TASLABNEWS, JAKARTA – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIP RI) Prof Hariyono, Ngariung bareng komunitas Band Musik Heavy Metal Bandung, di salah satu resto di kawasan Jalan Flores Bandung, Jawa Barat, Jumat 29 Maret 2019.
Awal pertemuan antara Kepala BPIP digagas oleh Penyanyi Pop dan Jazz senior Trie Utami. Setidaknya lima Grup Musik Heavy Metal ikut kumpul bareng sembari diskusi dengan Prof. Hariyono seputar ideologi Pancasila. Adapun ke lima grup band itu, diantaranya, Grup Musik Jasad, Kaluman, Disinfected, Turbidity, Gore in famous.
Prof Hariyono mengaku dari pertemuan tersebut dapat belajar dan menemukan mutiara Pancasila dari para komunitas musik Death Metal.
“Disitu saya melihat ada spirit kejayaan bangsa Indonesia di dalam diri anak-anak muda yang memiliki bakat musik aliran metal tersebut. Yang sangat menakjubkan setelah mengetahui bahwa karya-karya para komunitas musik itu, mereka sudah mendunia,” ucap Prof Hariyono dalam keterangannya, Minggu (31/3/2019).
Pertemuan itu kata dia terlihat suasana akrab dan hangat sambil diselingi canda dan tawa, yang langsung terasa ketika berkumpul kaum muda penggemar musik heavy metal tersebut. Sangat Kontras dengan penampilan mereka yang rata-rata menggunakan atribut berwarna hitam yang lekat dengan kesan awal sangar dan angker.
Bagi mereka, Trie Utami sudah seperti orang tua sendiri bagi anak-anak komunitas heavy metal ini. Bahwa ada kurang lebih 100 grup musik metal di Bandung yang bergabung dalam komunitas dengan nama Bandung Death Metal.
Salah satunya, Kang Man kerap disapa, yang merupakan vokalis dari grup band Jasad mengatakan komunitas Bandung Death Metal selama ini sudah terbiasa untuk hidup saling bantu dan gotong royong. Komunitas ini memiliki dana yang mereka sebut sebagai dana komunal.
“Dana tersebut dipergunakan untuk membantu anggota komunitas dalam berbagai kegiatan. Bahkan, ada grup yang akan melakukan tur ke luar negeri. Para komunitas akan bergotong royong mengumpulkan dana untuk anggota mereka yang memerlukan,” ujar Kang Man.
Kata dia, komunitasnya berlandaskan, “Cinta Kasih” dengan semboyannya adalah: Kukuh dalam pendirian walaupun badan hancur tetap Pancasila dan Merah Putih.
“Pancasila di komunitas metal sudah dipraktekkan,” ujar Kang Man.
Kata dia, bahwa di Indonesia komunitas metal merupakan salah satu komunitas terbesar di Asia. Cerita dia, ada tradisi bagi para komunitas band metal yakni setiap melakukan tur atau manggung ke Luar Negeri, mereka selalu membawa Bendera Merah Putih dan Lambang Burung Garuda untuk mereka tempatkan di atas panggung saat mereka pentas.
“justru dengan momen itulah kita punya kesempatan untuk mengharumkan Indonesia di tingkat Global,” ungkapnya.
Grup Musik Jasad sendiri sampai saat ini sudah melakukan tur musik ke berbagai negara seperti; Ceko, Inggris, Jerman, Malaysia, dan Thailand.
Selain tur musik keliling ke berbagai negara, mereka juga aktif di dalam negeri melakukan kegiatan-kegiatan diskusi antar anak muda diberbagai tempat dengan tema-tema kebangsaan dan ajakan untuk bangga mencintai NKRI dan Pancasila.
“Karena dari sanalah sejarah kita berasal hingga bisa sampai seperti saat ini,” ungkapnya.
Melalui lirik lagu Grup Musik Jasad juga menuangkan kecintaannya pada NKRI dan Pancasila, salah satu judul lagu mereka yang terkenal di komunitas Heavy Metal Dunia adalah, Cengkram Garuda.
“Inspirasi dan Pesan Moral yang ingin disampaikan lewat lagu Cengkram Garuda adalah ingin mngajak anak-anak muda untuk percaya diri dan bangga menjadi Indonesia,” papar dia.
Hasil Penelusuran di Sosial Media. Pengikut Grup Musik Jasad di facebook ada 30 ribu selain itu di instagram ada 100 ribu pengikut. Dari video mereka yang beredar di youtube setiap kali manggung Grup musik ini selalu ditonton 10 ribu sampai 30 ribu penggemar musik mereka.
Dalam upaya kemandirian ekonomi. komunitas ini juga menciptakan kegiatan ekonomi yang bisa menopang idealisme mrk dalam bermusik. Komunitas Bandung Death Metal dikenal sebagai pelopor toko baju anak muda yang disebut dengan “Distro”.
“Lewat Distro mereka mendesain dan menjual segala jenis atribut yang berkaitan dengan musik metal seperti, Kaos, Jaket Kulit, Sepatu, dan Tas. Hasil penjualan itu dipakai untuk menjalankan program komunitas.
Sementara, Trie Utami menambahkan, hasil dari penjualan merchand di distro selain dipergunakan mereka untuk kebutuhan bermusik, dana tersebut juga dipakai untuk menyalurkan bantuan bagi anak-anak korban bencana alam di berbagai wilayah.
“Mereka juga aktif mendirikan rumah-rumah baca bagi anak-anak agar memiliki kebiasaan membaca sejak dini,” ujar Trie.
Sedangkan Kang Yuli pemain bas Grup Jasad, menambahkan hidup berdampingan dan toleran juga sudah menjadi kebiasaan bagi komunitas heavy metal, dan biasa berkumpul dari beragam latar belakang suku dan agama.
“Kami tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena bagi kami semua manusia adalah saudara, sama-sama ciptaan Tuhan. Justru melalui perbedaan tersebut kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain,” ujar Kang Yuli.
Aktifitas komunitas lainnya adalah kepedulian mereka terhadap program melestarikan budaya asli Indonesia. Hal ini diwujudkan oleh grup musik jasad dengan menggunakan pakaian adat tradisional saat manggung seperti IKET yaitu ikat kepala ciri khas orang sunda dan juga alat musik tradisional seperti karinding bambu.
Kang Yuli menekankan, memperkuat tali persaudaraan dan persatuan sesama anak bangsa karena menurutnya belakangan ini ada yang senang melihat Indonesia tidak rukun.
“oleh karena itu sudah saatnya kita sesama anak bangsa untuk bisa saling isi dan saling sinergi lintas profesi yang hasil akhirnya bisa memberikan manfaat positif bagi sesama dan juga mengharumkan nama bangsa Indonesia,” tutupnya.(*)