TASLABNEWS, ASAHAN– Bupati Asahan H Surya BSc dan Wakil Bupati Asahan Taufik ZA Siregar diharapkan membuat jadwal agar Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jajaran Pemkab Asahan bisa menggunakan baju adat Melayu saat masuk kerja, minimal seminggu sekali.
Itu dikatakan pemerhati budaya Melayu Asahan Haura Syah usai digelarnya TalkShow di Beno Premium Cafe yang merupakan salah satu Cafe di Kota Kisaran yang para pekerjanya menggunakan busana Melayu sesuai imbauan Pemerintah Asahan.
Acara ini diprakarsai oleh Gerakan Ekonomi Kreatif Asahan (GEKRAFS) bersama para pegiat Melayu di Asahan.
Talkshow ini bertajuk NGOPI ” Ngobrol Pintar ” dengan Tema: Bermelayu di Malam Kamis. Sesuai imbauan pemerintah bagaimana setiap malam Kamis di setiap Cafe di Kota Kisaran menggunakan baju Melayu.
Kepada TASLABNEWS, Senin (8/8/2022) Haura mengatakan, Asahan salah satu negeri Melayu yang memiliki sejarah yang panjang yang memiliki kejayaan Melayu di masa silam dimasa Kesultanan Asahan.
“Jadi sudah selayaknya pemerintah dan masyarakat untuk tidak boleh menghilangkan identitas sejarah Budaya Melayu,” ucap Haura Syah yang juga akrab dipanggil Alamsyah.
” Nah Pemkab Asahan mengimbau agar pengusaha cafe menggunakan busana Melayu seminggu sekali, lalu bagaimana dengan ASN. Harusnya ASN juga diimbau memakai busana Melayu,” ucapnya.
Sementara, Junsu Anai salah satu narasumber Praktisi Busana dan khazanah Melayu dalam sesi pengenalan Busana mengatakan,
mengenakan busana Melayu yang dikenal banyak orang seperti baju teluk belanga, kain songket, tengkuluk atau tanjak memiliki filosofi tersendiri.
Pakaiannya sederhana, sopan, tertutup, longgar dan nyaman digunakan.namun begitu juga kita harus menjaga adab dan aturan cara memakainya.
Acara ini juga dimeriahkan live musik dan di hadiri tamu Undangan para Duta Wisata Kabupaten Asahan 2022.
Di sesi penutup Acara Didi P Yang mengetuai Gerakan Ekonomi Kreatif menyampaikan, setiap hari Rabu malam pelaku usaha Cafe yang menggelar live musik diminta untuk menggelar nyanyian atau tarian Melayu.
Sementara, bagi pelaku usaha yang tidak menggelar live musik diminta para pekerjanya memakai adat busana Melayu Asahan.
“Malam ini mungkin dimulai dari satu cafe Beno ini. GeKrafs berupaya mendukung gerakan Bermelayu Malam Rabu agar kita tak hilang identitas. Ini juga jadi salah satu program prioritas pemerintah daerah yaitu Asahan go wisata,” kata Didi.
Seperti baju kurung, cekak musang, teluk belanga, kain sampin songket, tengkuluk dan tanjak mengandungi nilai filosofis serta memiliki fungsi tersendiri dalam pengenaannya.
Sementara Finalis Pemuda Wisata Asahan Hamzah juga turut menyampaikan banyak gagasan terkait usaha wisata dari sektor budaya. Di mana pada kesempatan itu Hamzah juga memakai busana Melayu lengkap.
Bahkan di masa sebelumnya Melayu sangat mewarnai Asahan sebagai Kabupaten yang memiliki karakter kearifan lokal. Kearifan lokal ini tercatat banyak mendukung wujudnya citra molek Kabupaten Asahan. (Syaf)