TASLABNEWS, LANGKAT-
Tim DVI Polda Sumatera Utara dibantu DVI dari Mabes Polri berhasil mengidentifikasi 26 korban kebakaran pabrik korek api gas di Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat, Minggu (23/6/2019).
Suasana kerja di pebrik mancis yang terbakar dan menewaskan 30 orang. |
Namum, tim DVI belum merinci identitas korban yang sudah berhasil diidentifikasi.
“Hari ini, 20 sudah diidentifikasi, tinggal tiga lagi yang belum (dikenali),” ungkap salah satu petugas DVI.
BERITA TERKAIT
Korban Kebakaran Pabrik Mancis Bertambah jadi 30 Orang, Ini Daftar Nama dan Videonya
Pantauan wartawan, petugas DVI tampak sudah memasukkan jenazah korban ke peti mati yang diletakkan berjejer di depan kamar jenazah RS Bhayangkara, Polda Sumatera Utara.
Jenazah korban malam ini akan diserahkan kepada pihak keluarga untuk selanjutnya dimakamkan.
Kabid Dokkes Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Sahat Harianja mengatakan, tim DVI sudah mampu mengidentikasi 66,6 persen dari seluruh korban kebakaran pabrik korek gas.
Dia mengungkapkan, tim DIV mungkin tidak dapat menuntaskan proses identifikasi korban kebakaran. Hal ini disebabkan proses identifikasi dengan menggunakan teknik DVI membutuhkan waktu.
Bawa 30 Ribu Butir Ekstasi dari Malaysia, Warga Tanjungbalai Diringkus Personel BNN
“Namun demikian kita akan mengupayakan jauh lebih cepat dan tim kita terus bekerja siang dan malam untuk menuntaskan proses identifikasi,” katanya.
Harianja menjelaskan, dalam proses identifikasi korban tim DVI menempuh berbagai cara, termasuk dengan metode visiualisasi yang melibatkan keluarga korban yang mengenali properti dan tanda-tanda medis yang ada.
“Kemudian juga menggunakan teknik pengenalan gigi, pengenalan sidik jari hingga pengenalam DNA korban,” ujarnya.
Sebelumnya, tim telah mengidentifikasi tujuh korban tewas tragedi tersebut. Jasad mereka dimasukkan ke dalam peti jenazah. Masing-masing peti jenazah tersebut diberi tanda yakni nomor dan kertas berisi data korban.
Informasi lain diperoleh, lokasi rumah yang dijadikan pabrik rakitan mancis di Dusun IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat dinilai sangat tidak layak.
Pasalnya, selain tidak dilengkapi APD (Alat Pelindung Diri) cara kerjanya juga sangat membahayakan diri.
Menurut sumber yang namanya minta dirahasiakan, para pekerja disana sudah sering menemukan mancis yang terbakar saat sedang di rakit. Biasanya mereka hanya memadamkan api dengan cara membuang mancis ke bawah lalu diinjak-injak.
“Kan udah siap dirakit terus mancisnya dites bisa hidup nggak. Udah gitu besar api mancisnya juga distel orang itu, kalo udah pas baru dipakkan masuk ke kotak,” kata sumber.
Meski sedikit berbahaya, menurut sumber para pekerja disana terlihat sangat terampil. Dan tidak merasa takut kalau ada mancis yang terbakar saat proses penyetelan api.
“Kalo ada yang terbakar ya udah langsung dibuang ke bawah sama orang itu terus dipijak pijak sampai padam apinya,” ucap sumber.
Disana, para pekerja merakit mancis di ruangan tengah. Puluhan kotak berisi mancis tersusun penuh di atas meja.
“Kalo kita nengoknya ya takutlah, apalagi kalau mancisnya lagi terbakar dan apinya menyala-nyala gitu. Ya memang bahaya kali, apalagi orang itu kerjanya di ruangan tertutup gitu, gas dimana-mana gitu,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Kapus Sambirejo, Arlina mengatakan jauh hari sebelum terjadinya peristiwa kebakaran, pihaknya sering datang untuk melaksanakan program upaya kesehatan kerja di rumah yang dijadikan pabrik mancis tersebut.
“Kita disana melakukan penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan secara berkala setiap dua bulan sekali, kalau ada yang sakit diobati,” ujarnya.
Dijelaskan Arlina, pihaknya secara rutin melakukan monitoring kesehatan dengan sasaran pekerja yang ada wilayah kerjanya. “Dari data yang ada sama kami jumlah pekerja di pabrik mancis itu berjumlah 32 orang dan semuanya perempuan,” ucapnya.
