TASLABNEWS, TAPTENG – Jika di Labuhanbatu Utara (Labura) warga heboh dengan penampakan lumba-lumba di sungai, di Tapanuli Tengah (Tapteng), penampakan seekor buaya membuat warga Desa Makarti Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten cemas.
Pengecekan lokasi penampakan buaya di Tapteng. |
Seorang warga setempat, Azwar menuturkan, beberapa penduduk bahkan kerap melihat reptil bertubuh besar itu ketika memancing di Sungai Aek Sordang yang berlokasi tidak jauh dari desa itu.
“Pernah ada yang melihat, sewaktu memancing, empat ekor kata mereka saat itu,” ucapnya.
Dan hingga kini, sejak terlihatnya buaya di sekitar pemukiman maupun di sungai Aek Sordang, belum ada peristiwa aneh yang terjadi.
“Ya mudah-mudahan sampai sekarang gak ada kejadian, kita harap gak adalah. Cuma kan kita nggak tau apa yang bakalan terjadi. Semoga saja tidak ada hal yang kita khawatirkan terjadi. Makanya kita harus terus waspada,” katanya.
Sementara Kepala Desa Makarti Nauli Nasrul mengatakan, terakhir warganya melihat buaya itu memasuki parit yang berada dekat permukiman warga saat malam hari.
‘Panjang tubuhnya saja itu dua meter, terakhir dilihat di sekitar parit dekat SD Negeri 158494 Makarti Nauli. Malam munculnya, saat air sedang pasang,” ujar Nasrul, Senin (28/1).
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, warga bersama aparat desa kemudian memilih berjaga setiap malam sembari membuat surat edaran berisi imbauan kepada warga.
“Kita juga buat surat edaran, agar masyarakat tetap hati-hati dan tidak dekat-dekat sungai, waspada selalu,” ucapnya.
Dijelaskannya, mengingat informasi dari beberapa warga yang telah melihat munculnya buaya tersebut, kemunculan buaya tersebut kerap terlihat saat arus pasang sungai naik.
Berita lainnya:
“Menghindari hal yang tak diinginkan, warga kita minta jangan mennyuci pakaian dan kain di sungai, melarang anak memancing apalagi sewaktu air naik pasang,” jelasnya.
Terpisah Wakil Bupati Tapteng Darwin Sitompul langsung memerintahkan instansi terkait untuk melakukan pengecekan ke lokasi, Senin (28/1).
Drh Iskandar yang memiliki ilmu spesialis buaya juga turun langsung ke lokasi bersama Dinas Lingkungan Hidup Tapteng dan KSDA.
Dari hasil pengecekan yang dilakukan mereka tidak menemukan jejak buaya di lokasi yang dimaksud warga.
“Saya bersama dengan Kadis Lingkungan Hidup dan KSDA Tapteng baru pulang dari lokasi. Bersama dengan warga yang katanya melihat ada buaya di sungai dan di parit sekolah dasar sudah kami cek. Dan dari hasil amatan saya selaku yang memiliki ilmu spesialis buaya tidak ada jejak buaya,” terang drh Iskandar.
Selain itu, lanjut dokter hewan ini, buaya yang menurut warga memiliki panjang 2 meter juga tidak mungkin bisa masuk ke parit yang sempit dan dangkal, kecuali buayanya masih kecil. Sementara menurut pengakuan warga yang melihat, katanya ukuran buayanya sekitar 2,5 meter.
“Kalau buaya sudah 2 meter atau lebih tidak mau lagi ke tempat dangkal, kecuali ada mangsanya di sana. Selain itu juga mata buaya kalau disenter tidak merah seperti yang diungkapkan warga. Buaya itu kalau disenter matanya warnanya hijau terang,” ucapnya.
“Demikian juga dari rumput yang kata warga dilewati buaya, tidak saya temukan tanda-tanda ada buaya melintas. Karena kalau buaya ukuran 2 meter melintasi rumput, pasti rumputnya ada yang rusak, karena buaya berjalan tidak seperti perahu, melainkan kaki dan ekor main dan pasti rumput ada yang rusak. Dan setelah saya cek sama sekali tidak ada jejak buaya lewat,” ungkap Iskandar yang mengaku sudah memelihara buaya di rumahnya selama 16 tahun.
Diyakinkan iskandar, dari riwayatnya daerah Kolang tidak ada sejarah sungainya memiliki muara yang ada buayanya seperti muara Tapus dan Natal. Dan warga mengakui tidak pernah mendengar ada buaya atau warga yang memelihara buaya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
“Dari riwayat itu juga sudah dapat kita lihat bahwa tidak mungkin tiba-tiba muncul buaya karena tidak ada sejarah yang menyebutkan daerah itu memiliki muara yang ada buaya. Hal itu dibuktikan adanya ativitas warga mencari kepiting di sungai dan juga menanam bakau,” ucapnya.
“Kami tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada, dan kepada kepala desa setempat sudah kami imbau juga tadi tidak perlu langsung membuat aturan yang membuat warganya jadi heboh sehingga masyarakat jadi resah,” terang Iskandar yang juga Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah. (ant/int/Syaf)