TASLABNEWS, ASAHAN-Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Instiper Yogyakarta berkolaborasi dengan KAMMI Daerah Asahan, dan Persatuan Mahasiswa Sumatera Utara (PMSU) Turki melaksanakan diskusi online tentang kuliah di luar negeri melalui jalur beasiswa dan jalur mandiri.
Kegiatan ini mengambil tema “Anak Desa Menembus Batas Dunia”. Diskusi ini dilakukan melalui grup WhatsApp, dan diikuti 138 pelajar SMA maupun perguruan tinggi dari berbagai daerah di Indonesia.
Pemateri pertama dalam diskusi ini adalah Amar Ma’ruf, seorang dosen muda Universitas Asahan, penerima beasiswa S2 dari Kemenristekdikti di Universitas Gadjah Mada (2014-2016), juga saat ini penerima beasiswa S3 dari Pemerintah Turki di Akdeniz University.
Pemateri kedua yaitu Gading Ramadhan Siagian, mahasiswa Jurusan Teknik, Suleyman Demirel University, Turki. (20/05/2020).
Rahmad, Ketua Umum KAMMI Instiper dalam pembukaan diskusi mengatakan ia setuju dengan pendapat Paulo Freire pemikir dari Brazil, bahwa pendidikan itu membebaskan manusia dari setiap penindasan dan ketidakadilan.
“Namun pandangan kebanyakan orang saat ini melihat pendidikan hanya sebagai awal sebuah jabatan atau kedudukan. Sedangkan kita yakin ilmu itu unsur yang bebas nilai, tidak terikat apa pun dan terus berlanjut hingga pasca pendidikan formal. Atas dasar tersebut, kami menginisiasi diskusi ini,” ucapnya.
Amar Ma’ruf, pemateri pertama menjelaskan, menuntut ilmu itu kan perintah Allah yang insya Allah sebagai hadiahnya akan ditinggikan derajatnya baik di dunia dan di akhirat.
“Karena itu perintah, berarti jalan menuntut ilmu itu sudah ada di takdir kita masing-masing. Tinggal tergantung kita, mau sungguh-sungguh ikhtiar ambil takdir tersebut atau tidak. Ikhtiar awal ditunjukkan dari niat. Kalau niatnya sunggu-sungguh maka akan sabar dan tekun dalam menjemputnya,” ucapnya.
Dalam sesi tanya jawab, Amar memberi beberapa tips untuk memperoleh beasiswa.
“Kita harus percaya diri, dan jangan takut tidak lolos supaya tidak gampang menyerah. Misal pun gagal, coba kesempatan yang lain, coba kesempatan selanjutnya, sangat banyak pintu beasiswa. Tapi kalau apply takut tidak lolos, malah nyerah duluan, tidak jadi daftar. Walau tidak semua beasiswa mempersyaratkan Bahasa Inggris, tapi sebaiknya mumpung masih banyak waktu, mumpung masih muda kita tingkatkan kemampuan Bahasa Inggris, bisa kursus atau belajar otodidak. Kemampuan Bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya sangat menjadi nilai tambah. Untuk info beasiswa terbaru, di antaranya bisa akses di beasiswapascasarjana.com atau facebook IR Student Update,” terang pemuda asal Desa Sidomulyo, Asahan tersebut.
Pemateri kedua, Gading Ramadhan Siagian berbagi pengalaman kuliah di Turki lewat jalur mandiri.
Menurutnya, jalur masuk kuliah di Turki untuk mahasiswa asing ada dua model, yaitu melalui ujian YOS (Yabanci Ogrenci Sinavi) dan SAT (Scholastic Aptitude Test).
YOS memang lebih familiar untuk pelajar Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir beberapa universitas negeri di Turki rutin mengadakan ujian di Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta.
Apalagi dalam 3 tahun terakhir, mereka semakin membuka lebar peluang mahasiswa Indonesia. Bukan hanya di di Jakarta, bahkan berencana membuka ujian YOS di kota besar lainnya seperti Bandung, Medan, dan Aceh.
Dalam sesi tanya jawab Gading menambahkan tentang kelebihan YOS dan SAT “YOS itu ujian tertulis terdiri dari ujian matematika, bahasa asing, dan logika. Kalau lulus, kita lebih tau kapasitas kita untuk menjalani perkuliahan. Kalau SAT atau jalur berkas, kita lampirkan nilai rapor, ujian akhir, dan nilai YOS (jika ada).
Tapi kita tidak bisa pilih jurusan yang kita mau, karena ketika mendaftar kita disuruh milih 10 jurusan bahkan lebih, nanti dipilih di jurusan mana kita yang bisa lolos. Tapi hanya beberapa kampus saja yang buka jalur berkas.” Terang pemuda asal desa Teluk Pulai, pelosok Labuhanbatu Utara tersebut. (Ril/Syaf)