Ditanya soal pabrik mancis, Arlina menyebut bahwa kalau dilihat dari sudut kesehatan sangat tidak layak. Karena tidak dilengkapi APD (Alat Pelindung Diri).
“Memang pas kami berkunjung kesitu tidak masuk dari pintu depan karena terkunci. Jadi masuknya dari pintu samping, kalau pintu belakang dipakai untuk buang sampah,” katanya.
Sedangkan informasi lainnya menyebutkan jika bos besar pabrik korek api gas (mancis) yang terbakar pada Jumat (21/6) lalu di Jalan T Amir Hamzah, Dusun IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat, dan menewaskan 30 orang, berhasil diringkus aparat kepolisian di salah satu hotel bintang 5 di Medan, Sabtu (22/6).
Kapolres Binjai, AKBP Nugroho Tri Nuryanto, Kanit Reskrim AKP Wirhan Arif mengatakan bahwa penangkapan Bos besar pabrik mancis home industri itu dilakukan oleh Unit Jatanras Sat Reskrim Polres Binjai bekerjasama dengan Ditkrimum Polda Sumatera Utara. Bos besar pemilik pabrik mancis maut tersebut atas nama Indra (59) warga Jakarta.
“Bos besar pabrik mancis itu sudah ditangkap polisi sekitar sabtu sore, saat berada disalah satu hotel bintang 5 di Medan, selama ini dia (indra-red) berdomisili di Jakarta,” terang AKP Wirhan Arif kepada awak media.
Lebih lanjut, tersangka kini menjadi 3 orang, setelah sebelumnya petugas terlebih dahulu meringkus manager pabrik bernama Burhan (37) warga Jalan Bintang Terang No. 20, Dusun XV, Desa Mulyo Rejo, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang dan Lismawarni (43) selaku HRD dan kini masih menjalani pemeriksaan secara intensif di Mapolres Binjai.
“Sebelumnya manager atas nama Burhan dan HRD atau nama Lismawarni berhasil diamankan dan lagi dilakukan proses pemeriksaan intensif,” tambah AKP Wirhan Arif.
Ketiganya disangkakan melakukan tindak pidana kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Ketiganya dikenakan Pasal 359 KUHP dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun.
Menurut keterangan warga setempat bahwa pabrik tersebut merupakan rumah milik Sri Maya (47) yang disewakan kepada Burhan.
Selama ini rumah tersebut selalu terkunci rapat dari dalam. Bahkan pintu depan rumahnya sudah dikunci mati, sehingga tidak dapat dibuka kembali, dan para pekerjanya masuk melalui pintu belakang yang menjadi akses satu satunya jalan keluar masuk. Setiap bekerja biasanya mereka menghabiskan seluruh waktunya di dalam rumah tersebut.
“Ya itu, orang itu kalau mau keluar masuk ya cuma bisa lewat dari pintu belakang itu,”penjelasan warga setempat.
Dikatakan warga, alasan pintu depan ditutup kabarnya supaya kegiatan pekerja di dalam rumah tersebut tidak diketahui pihak luar. Sebab, pabrik mancis tersebut diduga belum memiliki izin karena hanya bersifat home industri.
“Kalau orang nengok dari luar mana ada yang tau karena pintunya memang sengaja ditutup, paling kalau mau masuk dari pintu belakang lah,” ujar warga.
Disana mereka bekerja secara borongan. Dimana setiap bahan (mancis) masuk, para pekerja yang semuanya adalah wanita tersebut langsung berdatangan untuk mengambil orderan merakit mancis sampai proses pengepakan.
“Jarang orang itu pulang kerumah untuk makan, lebih sering makan dipabrik itu, kejadian itu pas makan siang, pas kejadian tengoklah semuanya terjebak dalam rumah itu,” kata warga. (mjc/int/syaf)
Adapun identitas ketujuh korban yang telah teridentifikasi yakni:
1. Rina (15)
2. Syifa Oktaviana (9)
3. Sahmayanti (22)
4. Vinkza Parisyah (10)
5. Bisma Syahputra (3)
6. Runisa Syaqila (2)
7. Zuan Ramadhan (6)
8. Gusliana (31)
9. Sami Asih (39)
10. Sri ramadhani (24)
11. Yuli fitriani (36)
12. Hairani (22)
13. Alpia (19)
14. Rita Susanti (29)
15. Wiwik Herawati (23)
16. Priskawati Tindaon (21)
17. Siamini Tindaon (17)
18. Sri wahyuni (28)
19. Yunita sari (31)
20. Mia sahfitri (21)
21. Ayu agustiana (23)
22. Sawitri (38)
23. Nurhayati (44)
24. Kiki Indah Rahayu (20)
25. Marlia (36)
26. Siti khadijah (35)