi yang dilakukan bisa meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Asahan.
“Meningkatkan jumlah wisatawan yang datang berkunjung secara otomatis akan meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah,” sebut Arbin.
Pantauan wartawan, salah satu objek wisata unggulan Asahan adalah lokasi arung jeram. Objek wisata ini bisa dikatakan punya daya tarik untuk menarik minat para wisatawan di seluruh dunia, khususnya para penggemar olahraga arung jeram.
Itu karena lokasi arung jeram di Asahan merupakan arung jeram terbaik ke tiga di dunia. Bahkan sudah beberapa kali di lokasi arung jeram ini digelar kejuaraan yang diikuti oleh sejumlah atlet dari beberapa negara seperti Malaysia, Jerman, Belanda, Brazil dan Italia.
Para atlet arung jeram manca negara itu mengakui bahwa tingkat kesulitan untuk mengatasi aliran sungai di Desa Tangga Asahan ini.
Salah seorang atlet Arung jeram Indonesia yakni Andri Manulang selaku manager tim arung jeram River Guide Sumatera (RGS) kepada TASLABNEWS mengakui akan sulitnya untuk menaklukkan aliran air sungai di Desa Tangga Asahan itu.
“Saya pernah ikut di kejuaraan arung jeram di Kabupaten Asahan. Memang sulit bang menaklukkan aliran sungainya. Wajar saja jika arung jeram di Asahan ini mendapat predikat sebagai arung jeram tersulit ke tiga di dunia,” ucap Andri yang sudah mengikuti beberapa kejuaraan di tingkat nasional dan dunia seperti di China dan Malaysia dan Singapura.
Hanya saja Andri menyayangkan jika lokasi arung jeram di Asahan ini kurang dipromosikan ke tingkat dunia dan Nasional.
Ia yakin jika Pemkab Asahan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga Pemerintah Pusat gencar melakukan promosi, diyakini lokasi wisata arung jeram ini akan banyak dikunjungi turis manca negara.
Masih dari Andri, ia mengaku senang saat mencoba arung jeram di Asahan. Menurutnya ada kebanggaan tersendiri saat bisa menaklukkan ganasnya aliran sungai yang berada di Desa Tangga itu.
Namun Andri mengaku heran, kenapa bisa arung jeram terbaik ketiga di dunia kalah tenar sama lokasi arung jeram di sejumlah daerah yang ada di Indonesia seperti di Tebing Tinggi, pulau Jawa dan daerah Jambi serta daerah lainnya.
Menurut Andri hal ini menunjukkan bahwa selama ini ada yang salah dalam pengelolaan serta minimnya promosi dalam memperkenalkan arung jeram di Kabupaten Asahan.
“Kalau melihat derasnya arus sungai dan keindahan pemandangan alamnya tidak kalah arung jeram di Asahan ini dengan daerah lain yang ada di Sumatera Utara, atau pulau Jawa. Mungkin karena kurang promosi aja makanya sedikit atlet arung jeram yang mau datang ke sini,” ucapnya.
Andri menyarankan, agar Pemkab Asahan menggandeng media masa seperti televisi, media cetak serta online untuk mempromosikan objek wisata arung jeram di Asahan ini.
Masih dari Andri, ia menyarankan agar Pemkab Asahan membangun sejumlah lokasi istirahat di sekitar lokasi aliran sungai yang menjadi olahraga arung jeram.
“Kalau dibuat joglo, mes, rumah makan, penginapan atau tempat istirahat lainnya dan lokasi air sungainya dikelola pemerintah dengan baik, saya yakin jumlah atlet arung jeram yang datang akan semakin meningkat. Nah satu lagi yang perlu diperhatikan Pemkab Asahan adalah sarana infrastruktur atau akses jalan ke lokasi. Hal itu harus diperbaiki. Agar mempermudah para atlet dan wisatawan yang mau datang ke lokasi arung jeram,” katanya.
Terpisah, Salomo Malau selaku pimpinan sekaligus pendiri salah satu media online di Kabupaten Asahan mengakui jika selama ini Pemkab Asahan memang terkesan kurang dalam mempromosikan objek wisata di Kabupaten Asahan.
Menurut Salomo, sebenarnya di Asahan cukup banyak media online lokal seperti, TASLABNEWS, ASAHAN-Satu, Kisaran online dan lainnya. Seharusnya Pemkab Asahan menggandeng media lokal untuk tujuan promosi objek wisata.
