SIAPA yang tidak kenal dengan kopra khususnya anak pesisir pasti kenal dengan kopra. Ya kopra merupakan olahan dari daging buah kelapa santan.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE, Asahan
Kopra merupakan daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra adalah produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya.
Untuk membuat kopra yang baik diperlukan kelapa yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg.
Setelah kopra selesai diekstrak minyaknya, yang tersisa adalah produk samping yang mengandung protein tinggi (18-25%) namun memiliki serat yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dimakan oleh manusia.
Produk samping ini umumnya diberikan pada hewan ternak sebagai pakan.
Saat harga kopra melejit, para petani kelapa pasti tersenyum karena harga buah kelapa juga ikut naik.
Sesuai hemat saya, pohon kelapa ini memiliki banyak manfaat. Mulai dari sabutnya, dauannya, batangnya, dan buahnya. Semuanya bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan.
Daun kelapa mempunyai batang yang jika dikelola bisa menjadi sapu lidi. Sabutnya bisa digunakan untuk kerajinan tangan seperti membuat kerajinan tangan, sebagai wadah membuat tanaman hidrophonik, dan keset kaki juga goni.
Batangnya bisa dijadikan papan. Sedangkan daging buahnya bisa dijadikan minyak atau tepung kelapa.
Batok kelapanya bisa jadi arang. Dan bagi orang-orang berjiwa seni, batok kelapa bisa disulap jadi suatu kerajinan tangan bernilai jual tinggi seperti jadi asbak rokok, hiasan dinding, tas dan masih banyak lagi.
Santannya bisa digunakan untuk menjadi penyedap memasakan. Bahkan saat ini di supermarket atau pertokoan dan pusat perbelanjaan modren banyak kenasan santan kelaoa yang dijual dari berbagai merk.
Namun sayang, 15 tahun terakhir “kehebatan” pohon kelapa ini mulai dikalahkan oleh kerabatnya yakni kelapa sawit.
Para petani kelapa pun meninggalkan budidaya pohon kelapa. Dari tahun ke tahun, lahan kebun kelapa di berbagai daerah di nusantara mulai tersingkir digantikan perkebunan kelapa sawit.
Padahal menurut hemat saya, jika petani bisa memanfaatkan perkebunan kelapanya secara maksimal pasti hasil dari pemanfaatkan kebun kelapa bisa mengimbangi hasil dari kebun sawit. Bahkan bukan mustahil melebihi penghasilan dari kebun sawit.
Seperti petani lainnya, petani kelapa di Kabupaten Asahan dan sekitarnya seperti Batubara, Tanjungbalai, Labura dulunya merupakan daerah penghasil kelapa terbesar di Sumatera Utara.
Namun saat ini perkebunan kelapa di daerah tersebut semakin menyusut.
Bahkan hal ini berimbas pada produksi minyak kelapa yang dilakukan perusahaan. Bayangkan, di Tanjungbalai dan Asahan, dulu sedikitnya ada 12 perusahaan pengelola minyak kelapa dan tepung kelapa.
Namun produksi kelapa terus merosot akibat banyak petani yang mengalih fungsikan lahan pertanian kelapanya menjadi kebun kelapa sawit mengakibatkan perusahan pengelola minyak kelapa kewalahan memenuhi bahan baku. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar/bangkrut.
Padahal kita tahu, harga sawit dan kelapa sama-sama mengalami fluktuasi (naik turun). Namun jika petani kelapa cerdik memanfaatkan batok, lidi, sabut dan dagingnya, saat harga kelapa anjlok maka petani kelapa masih bisa meraih penghasilan yang cukup lumayan.
Beda halnya dengan petani sawit. Itu sebabnya saya sebutkan membudidayakan kelapa sebenarnya bisa lebih untung dari pada membudidayakan sawit.
Kembali mengenai kopra. Saat ini banyak petani yang hanya mengelola kopra dengan cara tradisional. Yakni dengan cara dijemur atau di gongseng.
Padahal hal itu membutuhkan waktu berhari-hari juga mengubah warna daging dari putih menjadi kekuningan dan kehitaman. Akibatny harga kopra yang dihasilkan pun jadi turun/murah.
Padahal ada satu cara yang bisa dilakukan petani kelapa untuk menghasilkan kopra yang cantik dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Yaitu dengan cara di oven. Dengan cara ini daging kopra kelapa tetap tampak cantik dan putih, harganya juga lebih mahal jika dibandingkan dengan kopra yang di gongseng dan di jemur.
Saat ini di pasaran sudah banyak yang membuat dan menjual oven pembuatan kopra. Kenapa hal itu tidak dimanfaatkan.
Disini lah perlunya peran serta pemerintah dalam melatih para petani kelapa agar tidak mengalihkan perkebunannya menjadi kebun kelapa sawit.
Jika terus menerus lahan kebun kelapa beralih fungsi, maka mungkin kelak anak cucu kita tidak akan tahu bagaimana bentuk pohon kelapa yang sering dinyanyikan. Karena semuanya beralih fungsi jadi kebun kelapa sawit. Semoga hal itu tidak terjadi. (***)
Penulis adalah Pimred media online www.taslabnews.com sekaligus Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Asahan-Batubara.