Wabah covid-19 sudah mendekati 4 bulan dalam potensi penyebarannya dengan tingkat keterjangkitan virus corona pada update 24 Juni 2020 telah mencapai 47.896 ribu kasus, terjadi penambahan 1.051 kasus dalam 24 jam terakhir dengan jumlah pasien sembuh 19.241 jiwa (tribunnews.com/24-06/2020).
Peningkatan ini mungkin akan berlanjut untuk hari hari yang akan datang. Kondisi ini memang sangat miris dan memprihatinkan jika kita lihat untuk hari – hari yang akan datang , dimana anak anak bangsa ini akan memasuki masa semester baru, baik dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Proses rekrutment yang dilakukan oleh perguruan tinggi pada masa pandemi ini , banyak dengan penggunaan metode on-line untuk sistem pendaftaran mahasiswa baru. Hal ini merupakan langkah yang paling aman dalam kondisi dewasa ini.
Diperkirakan dari 489.601 pendaftar , tercatat ada 96.496 siswa yang ditanyakan lulus dan diterima di 86 Perguruan Tinggi se Indonesia kata Nizam. (Plt Dirjen Dikti) pada AyoSemarang.com/ Rabu (08-04-2020). Jalur penerimaan tersebut akan dilakukan dengan tiga model yaitu dengan SNMPTN, SBMPTN dan JALUR MANDIRI.
Jumlah mahasiswa tersebut akan menjadi lebih besar ketika banyak siswa yang beralih untuk memasuki perguruan tinggi swasta (PTS) untuk tahun akademik 2020/2021.
Menjadi mahasiswa baru adalah impian bagi setiap siswa yang sudah lulus dari tingkat sekolah menengah atas. Memang jika kita lihat pada tahun tahun sebelumnya kondisi untuk menjadi mahasiswa baru tidak menjadi persoalan atau problema ketika mahsiswa tersebut memulai masa belajarnya.
Namun untuk kondisi sekarang, dimasa pandemi covid-19 ini banyak kebijakan yang harus diperhatikan untuk setiap perguruan tinggi.dalam menghadapi masuknya mahasiswa baru. Terutama bagi perguruan tinggi yang mahasiswa barunya banyak datang dari luar daerah, sudah pasti harus ada aturan ketat yang diterapkan, apalagi saat ini kita berada di tahapan new normal.
Kebijakan new normal yang merupakan babak baru dari tatanan kehidupan di tengah pandemi yang belum selesai, dapat dikatakan bukan menjadi alternatif bagi mahasiswa untuk melakukan proses perkuliahan dengan tatap muka.
Walaupun protokol kesehatan di terapkan oleh setiap perguruan tinggi bukan menjadi solusi dalam menghadapi masuknya mahasiswa baru. Sebab Menteri Pendidikan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi pada semua zona masih dilakukan dengan daring, hingga ada kebijakan yang lebih lanjut.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa universitas meiliki potensi yang lebih mudah dibandingkan dengan pendidikan menengah dan dasar. Hanya untuk aktivitas prioritas yang mempengaruhi kelulusan mahasiswa , maka pimpinan perguruan tinggi mengizinkan mahasiswa datang ke kampus ( sumber kompas.com 15/6/2020). Hal yang dapat di jadikan pedoman bahwa pembelajaran daring adalah tetap dijalankan untuk tahun akademik 2020/2021.
Memang jika dikaji dengan baik, hal ini merupakan langkah aman untuk menjadikan keselamatan yang utama.
Berarti mahasiswa baru juga di ajak untuk memahami bagaimana kuliah dengan sistem daring, akan tetapi bagimana mereka untuk masuk dalam kelompok mata kuliah? mengenal dosen mata kuliah?, sudahkah mereka paham akan kondisi kampus yang mereka masuki???
Itu perlu jawaban yang tidak bisa di dalam hati. Harus ada solusi konkret dan nyata. Banyak hal yang harus diperhatikan ketika pembelajaran daring diterapkan
1. Kemampuan akses untuk jaringan internet
Tidak semua lokasi saat ini yang bisa di jangkau oleh fasilitas internet, masih banyak daerah yang belum bisa terjangkau oleh sistem jaringan internet. Mahasiswa datang tidak hanya dari daerah kota tapi juga dearah desa yang nota bene masih banyak susah di jangkau internet jika mereka belajar dari rumahnya. Harus ada daya dukung yang sangat baik agar semua ini bisa berjalan dengan baik.
2. Kemampuan mahasiswa memahami model pembelajaran,
Kemampuan menelaah materi yang disampaikan dengan sistem daring, banyak hanya bersifat penugasan dalam bentuk slide power point, modul pdf dan lain sebaginya. Masih banyak bingung memahami materi jika hanya diberikan, tanpa di jelaskan dengan baik.Mahasiswa baru tersebut datang dari berbagai model pembelajaran dari sekolah menengah atas yang berbeda, dan sudah pasti banyak yang belum awam akan model pembelajaran daring.
3. Penerapan untuk materi praktikum
Untuk materi kuliah praktikum, sudah pasti mahasiswa baru akan kerepotan memahami proses kuliahnya, apakah dengan zoom bisa efektif atau yang lainnya??, bagaimana kemampuan mahasiswa menangkap materi juga harus di pahami.
Apakah di rumah mahasiswa harus menyediakan labaratorium?? Banyak lagi yang harus diperhatikan untuk mata kuliah model praktikum
Dan banyak persoalan lain untuk di kaji dengan secara baik, penerapan kuliah daring untuk diterapkan pada tahun akademik 2020/ 2021 ke depannya.
Fakta di lapangan saat ini sungguh miris dan justru berbeda dengan harapan, sebab kita sering melihat , banyak nya kaum muda yang duduk nongkrong di kafe, di lokasi wisata berada di tempat nongkrng yang dari hasil pengamatan penulis di dominasi oleh kaum muda mahasiswa, terlihat mereka cuek atau sudah bosan dengan keadaan ini, ??? mereka yang tau jawabanya.
Di tambah hasil survey penulis terhadap mahasiswa dari 6 perguruan tinggi yang mengatakan bahwa kuliah daring itu tidak efektif, tidak dapat dipahami arah tujuan pembelajaran dan banyak jawaban bahwa untuk secepatnya kuliah tatap muka dan mereka kurangrespon terhadap kuliah daring.
Mereka memiliki harapan yang mereka tanyakan…kapan vaksin ditemukan?? dan kapan di bagikan kepada warga…rasa bosan bisa melanda…..itu wajar…sebab kita manusia yag tidak mungkin di rumah terus menerus, mahasiswa ingin kembali kepada aktivitas kembali normal seperti sedia kala…itu jawab mereka.
Semoga Vaksin di temukan secepatnya … itu harapan kita semua … Semoga Indonesia Sehat … (*)