“Selain itu, di Asahan juga sangat banyak wartawan media cetak dan online serta televisi baik tingkat Sumut dan nasional. Apa lagi sejumlah media online tersebut sudah menandatangani perjanjian kerjasama pemberitaan dengan Dinas Kominfo Asahan. Nah dengan gencarnya pemberitaan lokasi wisata di media online yang sudah bekerja sama dengan Dinas Kominfo Asahan, seharusnya objek wisata di Asahan, maka tingkat kedatangan wisatawan seharusnya bisa meningkat,” kata Salomo.
Masih dari Salomo. Di Asahan, selain objek wisata air terjun, arung jeram dan lainnya, di Kabupaten Asahan juga sebenarnya banyak peninggalan sejarah yang bisa dijadikan objek wisata untuk Pemkab Asahan dalam meningkatkan PAD.
Diantaranya adalah peninggalan benda bersejarah seperti makam para keluarga Sultan Asahan, Makam Belanda dan masih banyak lagi.
Namun karena kurangnya perhatian dari Pemkab Asahan, membuat sejumlah objek peninggalan bersejarah itu terkesan tidak terawat dengan baik. Seperti makam keluarga Kesultanan Asahan yang di Sei Kamah Dua.
Salomo mengaku, ia pernah berkunjung ke salah satu lokasi makam dari keturunan Sultan Asahan itu. Kondisinya sangat memprihatinkan. Dimana makam berada di areal perkebunan sawit, di kelilingi semak- semak.
Padahal jika makam dan peninggalan bersejarah lainnya di Asahan dirawat, Pemkab Asahan bisa mengajukan usulan untuk mendapatkan dana cagar budaya perawatan. Selain itu akan bisa mengundang minat wisatawan baik nasional, manca negara dan lokal untuk datang ke Asahan yang akhirnya akan meningkatkan PAD.
Namun karena minimnya perhatian dari Pemkab Asahan membuat cagar budaya Asahan terkesan diabaikan dan membuat lokasi sejarah makam keluarga Sultan Asahan jadi tidak terawat.
Salomo berharap Pemkab Asahan bisa menggandeng para juriat/keturunan Sultan Asahan dalam mencari tahu lokasi bersejarah dari kesultanan Asahan agar dijadikan sebagai destinasi objek wisata unggulan Kabupaten Asahan seperti harapan Bupati dan Wakil Bupati.
Sehingga objek wisata unggulan di Asahan bukan hanya air terjun, arung jeram dan danau buatan saja. Namun ada objek unggulan wisata lain yakni prasasti peninggalan bersejarah. Karena mungkin saja generasi muda di Asahan saat ini sudah lupa bahkan tidak tahu tentang sejarah berdirinya Kabupaten Asahan yang bermula dari suatu kesultanan bernama Kesultanan Asahan.
Salomo mencontohkan, di daerah lain seperti di Pulau Jawa, Bali, dan masih banyak lagi, lokasi bersejarah dikelola oleh pemerintah daerahnya sebagai objek wisata yang bisa meningkatkan PAD.
“Nah di Surabaya, Semarang, Bali, Pekanbaru bahkan di Kabupaten Simalungun yang jaraknya cukup dekat dengan Asahan, ada sejumlah objek sejarah yang dikelolah oleh pemerintah setempat untuk menjadi objek wisata. Hasilnya cukup lumayan dalam membantu peningkatan PAD,” ucapnya.
Salomo menambahkan, saat ini pemerintah pusat dan provinsi Sumatera Utara sedang gencar-gencarnya mempromosikan objek wisata. Bahkan pemerintah juga telah membangun sejumlah akses jalan agar bisa cepat sampai ke lokasi objek wisata, seperti pembangunan jalan tol.
“Nah di Asahan sendiri juga ada pembangunan jalan tol yang bisa mempermudah masyarakat dari daerah lain untuk bisa mencapai lokasi akses objek wisata Danau Toba dan Pulau Samosir. Kenapa Pemkab Asahan tidak memanfaatkan ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek wisata yang ada di Asahan,” ucapnya.
Salomo mengatakan, Pemkab Asahan bisa melakukan lobi dengan pemerintah di Samosir dan sekitaran Danau Toba. Lalu Pemkab Asahan meletakkan atau membuat travel di sana.
