TASLABNEWS, KARO – Nurul Esa Bella, warga Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang yang kesehariannya bekerja sebagai penjual parfum, menjadi korban penculikan dan penganiayaan dari 7 orang tak dikenal (OTK). Saat ditemukan, wanita 30 tahun ini berlumur darah.
Informasi yang diperoleh dari Kapolsek Barusjahe, AKP Firman Tarigan melalui Kanit Reskrim, Aiptu Hermanta Ginting mengatakan bahwa pada hari, Minggu (10/11/2019) sekitar pukul 01.30 WIB masyarakat Desa Sukanalu datang ke Polsek Barusjahe membawa Nurul Esa Bella yang mengalami luka.
Anggota piket selanjutnya membawa wanita tersebut ke Puskesmas Barusjahe. Korban lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Kepada petugas, korban mengaku dibawa kemudian dibekap dan dianiaya oleh tujuh orang tak dikenal di SPBU kawasan Asrama Haji Kota Medan dan dibuang di Desa Suka Nalu tepatnya di dekat simpang jalur alternatif ke Desa Suka Dame.
Petugas piket bersama saksi pun berangkat untuk memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). Bersamaan, petugas menghubungi keluarga korban, M Harudy.
M Harudy, warga Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang sangat terkejut saat menerima telpon dari pihak kepolisian yang mengatakan, putrinya, Nurul Esa Bella ditemukan sekarat setelah diculik dan dianiaya oleh tujuh orang tak dikenal.
Khawatir dengan kondisi putri sulung dari lima bersaudara itu, M Harudy pun berangkat ke Barus Jahe. Setiba di sana, ia melihat putrinya berlumur darah. Terdapat luka di bagian wajah yang juga mengalami lebam-lebam.
“Karena kulihat anakku berlumur darah, ada luka robek di bagian wajahnya dan matanya lebam, makanya terus kubawa ke Rumah Sakit Brimob Medan untuk mendapat perawatan,” kata M Harudy, Selasa (12/11).
Ketika diinterogasi, sang putri mengaku diculik dari Kota Medan oleh 7 OTK. Selama penculikan itu, korban mengalami penganiayaan berat. “Kalau ceritanya (korban), mungkin mau dibunuh mereka anakku ini. Soalnya mata anakku ditutup lakban dan tangannya diikat,” bebernya.
Menurut M Harudy, selama ini putrinya bekerja sebagai penjual minyak wangi (parfum) dengan cara keliling dari satu warung ke warung lainnya di kawasan Kota Medan. “Dia (korban) biasa setiap Sabtu pulang ke Limau Manis. Di Medan dia ngontrak,” tutur ayah lima anak ini.
Dari penjelasan putrinya itu, M Harudy menduga kuat jika penculikan dan penganiayaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan korban. Pasalnya, korban mengaku sedang bermasalah dengan salah seorang mitranya. Awalnya korban menitipkan 10 botol parfum kepada sang mitra. Harga sebotol parfum Rp50 Ribu.
Namun, setiap ditagih, sang mitra yang belum diketahui identitasnya itu selalu menghindar. “Kalau cerita anakku, mungkin saja awalnya gara-gara 10 botol minyak wangi yang diutang. Karena mereka selalu bersitegang kalau ditagih,” terang M Hairudy meniru pengakuan putrinya.
Tak terima dengan peristiwa yang dialami putrinya, M Harudy melaporkan kejadian tersebut ke Porestabes Medan. Ia berharap Polrestabes Medan segera mengungkap kasus tersebut.
“Saat ini kondisi anakku masih labil akibat kejadian itu. Kami keluarga berharap polisi bisa mengungkap kasus ini,” harapnya. (int/mom)