TASLABNEWS, ASAHAN-Banjir yang melanda sebagian kawasan persawahan dan pemukiman di Desa Perbangunan, Kecamatan Sei Kepayang juga dirasakan oleh pihak perkebunan swasta.
Hal itu disebabkan karena tingginya curah hujan dan terjadinya pendangkalan dan penyempitan di Sungai Asahan, Sungai Loba dan Sungai Nantalu sehingga luapan ketiga sungai tersebut bukan hanya ke pemukiman penduduk dan persawahan tetapi juga melanda ribuan hektar Areal Perkebunan PT. Inti Palm Sumatra (IPS).
“Beberapa bulan terakhir ini curah hujan sangat tinggi dan juga terjadi pendangkalan serta penyempitan di Sungai Asahan, Sungai Loba dan Sungai Nantalu, dimana posisi Sungai Nantalu yang berjarak 2 KM disebelah barat daya areal perkebunan perusahaan ditambah lagi posisi Sungai Asahan dan Sungai Loba yang masing-masing berbatas langsung dengan areal perkebunan perusahaan dan persawahan masyarakat sehingga tentu saja sangat berdampak bagi masyarakat dan pihak perusahaan,” ungkap Riduan saat di temui wartawan di kantornya, Sabtu (22/8).
Didampingi Penasehat Hukum Sebastian Nainggolan SH MH, Riduan mengatakan pihaknya juga menjadi korban dari peristiwa alam yang kurang bersahabat itu dan saat ini lebih dari 2.500 hektar lahan perkebunan termasuk sarana pemukiman yang berada di areal konsensi milik perusahaan tergenangi air banjir.
“Apa yang dirasakan oleh masyarakat, juga kami rasakan,” ungkapnya dengan menunjukkan empati terhadap peristiwa itu.
Banyak tanaman yang rusak dan produksi terhambat serta perumahan karyawan tergenang air sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
“Maka apa yang dituduhkan kepada kami bahwa perusahaan sebagai penyebab banjir tidaklah beralasan, karena sampai saat ini, lahan perusahaan masih tergenang air,” ungkapnya lagi.
Terkait dengan penutupan Sungai Napitupulu dan Sungai Situmpat, dengan tegas Riduan mengatakan tidak benar pihaknya menutup sungai, mungkin yang dimaksud oleh masyarakat adalah aliran air yang berada di areal konsensi milik perusahan.
“Untuk aliran air ini kita tetap melakukan buka tutup guna menjaga agar benteng penahan banjir tidak jebol, karena apabila benteng penahan banjir tersebut jebol maka bisa menyebabkan banjir yang lebih besar lagi,” ungkapnya lagi.
Bahkan sebagai bentuk empati atas peristiwa yang melanda masyarakat itu, pihaknya telah menurunkan alat berat untuk membersihkan Aliran Air Napitupulu tersebut .
“Ada lebih kurang 600 meter yang telah dilakukan pembersihan, namun karena keterbatasan operasional perusahaan maka pembersihan tersebut tidak dapat kami lanjutkan,” ungkapnya lagi.
Riduan berharap setelah salah satu Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Bapak Ebenezer Sitorus turun kelapangan, maka semua stakeholder mulai dari perangkat desa, kecamatan, pemkab beserta provinsi bisa bersama-sama turun tangan guna menyelesaikan akar permasalahan yang sebenarnya sehingga bencana banjir sebagai efek domino tidak terulang kembali di masa mendatang sehingga roda perekonomian baik masyarakat dan pelaku usaha bisa berjalan yang notabene akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Hasil Seminar Nasional
Beberapa waktu lalu yang dilaksanakan Pemkab Asahan dan Pemko Tanjungbalai mengakui bahwa telah terjadi sendimentasi aliran Sungai Asahan.
Untuk mengatasi sendimentasi ini, negara harus turun dan saatnya ada solusi untuk mengatasinya, ungkap Kapoldasu yang membuka seminar itu melalui Diskrimsus Kombes Roni Santana.
Bupati Asahan Surya juga mengatakan di seminar itu, akibat sendimentasi itu sangat dirasakan dampak buruknya oleh masyarakat dan juga perkebunan swasta yang berdampingan dengan aliran Sungai Asahan itu. (Ril)