TASLABNEWS, ASAHAN– Pihak Kejaksaan dan Polres Asahan diminta untuk mengusut anggaran pengadaan buku dan alat tulis siswa di Dikjar Asahan tahun anggaran 2013 sebesar Rp1.134 miliar.
Ketua KNPI Asahan Agus Ramanda. |
Itu dikatakan Ketua KNPI Asahan Agus Ramanda, Selasa (13/11/2018). Menurut Agus, sepengetahuannya, orangtua siswa tidak pernah menerima buku tulis dan alat tulis berupa pensil, pulpen untuk anak mereka yang menimba ilmu pendidikan di SD dan SMP.
BERITA TERKAIT:
“Mana pernah ada bantuan alat tulis siswa dan buku tulis, bang, dari sekolah negeri mau pun swasta di Asahan. Kalau pun ada paling hanya buku bacaan dan buku bacaan itu sumber dananya dari dana BOS, bukan dari APBD,” ucap Agus.
Agus menambahkan, dirinya sudah melihat buku PAPBD 2013 dan 2016 ternyata ada anggaran untuk pengadaan buku dan alat tulis siswa tertampung di PAPBD Asahan, khususnya di DIKJAR Asahan.
Wah Biaya Belanja Insentif Pemungutan PPJ 2016 di Tanjungbalai Rp140 Juta Tak Sesuai Ketentuan
Judi Sabung Ayam Menjamur di Labuhanbatu
Judi Sabung Ayam Menjamur di Labuhanbatu
Hal ini menurut Agus merupakan pembohongan publik dan pihak aparat penegak hukum harus mengusut kasus ini sampai tuntas.
“Polisi dan Jaksa jangan tidur. Kasus ini harus diungkap,” ucapnya.
Sebelumnya Adi Chandra Pranata Sekretaris GM Pekat IB Asahan kepada taslabnews.com, Selasa (13/11/2018).
Menurut Chandra sangat tidak masuk akal jika ada anggaran sebesar Rp1.134.834.000 untuk pengadaan buku dan alat tulis siswa.
“Dari beberapa orang tua murid di Asahan yang pernah kami tanya bang, mereka mengaku nggak pernah anak mereka mendapat bantuan alat tulus dari sekolah baik pensil atau pun pulpen. Karena untuk alat tulis orang tua siswa lah yang beli sendiri untuk anaknya. Nah untuk buku, kita harus pertanyakan itu buku bacaan atau buku tulis. Jika buku bacaan setahu kami diberikan gratis pada siswa karena menggunakan dana BOS. Jika buku bacaan yang dananya dari dana BOS itu rusak atau hilang baru siswa menggantinya. Tapi kalau pengadaanya untuk buku tulis para orang tua siswa mengaku tak pernah anak mereka menerima bantuan untuk buku tulis,” ucap Chandra. (Syaf)