TAHUN 2019 dan 2020 merupakan tahun politik bagi beberapa daerah di Indonesia khususnya di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Ya, karena tahun 2020 akan digelar pemilihan kepala daerah serentak.
Oleh: Syafruddin Yusuf, Kisaran
Di Asahan sendiri pergolakan politik nampak mulai memanas. Beberapa nama mulai bermunculan untuk dielukan sebagai calon pemimpin masa depan (Bupati dan Wakil Bupati).
Di dunia media sosial, baik facebook, twitter dan istagram telah bersekeweran nama-nama tokoh yang diyakini akan bisa memimpin Asahan di masa depan.
Mulai dari tokoh politik yang aktif di partai, incumbent/petahana, dari birokrat, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat juga dari kalangan pengusaha serta tokoh agama.
Beberapa nama yang dielukan untuk maju di bursa Pilkada Asahan yang banyak diperbincangksn di warung kopi dan facbook diantaranya Sri Kumala SE, Rosmansyah Stp, Taufiq Zainal Abidin, H Hendri, H Benteng Panjaitan, Brigjen Nur Azizah, H Panasunan, H Syamsul Qodri, H Surya Bsc, Rianto SH, Hj Winda Fitrika, Tatan Dirsan Atmaja.
Nama-nama ini mulai meramaikan pembicaraan di medsos. Lalu benarkah mereka benar-benar siap untuk maju atau memiliki keinginan untuk maju bertarung di Pilkada Asahan 2020 mendatang.
Sampai saat ini belum ada yang berani terang-terangan menyatakan sikap untuk maju bertarung di Pilkada Asahan.
Dari daftar nama di atas, adakah yang benar-benar memahami keinginan warga yang beraneka ragam. Atau kah mereka miliki visi misi untuk memajukan Asahan dari segala sektor seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, perekonomian dan lainnya.
Semua pasti tahu, untuk maju dalam pertarungan di pilkada selain membutuhkan modal yang lumayan gede (besar) juga harus punya perahu yang bisa mengantarkan calon petarung di pilkada bisa sampai ketujuan.
Baik itu perahu partai, dan dari jalur independen. Yang jelas mana pun perahu yang dipilih pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut pasti digunakan untuk sosialisasi pengenalan diri kepada masyarakat sebagai calon pemilih.
Sosialisasi bisa berbentuk menempa baleho, spanduk, kelender, kartu nama, menggelar berbagai pertemuan dan kegiatan.
Nama-nama calon kandidat di atas ada yang masih malu-malu kucing menunjukkan taringnya dan wajahnya untuk menyatakan siap maju. Namun secara duam-diam sudah melakukan pergerakan mulai dari menggelar pertemuan, lobi-lobi politi dan lainnya.
Yang namanya politik itu dinamis dan kejam. Kadang keras, kadang lembut dan kadang harus mengalah untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Walau masih kabur/abu-abu/belum jelas, apakah para tokoh di atas benar-benar sudah memiliki srategi yang jitu dalam mencari simpatisan/merebut hati masyarakat Asahan.
Karena bisa saja tim yang dibentuk untuk “mencuri” hati masyarakat tidak bekerja maksimal. Artinya mesin pendulang suara yang mereka ciptakan bisa jadi tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Karena sudah banyak contoh tim sukses atau yang sering disebut TS yang dibentuk dengan harapan bisa mendulang suara ternyata malah mencari keuntungan pribadi untuk mendulang “pundi-pundi kekayaan” pribadi.
Artinya pemilihan TS yang benar juga harus menjadi pekerjaan rumah bagi siapa pun nanti yang ingin bertarung di pilkada Asahan. (Bersambung)
Penulis Adalah Pimpinan Redaksi (Pimred) media online www.taslabnews.com sekaligus Ketua Ikatan Wartawan Online Asahan-Batubara