KEMBALI saya akan mencoba membahas tentang ritual tarian Melayu Asahan. Sebenarnya banyak ritual yang ada seperti mambang, gubang, songgot, ketoguran, gobuk, upah-upah dan lainnya.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE
Setiap ritual di kebudataan Melayu mempunyai peran yang khusus dalam kehidupan sosial masyarakat.
Tapi saya tidak akan membahas semua tarian ritual di adat istiadat Melayu Tanjungbalai dan Asahan. Saya hanya akan membahas soal ritual gobuk.
Menurut orangtua saya Hj Yuslinar AS (75), ritual ini merupakan pengobatan untuk kesembuhan dari penyakit yang diderita oleh seseorang.
Penyakit ini merupakan penyakit keturanan yang sering disebut dengan puako bagi masyarakat Asahan dan Tanjungbalai.
BERITA SEBELUMNYA:
Proses dalam pengobatannya menggunakan beberapa unsur-unsur yang berkaitan dengan kepercayaan antara iman kepada Tuhan dan kepercayaan dan roh leluhur.
Proses pengobatannya, menggunakan tata cara yang harus matang dan dipersiapkan secara detail, agar hal-hal yang menjadi keinginan dari pasien dan datuk yang sedang dirasuki arwah leluhur untuk mengobati dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam ritualnya, unsur musik dan tari adalah pendorong utama agar ritual dapat berjalan.
Unsur-unsur seni inilah yang menjadi daya tarik pengobatan gobuk karena menggunakan beberapa instrumen musik yang mulai punah dari masyarakat Tanjungbalai dan Asahan.
Sedangkan tari yang digunakan adalah tari gubang yang tidak mempunyai pola gerak tari seperti tari serampang dua belas, persembahan dan tari melayu lainnya.
Hal ini disebabkan oleh para pelaku yang sedang menjalani ritual katanya mengalami kerasukan darih roh leluhur (nenek moyang).
Banyak hal yang dapat dibahas dari kegiatan ritual ini, baik dari ritual itu sendiri, dari seni musik, seni tari gubang, seni rupa, dan filosifi dari kegiatan ritual itu sendiri.
Dalam pelaksanaan untuk menggelar tari gobuk dibutuhkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Ada beberapa bahan yang harus dipenuhi oleh pasien ataupun datuk (dukun/paranormal/orang pintar) yang akan melakukan ritual.
Perlengkapan tersebut terdiri dari bahan-bahan antara lain tujuh buah Gobuk (tujuh buah periuk tanah), pucuk daun kelapa muda, bengkuang, limau pagar, limau purut, bunga Setaman dalam tujuh jenis (bunga kantil warna merah dan putih, bunga cempaka, bunga kenanga, bunga mawar warna merah, putih dan kuning), kemenyan, minyak duyung (minyak wangi), kain panjang, benang tiga warna (merah, kuning, hitam) dan mayang Pinang (bunga pohon pinang).
Perlengkapan pendukung dalam pelaksanaan ritual gobuk antara lain adalah mangkuk putih untuk tempat penampungan limau yang dipotong pada saat pengobatan, pisau untuk memotong berbagai keperluan pada saat ritual berlangsung, penggunaan pisau biasanya untuk memotong limau, setepak sirih, lancang kuning, dan telur ayam kampung.
Seluruh perlengkapan tersebut dipergunakan dalam rangkaian panjang ritual pengobatan gobuk untuk mengobati pasien yang menderita sakit puako.
Setelah semua perlengkapan disiapkan/dipenuhi. Maka ditentukan hari yang tepat sesuai perhitungan datuk untuk menggelar tarian.
Nah biasanya untuk menggelar ritual tari gobuk ini dibutuhka lokasi/halaman/areal yang agak lumayan luas. Karena lokasi tersebut nantinya digunakan penari untuk menggelar ritual tarian.
Menurut hemat saya, jika tarian ini dilakukan kontiniu sebulan sekali atau seminggu sekali pasti ini akan bisa mengundang minat warga, khususnta para generasi muda yang tidak pernah menyaksikannya.
Begitu juga dengan warga dari luar daerah juga wisatawan dari manca negara. Namun sayang saat ini sangat jarang ditemukan para datuk dan pemuka adat yang masih memahami benar bagaimana ritual tari gobuk ini digelar. (BERSAMBUNG)