PADA TULISAN sebelumnya saya telah menjelaskan bagaimana tata cara dan alat yang dibutuhkan untuk menggelar pelaksanaan tari Gobuk.
Ya untuk melaksanakan tarian ini membutuhkan beberapa peralatan seperti tujuh buah Gobuk (tujuh buah periuk tanah), pucuk daun kelapa muda, bunga Setaman dalam tujuh jenis (bunga kantil warna merah dan putih, bunga cempaka, bunga kenanga, bunga mawar warna merah, putih dan kuning), kemenyan, minyak duyung (minyak wangi) dan beberapa peralatan lain.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE
Pada tahun 1940 an hingga awal tahun 1990 an tari Gobuk diyakini bisa digunakan untuk mengusir marabahaya dari penyakit yang datang dari unsur mistik.
Tarian ini juga diyakini bisa menghubungkan penari dengan dunia gaib yang didalamnya melahirkan sebuah upacara keagamaan.
Dalam tarian gobuk ini ada nyanyian yang dikumandangkan yang dikenal siar Mambang.
Tarian ini dikenal masyarakat dengan sebutan tari Gobuk yang awalnya memiliki gerak yang bersifat improvisasi, tetapi seiring perkembangan zaman tari Gobuk mulai dikembangkan dan memiliki tahapan yang tertata rapi disetiap gerakanya.
BERITA SEBELUMNYA:
Kemudian tarian ini dikembangkan lagi oleh para seniman lainnya, dengan adanya perkembangan dan penambahan ragam gerak, tanpa menghilangkan ragam gerak tari yang surah ada.
Tari Gobuk yang awalnya adalah sebuah upacara ritual memanggil roh semakin sering dilaksanakan masyarakat Pesisir Asahan pada zaman dulu.
Masyarakat merasa tertarik bahkan popularitasnya meningkat sampai tahun 1980, apabila ada keluarga yang sakit disebabkan karena gangguan jin atau roh halus, ataupun para nelayan yang sedang kesusahan di tengah laut untuk mencari ikan, serta untuk mengetahui baik buruknya cuaca dan keberadaan isi laut.
Dengan meningkatnya nilai-nilai keagamaan khususnya ajaran Islam, upacara tari Gobuk dikalangan masyarakat Melayu Asahan sekarang sudah jarang dilaksanakan, karena dianggap bertentangan dengan agama.
Hal itu lah yang membuat akhirnya tari gobuk ini mulai hilang dan tak pernah lagi digunakan.
Padahal jika pun memang bertentangan dengan ajaran agama, tarian ini sebenarnya masih bisa digunakan untuk dipertontonkan kepada masyarakat dan wisatawan.
Caranya, dilakukan aransemen tarian yang sedemikian mungkin dan dihilangkan unsur mistik dalam tariannya.
Seperti membuang kemenyan, dan wangi-wangian serta bunga saat dilakukanya pagelaran tari gobuk.
Sujud Prayetno Kepala Desa Silau Laut, Asahan mengatakan, melestarikan kebudayaan adalah suatu hal yang harus dilestarikan.
Tujuannya agar kelak para generasi muda di Asahan bisa tetap mengenal tentang kebudayaan mereka.
Senada dikatakan Ketua KNPI Asahan Agus Ramanda. Menurutnya setiap kebudayaan harus tetap dipertahankan agar kelak generasi penurus bisa tetap mengensl warisan nenek moyangnya.
Terpisah, Wagubsu Musa Rajeckshah mengatakan, ia sangat mendukung pelestarian kebudayaan.
Ijeck (panggilan akrab Musa Rajeckshah) mengatakan, generasi muda harus tahu adat istiadat kebudayaan warisan leluhurnya. (****)