MESKI SAAT ini aku berstatus sebagai warga Kota Pematangsiantar tepatnya sejak 2003 lalu. Namun di hatiku Kabupaten Asahan yang merupakan tanah kelahiranku tak kan mungkin kulupakan. Karena banyak kenangan indah di Kabupaten ini yang kurasakan.
Oleh: Syafruddin Yusuf SE, Asahan
Di kabupaten ini aku menimba ilmu sekolah dasar di SD2 Kisaran Jalan Diponegoro dekat terminal dan kuburan.
Lalu di SMP 1 Kisaran dan di SMA 2 Kisaran walau hanya 1 tahun.
Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara.
Kabupaten yang memiliki luas wilayah 3.702,21 km2 dan 25 kecamatan, 117 desa dan 27 kelurahan ini beribu kotakan Kisaran.
Dulu Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Batubara merupakan bagian dari Kabupaten Asahan.
Namun sejak 1956 Kota Tanjungbalai berpisah dari Asahan. Hal itu berdasarkan Surat Mendagri Nomor U.P.15/2/3 tanggal 18 September 1956.
Lalu tanggal 15 Juni 2007, bersamaan dengan dilantiknya Penjabat Bupati Batubara Drs H Sofyan Nasution SH maka secara resmi Batubara berpisah dengan Asahan.
Puluhan tahun lalu Kabupaten Asahan dikenal dengan istilah kota kerang. Bahkan sampai tahun 1997 Kantor Bupati Asahan bentuknya seperti kulit kerang.
Sejak saat itu sampai belasan tahun terakhir hingga sekarang istilah kota kerang bagi kabupaten ini pun perlahan mulai menghilang.
Saat ini istilah kota kerang sudah diambil oleh Kota Tanjungbalai. Hebatnya lagi pulau-pulau kecil di sepanjang aliran sungai Asahan kini sudah milik Kota Tanjungbalai.
Bukan hanya itu, Tanjungbalai sekarang memanfaatkan kulit kerang menjadi sebagai asesoris kerajinan tangan.
Selain itu, Kota Tanjungbalai sekarang punya batik kito yang kini menjadi ciri khas mereka.
Sejak itu Asahan pun kehilangan gelar kota kerang. Tapi Asahan masih punya songket Melayu.
Seiring berjalannya waktu, Songket Melayu Asahan pun kini mulai hilang. Itu terjadi sejak Kabupaten Batubara berdiri.
Saat ini songket Melayu jadi ciri khas Batubara. Lalu Asahan apa ciri khasnya? Setahu saya sampai saat ini tidak ada ciri khasnya.
Bahkan selain kehilangan ciri khas jati diri, warga Asahan juga tak bisa membanggakan diri dengan oleh-oleh khasnya.
Jika kita mengunjungi beberapa daerah pasti dikenal dengan ciri khas oleh-oleh untuk dibawa sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh. Seperti Kota Siantar dengan roti ganda dan roti ketawanya.
Tebing Tinggi dengan lemangnya. Binjai dengan rambutanya, daerah Tabagsel dengan holat dan kopinya. Simalungun dengan teh Sidamaniknya dan masih banyak daerah lain dengan ciri khasnya.
Terus Asahan apa yang bisa dijadikan ciri khas oleh-oleh dan jati dirinya. Setiap warga Asahan berkunjung ke suatu daerah dan ditanya apa oleh-oleh khas dari Asahan, pasti warga Asahan tersebut terdiam dan sulit menjawabnya. Karena memang tidak ada yang sepesial.
Nah sebentar lagi Asahan akan ada pergelaran pemilihan calon kepala daerah. Saya sebagai putra kelahiran Asahan sangat berharap kepada siapa pun kelak yang terpilih menjadi pemimpin Asahan ayo coba pikirkan untuk menciptakan ciri khas jati diri Asahan dari berbagai aspek.
Bisa dari membuat sovenir kerajinan tangan dengan memanfaatkan hasil pertanian seperti memanfaatkan batok kelapa, kakau, karet dan lain sebagainya.
Bisa juga dari sektor kuliner seperti menciptakan makanan yang bisa menjadi ikon oleh-oleh khas Asahan. Atau dari sektor pariwisata. Semoga harapan ini bisa terwujud. (Bersambung)