TASLABNEWS, ASAHAN – Para pejabat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Asahan dianggap tak paham tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) nya.
Pasalanya Dinkes Asahan tidak pernah melakukan pengecekan terhadap alat yang digunakan para tukang pangkas dan salon untuk memangkas dan mencukur rambut pelanggannya.
Itu dikatakan Wahyu kepada taslabnews, Sabtu (21/9). Menurut alumni fakultas kesehatan masyarakat ini, di setiap Dinas Kesehatan pasti ada bagian kesehatan lingkungan.
BERITA SEBELUMNYA:
Waduh Gawat, Dinkes Asahan Tidak Pernah Data Salon dan Tukang Pangkas
“Nah bagian itu biasanya yang menangani ini. Aktivitas salon seperti facial, medi pedi, gunting rambut/pangkas dan sebagainya menggunakan peralatan yang bersetuhan langsung dengan kulit manusia/pasien sangat rawan menyebarkan penyakit,” ucapnya.
“Beberapa penyakit yang mungkin bisa menular lewat interaksi alat salon yang tidak terjaga kebersihannya seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC. Penularan TBC kan lewat udara. Bisa jadi pelanggan salon sedang sakit saat pangkas, karena interaksi antara petugas salon dan pelanggan sangat dekat, pada saat mencuci rambut, atau facial, bisa saja pegawai salon tertular melalui udara,” ucapnya.
Mengenai gunting dan pisau cukur yang digunakan salon dan tukang pangkas juga bisa menularkan penyakit. Jadi bisa gawat jika memang Dinkes Asahan gak pernah memeriksa kesterilan peralatan salon. Itu menunjukkan pejabat dan pegawai dinkes tak peduli atas kesehatan masyarakat dan tak paham tupoksinya,” ucapnya.
Menurutnya, pelatihan higiene dan sanitasi kepada pengelola salon dan pangkas rambut atau barber shop untuk mencegah penularan penyakit sangat penting dilakukan.
Sebelumnya Sekretaris Dinkes Asahan Santoso mengakui Dinkes Asahan belum pernah melakukan pendataan tempat salon dan tukang pangkas (barber shop) yang ada di Kabupaten Asahan juga mengecek kehigenisan peralatan salon yang digunakan.
“Yang pernah, dulu ada dilakukan penyuluhan dari Dinas Kesehatan terhadap para pengusaha salon dan pangkas. Tapi itu udah lama sekali,” ungkap Santoso.
“Dan sampai sekarang belum pernah ada lagi sosialisasi,” katanya. (Syaf)