“Dengan begitu para duta pariwisata Asahan bisa mempromosikan dan mengajak atau merayu para wisatawan untuk berkunjung ke Asahan dengan menunjukkan master plants sejumlah objek wisata di Asahan, mulai dari Air terjun, lokasi arung jeram, dan lokasi bersejarah peninggalan Kesultanan Asahan,” ucapnya.
Masih dari Salomo, dengan dibangunnya jalan tol di Asahan maka akan mempercepat atau mempersingkat waktu perjalanan. Sehingga wisatawan dari daerah lain tidak akan bosan selama perjalan dari Danau Toba menuju ke Kabupaten Asahan.
“Hanya saja ya akses jalan menuju objek wisata di Asahan juga lokasi sejarah yang dikelola jadi objek wisata harus bagus. Itu lah tugas dari Pemkab Asahan. Jadi di lokasi wisata itu dibangun rumah makan, taman, penginapan. Sehingga wisatawan betah datang kesana. Nah coba bayangkan, akan ada berapa banyak penambahan PAD dari situ,” katanya.
Salomo mengatakan, jika lokasi objek wisata sudah dikelola dengan baik, maka masyarakat di lokasi wisata juga bisa merasakan manfaat yang positif.
Sementara Haura Syah, salah seorang pengamat budaya Melayu di Asahan mengatakan, dalam meningkatkan sektor pariwisata di Asahan pastinya tak lepas dari kebudayaan.
Alasannya, jika di satu objek wisata di Asahan disajikan beragam kebudayaan Melayu Asahan, hal ini pasti akan menambah daya tarik tersendiri dan mungkin bisa meningkatkan keinginan wisatawan internasional, nasional dan lokal untuk lebih mengenal adat kebudayaan Asahan. Sehingga para wisatawan jadi senang berkunjung ke Asahan.
Haura Syah yang lebih akrab dipanggil Alam ini mengatakan, banyak kebudayaan Asahan yang bisa ditampilkan di objek wisata yang ada di Asahan, seperti pencak silat, berbagai tarian melayu seperti tari serampang 12, menyambut tamu, tepak sirih, tari gobuk, mambang, gubang, songgot, ketoguran dan upah-upah.
“Tarian gobuk ini sudah nyaris punah. Tarian ini sebenarnya tarian untuk pengobatan buat masyarakat yang sedang sakit. Hanya saja akibat kemajuan jaman, tarian ini terkesan terlupakan. Nah di Asahan juga ada tarian sebelum masyarakat nelayan mau pergi mencari ikan. Jika tarian seperti ini sering disajikan kepada wisatawan, saya yakin mereka (wisatawan) akan suka,” ucapnya.
Alam yang juga pengerajin tajak Melayu Asahan ini menambahkan, sayangnya Pemkab Asahan seakan kurang memperhatikan kebudayaan Melayu. Padahal Pemkab Asahan ini berdiri di tanah Melayu. Selain itu, asal mula berdirinya Kabupaten Asahan tak lepas dari Kesultanan Melayu Asahan.
“Berkat adanya Kesultanan Melayu Asahan lah makanya ada Pemkab Asahan ini. Tapi kenapa Pemkab Asahan terkesan kurang peduli sama Melayu. Memang di Asahan terdiri dari berbagai etnis, ada Batak, Jawa, Bugis, Nias, Sunda, India, China dan lainnya. Namun Asahan ini adalah tanah Melayu, dan penguasanya dulu raja Melayu,” ucapnya.
“Jadi wajar jika Pemkab Asahan memberikan perhatian khusus untuk masyarakat Melayu, apa lagi pada para juriat/keturunan dari Kesultanan Asahan yang masih banyak tinggal di Kabupaten ini,” ujarnya.
Alam juga menyayangkan, jika selama ini, saat perayaan hari jadi Kabupaten Asahan, Bupati Asahan tidak pernah memakai pakaian adat Melayu.
Padahal di daerah tetangga seperti Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Batubara, setiap ada perayaan hari jadi kabupaten/kota, maka Walikota Tanjungbalai dan Bupati Batubara akan memakai songket, juga tajak sebagai ciri khas pakaian Melayu.
“Nah pakaian Melayu yang dipakai Bupati Asahan saat menyambut hari jadi kabupaten Asahan ini bisa jadi daya tarik wisata, apa lagi wisatawan dari luar daerah,” ucapnya. (***)
Catatan:
Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba yang digelar Dinas Kominfo Asahan