JIKA KITA berbicara tentang adat istiadat/kebudayaan Melayu Asahan mungkin akan panjang menceritakannya.
Pasalnya, dalam budaya Melayu Asahan banyak kebudayaan dan ritual. Saat ini memang kita akui bahwa kebudayaan dan ritual Melayu Asahan banyak yang sydah nyaris hilang.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE
Malam ini, saya lagi galau dengan banyaknya pikiran yang ada dibenak saya. Sebagai keturunan Melayu saya merasa heran. Kenapa saat ini banyak adat istiadat/kesenian/kebudayaan Melayu di Asahan yang nyaris punah.
Di suatu kafe di Jalan Kartini Kisaran, saya bersama teman bernama Salomo Malau pun mencoba mencari hiburan di insomia kafe.
Sambil mendengarkan musik kami bercerita panjang lebar. Lagi enak bercerita, sambil mendengarkan lantunan musik, entah kenapa pikiran saya teringat kembali tentang kebudayaan dan kesenian melayu.
Dibenak saya muncul pertanyaan. Bukankah Melayu Asahan memiliki banyak jenis tarian, nyanyian yang indah.
Lagu-lagu melayu seperti Cindai, senandung dan lainnya jika digubah dengan aransemen yang baik pasti akan terdengar sangat indah.
Begitu juga dengan beragam jenis tariannya. Seperti tari serampsng dua belas, persembahan dan tarian lainnya.
Namun entah kenapa dari sekian banyak kebudayaan melayu, terlintas dipikiran saya tentang tari gobuk.
Ya tarian ini seingat saya pada saat saya masih kecil masih sering dipertontonkan. Saya teringat cerita mamak saya Hj Yuslinar AS (75). Menurutnya, Tarian gobuk diyakini sebagai seni tari yang mengandung unsur mistik/gaib.
Dimana tariannya ini dikaitkan dengan tarian memanggil arwah para leluhur untuk pengobatan orang sakit. Namun tarian ini sempat populer hingga awal 1990 an.
Hanya saja saat ini pertunjukan tari gobuk ini sekarang sangat sulit ditemukan/ditampilkan di Asahan.
Mungkin ini karena minat para generasi muda di Asahan minim untuk mempelajari gerakan dari tarian ini.
Hal ini diperburuk dengan minimnya kepedulian unsur pimpinan di Kabupaten Asahan dalam melestarikan kebudayaan melayu.
Padahal, jika saja tarian ini terus dibudayakan, bukan tak mungkin tarian ini bisa menjadi penarik minat bagi wisatawan untuk datang ke Asahan.
Dengan banyaknya wisatawan yang datang, maka secara otomatis akan meningkatkan PAD Asahan.
Karenanya saya sangat mengharapkan agar pemimpin Asahan ke depan untuk lebih peka dan jeli dalam memanfaatkan kebudayaan sebagai sumber peningkatan PAD.
Kenapa saya bilang seperti itu. Karena berdasarkan pengalaman saya saat berkunjung kebeberapa daerah di nusantara, seperti Aceh, Padang, Bali, Palembang, Bandung, Siantar, Simalungun dan daerah lainnya, saya melihat para wisatawan manca negara sangat antusias jika melihat penampilan seni kebudayaan daerah.
Bahkan banyak dari wisatawan yang ingin belajar keindahan budaya dari Indonesia. Pasalnya selain ingin melihat keindahan alam kita, para wisatawan manca negara ini juga ingin menyaksikan beragam seni kebudayaan masyarakatnya.
Mulai permainan tradisional, tarian, ritual, permainan alat musik tradisional, tarian dan masih banyak lagi.
Lalu kenapa kita sebagai warga Asahan tidak memanfaatkan seni kebudayaan melayu untuk menarik minat wisatawan agar datang ke Asahan.
Bukan kah saat ini pemerintah pusat dan provinsi juga daerah disekitaran Danau Toba sedang getol-getolnya melakukan promosi dan perbaikan untuk mendatangkan wisatawan manca negara.
Nah Asahan yang jaraknya hanya kurang lebih 3 jam perjalanan ke Danau Toba bisa ikut memberikan andil untuk peningkatan pengunjung Danau Toba.
Caranya ya dengan memberikan penampilan objek wisata kebudayaan untuk disuguhkan kepada wisatawan. Itu lah yang kita jual dan diharapkan bisa menjadi icon kita yang akhirnya meningkaykan PAD.
Disini lah diperlukan peran serta Pemerintah Kabupaten Asahan dan unsur pemangku adat kebudayaan melayu di Asahan. Ayo coba ciptakan kreasi kesenian budaya melayu untuk menarik minat wisatawan datang ke Asahan. (BERSAMBUNG)