TASLABNEWS, Seorang petani bernama Algopur (35) tewas dusebut-sebut dibunuh temanya Deden (17). warga Desa Kerupuk, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara. Mayat morban ditemukan dengan leher tergorok.
Jenazah korban saat dievakuasi ke rumah sakit untuk di autopsi. |
Penemuan mayat korban yang merupakan warga Lampung ini membuat warga Desa Rambah Tampu, Kecamatan Lau Baleng, Kabupaten Karo, Minggu (28/7/2019).
Keterangan diperoleh, mayat korban pertama kali ditemukan warga bernama Muhammad Jein. Korban ditemukan persis di bawah kolong tempat tidurnya, malam sekira pukul 20.00 WIB.
BACA BERITA LAINNYA:
Ini Wajah Pencuri Sepedamotor Karyawati Indomaret di Tanjungbalai
Dalam Waktu Singkat, Petugas Tembak Kaki Pembunuh Istri Pendeta
Melihat korban yang sudah tak bernyawa, Jein langsung melapor ke pihak aparat pemerintah Desa Rambah Tampu.
Oleh aparat desa, penemuan mayat korban diteruskan ke aparat penegak hukum.
Tak lama berselang, personil Polsek Lau Baleng, tiba dan mengevakuasi mayat korban ke Puskesmas Lau Baleng.
Selanjutnya polisi menggelar olah TKP. Sejumlah saksi pun dimintai keterangan.
Kanit Reskrim Polsek Lau Baleng Solo Bangun mengatakan, kasusnya masih diselidiki polisi.
Pelaku pembunuhan ini, menurut Solo Bangun, masih diburu petugas.
“Identitas pelaku sudah kita kantongi,” ujarnya singkat.
Dari lokasi kejadian diperoleh info, pelakunya disebut-sebut temannya sendiri bernama Deden (17). Konon pria itu tercatat sebagai warga Desa Kerupuk, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara. Antara Deden dan korban Algopur disebut-sebut sesama pendatang di Desa Rambah Tampu.
Selama di Desa Rambah Tampu, keduanya bekerja sehari-hari sebagai buruh tani. Namun, terkadang bekerja sebagai buruh bangunan.
Belum diketahui secara pasti motif pembunuhan sadis itu. Namun dugaan kuat mengarah ke Deden, sebab pasca kejadian terduga pelaku langsung melarikan diri.
Menurut Adrianto Peranginangin, Kepala Desa Rambah Tampu, Senin (29/7/2019), korban Algopur maupun Deden (terduga pelaku) tempo hari sama-sama datang ke Desa Rambah Tampu.
Menurut Kades ini, keduanya baru menetap di Desa Rambah Tampu, berkisar kurang lebih dua minggu.
“Selama ini, mereka berprofesi sebagai buruh tani dan terkadang jadi tukang bangunan,” kata Adrianto. (mjc/int/syaf)