PADA TULISAN sebelumnya saya sebutkan, selain kehilangan jati diri, dan icon, Asahan juga tidak punya ciri khas tersendiri untuk dibanggakan khususnya untuk oleh-oleh saat berpergian ke suatu daerah.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE
Itu terjadi karena minimnya rasa kepedulian Pemkab Asahan khususnya pimpinannya dalam memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menghasilkan ide guna menciptakan icon dan jati diri Asahan.
Ok lah kita bilang sekarang Asahan punya Masjid Agung H Achmad Bakrie yang saat ini jadi icon objek wisata rohani.
Tapi tunggu dulu. Coba lihat nama masjid yang dibangga-banggakan warga Asahan dan pemkab itu.
Harusnya menurut hemat saya kenapa namanya tidak dibuat Masjid Agung Asahan saja tanpa ada embel-embel Achmad Bakrie.
Dengan adanya embel-embel nama itu, seolah-olah masjid itu punya keluarga besar Ahmad Bakrie yang didirikan di Asahan dan Pemkab Asahan melalui BKM nya hanya merawat masjid itu. Namun masjid bukan lah milik Pemkab Asahan.
Nah, jika saja masjid itu namanya hanya Masjid Agung Kisaran atau Masjid Agung Asahan, maka masjid itu pasti milik Pemkab Asahan yang dana pembangunannya dibantu oleh Aburizal Bakrie dan keluarga.
SEBELUMNYA:
Asahan, Kabupatenku Sayang yang Sudah Tak Punya Ciri Khas Jati Diri (bag 1)
Pemberian nama Masjid Agung Asahan atau Kisaran bukan berarti kalau Pemkab Asahan tidak menghargai jasa keluarga besar Aburizal Bakrie.
Satu hal lagi, Masjid Agung H Ahmad Bakrie ini yang menjadi icon Kabupaten Asahan apakah benar bisa menjadi jati diri warga Asahan. Dan apakah bisa dibawa sebagai oleh-oleh saat warga Asahan berkunjung ke suatu tempat.
Karena saat kita berada di suatu daerah orang pasti bertanya anda dari mana, apa ciri khas daerah anda, apa cinderamata/oleh-oleh khas dari daerah anda.
Lalu apakah warga Asahan yang pergi ke suatu daerah itu mengatakan ciri khas kami Masjid Agung Ahmad Bakrie.
Saya rasa setiap daerah pasti ada yang namanya masjid Raya dan Masjid Agung. Berarti buka ciri khas dong Masjid Agung Ahmad Bakrie itu.
Mendengar jawaban bahwa ciri khas Asahan adalah Masjid Agung Ahmad Bakrie itu, warga dari daerah lain pasti bingung dan bertanya, kenapa nama masjid kalian Masjid Agung Ahmad Bakrie.
Bukankah nama Kabupaten kalian namanya Asahan dan Ibukotanya Kisaran. Kenapa nama masjidnya bukan Masjid Agung Asahan atau Masjid Agung Kisaran itu kan pasti lebih cocok.
Nah terus masalah oleh-oleh, apa yang mau dijawab warga Asahan sebagai oleh-oleh khasnya. Karena memang di Asahan tidak ada oleh-oleh khas.
Padahal jika kita ke Sidimpuan masyarakat mereka bisa dengan bangga mengatakan ini salak Sidimpuan yang merupakan oleh-oleh dari daerah kami.
Jika kita ke Binjai maka masyarakat Binjai bisa berkata ini rambutan Binjai yang terkenal manis dan besar juga lekang kering.
Saat kita ke Kota Tebing Tinggi warga di sana mengatakan ini lemang Tebing Tinggi dan Roti Kacang yang terkenal di kota kami.
Begitu kita ke Siantar maka orang-orang pendatang langsung mencari roti ganda dan roti ketawa.
Di Simalungun orang akan ke Sidamanik untuk berfoto di kebun teh dan membeli daun teh Sidamanik untuk oleh-oleh. Ada juga jeruk raya.
Jika kita mau lebih jauh lagi, di Padang ada kripik pedas ubi balado. Di Palembang ada empek empek. Di Garut dodol Garut. Begitu juga di daerah lainnya.
Lalu di Asahan apa? Saat warga Asahan pergi je daerah lain pasti bingung mencari oleh-oleh khas untuk dibawa. Begitu juga saat ada keluarga dari daerah lain yang datang.
Warga Asahan pasti bingung mau memberi oleh-oleh apa untuk dibawa pulang keluarganya yang datang itu.
Padahal Asahan lahanya cukup subur. Kenapa tidak dimanfaatkan untuk perkebunan pala misalnya. Karena buah pala bisa dijadikan manisan. Nah manisan buah pala ini bisa menjadi oleh-oleh bagi warga Asahan.
Di Asahan banyak diremui pohon pisang. Kenapa tidak dibuat perkebunan pisang. Lalu pisangnya diolah menjadi aneka kuliner seperti kripik pisang coklat, kripik pisang balado.
Bukan kan olahan kripik pisang itu bisa jadi oleh-oleh/cendramata yang akhirnya bisa menjadi ciri khas Asahan.
Atau kenapa tidak membuat olahan kuliner kelapa. Bukan kah kelapa sangat banyak ditemukan di Asahan.
Daging buah kelapa bisa dibuat menjadi banyak hal untuk diolah menjadi oleh-oleh yang bisa dibawa atau diberikan kepada warga yang berkunjung ke Asahan.
Diantaranya dibuat serundeng, dadar gulung isi kelapa, dadar kelapa muda, jeli kelapa, minyak kelapa dan masih banyak lagi.
Namun untuk membuat itu pasti diperlukan campur tangan dari pemerintah.
Dimana pemerintah harus memotivasi/dorongan kepada masyarakat untuk membuat olahan kuliner sebagai oleh-oleh.
Selain itu pemerintah Asahan juga harus mengajak masyarakat dan meyakinkan bahwa menanam pisang, kelapa dan buah pala itu menjanjikan dan bisa menjadi faktor tambahan penghasilan.
Bukan hanya itu, Pemkab Asahan juga harus membantu mempromosikan dan memasarkan kuliner dari olahan kelapa, pisang dan pala yang dibuat warganya.
Caranya bisa saja Pemkab Asahan menyuguhkan kuliner olahan dari warga pada setiap tamu yang datang baik tamu dari provinsi, pusat dan luar negeri.
Lalu kepada tamu kehormatan itu katakan kuliner yang dibuat warga Asahan itu adalah oleh-oleh khas dari Asahan.
Sebenarnya masih banyak cara promosi kuliner olahan warga Asahan yang mau dijadikan sebagai oleh-oleh ciri khas Asahan. Pemkab bisa menggunakan jasa media online, televisi, cetak dan radio. Semoga saja pemimpin Asahan kedepan bisa memikirkan ini. (***)