TASLABNEWS, ASAHAN – Puluhan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah (STIHMA) Kisaran – Asahan menggelar mimbar akademik didepan kampus, mengecam tindakan arogansi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Asahan (26/6/2020).
Kecaman tersebut di sampaikan atas insiden blokade akses masuk dan penyegelan kampus STIHMA serta pembubaran paksa kegiatan perkuliahan dengan ejekan “Mahasiswa Bodoh” yang dilakukan Pengurus IMM Asahan sehari sebelumnya, (25/6/2020).
Salah satu Mahasiswa STIHMA, Yuha Syufat dalam orasinya menyampaikan rasa kecewa terhadap tindakan IMM Asahan yang dinilai Arogan sehingga mengganggu kegiatan perkuliahan bahkan saat itu sedang berlangsung ujian akhir semester.
“Kita kecewa atas ulah IMM Asahan yang katanya intelektual, gara-gara mereka, perkuliahan terganggu, padahal sedang berlangsung ujian, ditambah lagi saat dibubarkan, kami juga diejek- ejek sebagai mahasiswa bodoh. Silahkan sampaikan aspirasi tapi jangan ganggu hak kami,” ucap Yuha lantang.
“Jika ada permasalahan dengan pimpinan STIHMA, selesaikan secara kelembagaan, jangan ganggu kampus atau perkuliahan. Apalagi yang melakukan aksi blokade dan penyegelan bukan Mahasiswa STIHMA, tapi ada mahasiswa dari kampus lain,” sambungnya.
“Hari ini kami bersuara untuk membela hak kami sebagai mahasiswa STIHMA yang diganggu perkuliahannya, disegel kampusnya, diejek-ejek sebagai mahasiwa bodoh,” kata Yuha
Yuha juga berharap Pihak Kepolisian Resor Asahan agar berani bertindak tegas terhadap IMM Asahan jika kembali mencoba menyegel kampus STIHMA, serta menangkap koordinator dan penanggung jawab dari aksi yang dilakukan IMM tersebut sebab diduga telah melanggar maklumat Kapolri tentang Pandemi Covid-19.
“Polres Asahan harus bisa bertindak tegas terhadap IMM jika kembali menyegel kampus kami, kalau perlu tangkap penanggungjawab aksi dan korlapnya, karena melanggar Maklumat Kapolri tentang Covid-19” pungkas Yuha.
Tak berapa lama setelah Aksi Mimbar Akademik selesai, kemudian terlihat beberapa orang kader IMM Asahan juga melakukan Aksi penyebaran pernyataan sikap (Statement). Namun aksi tersebut dilakukan diluar lingkungan kampus, di pinggir jalan didepan kampus STIHMA Kisaran – Asahan kepada penguna jalan yang lewat.
Didalam pernyataan sikap tersebut dituliskan bahwa IMM Asahan mengecam Tindakan Arogansi Ketua STIHMA Kisaran terhadap kader IMM, mendesak ketua STIHMA untuk mencabut somasi terhadap kader-kader IMM, dan mengecam tindakan kampus yang anti kritik sehingga mematikan demokrasi kampus. Setelah statement habis di sebarkan, mereka langsung bubar dan pergi.
Sementara itu diketahui sebelumnya bahwa permasalahan ini bermula atas diskorsingnya 9 mahasiswa STIHMA Kisaran, Asahan beberapa bulan lalu, karena melakukan aksi demonstrasi ditengah situasi pandemi.
Pimpinan STIHMA beralasan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh 9 Mahasiwanya telah melanggar Maklumat Kapolri tentang COVID-19 serta Kode Etik STIHMA. Hal itu disampaikan oleh Kepala STIHMA Kisaran-Asahan melalui Juru bicaranya, Safrizal di Pesan WhatsApp kepada wartawan.
“Mereka demo minta libur karena pandemi, saat itu Badan Pembina Harian (BPH) dan Pimpinan STIHMA juga sedang rapat membahas tentang sistem perkuliahan dimasa pandemi. Sudah dipanggil BPH, namun mereka memutuskan untuk tetap demo. Akibatnya mereka di skors dan diancam dicabut dari program beasiswa namun itu semua juga bisa ditolerir asal ada itikad baik,” kata Safrizal.
Selanjutnya pasca ‘penyekoran’, para mahasiswa tersebut kemudian meminta advokasi kepada IMM Asahan dalam upaya mendapatkan kembali hak-haknya.
Namun yang terjadi malah beredarnya berita sepihak yang menyatakan bahwa STIHMA Kisaran – Asahan menggelapkan dana beasiswa.
Atas dasar tersebut kemudian Pimpinan STIHMA melayangkan somasi kepada beberapa individu yang kebetulan tergabung didalam IMM Asahan.
“Sejatinya somasi adalah bentuk teguran, tujuan somasinya juga individu, bukan lembaga IMM nya. Namun mungkin karena mereka tak terima, akhirnya mereka melakukan aksi ke kampus STIHMA tanggal 25 semalam dengan alasan Solidaritas kader IMM,” ungkap Safrizal.
Safrizal juga mengatakan bahwa mengenai urusan 9 mahasiswa yg diskor akan segera dituntaskan dgn mediasi yg akan di gelar pada hari Sabtu tgl 27 Juni 2020 besok.
Syafrizal juga menyayangkan tindakan Polisi yang hadir dilokasi saat aksi blokade dan penyegelan kampus serta bakar ban yang dilakukan IMM Asahan didalam Kompleks Wilayah Perguruan Muhammadiyah pada 25 Juni kemarin karena tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap peserta aksi yang mulai mengarah kepada anarkis.
“Polisi memang hadir di lokasi, namun hanya diam ditempat dan tak berani membubarkan massa, padahal mereka bakar ban, memblokade akses jalan masuk, mereka juga menyegel kampus dan meneriaki mahasiswa yang sedang ujian dengan ejekan mahasiswa bodoh yang dapat mengundang potensi bentrok” pungkas Syafrizal.
Syafrizal juga mengingatkan kepada kader IMM Asahan yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Muhammadiyah bahwa Seyogyanya IMM itu adalah kader Muhammadiyah yang cerdas dalam pemikiran, anggun dalam moral. (rbb/mom)