TASLABNEWS, ASAHAN–Rendahnya harga gabah menjelang musim panen membuat para petani di Desa Rawang Pasar IV, Kecamatan Rawang Panca Arga, Asahan mengeluh.
Ketua GM PEKAT IB Sumut sekaligus penerima mandat Sekjen IWO Asahan-Batubara Khairul Anhar Harahap foto bareng petani. |
Keluhan itu disampaikan disaat Ketua Generasi Muda PEKAT-IB Sumut Khairul Anhar Harahap sekaligus pemegang mandat sekretaris ikatan wartawan online (IWO) Kabupaten Asahan-Batubara berkunjung ke desa tersebut, Sabtu (11/8) sekira pukul 15.00 Wib di kediaman Irfan Juhandi.
“Harga gabah menjelang musim panen bisa dipastikan turun, ini membuat para petani susah, ada pihak yang memonopoli harga di lapangan tanpa adanya pengawasan dari pemerintah daerah,” ucap Sahir kepada Khairul Anhar Harahap di sela-sela silaturrahmi dengan masyarakat.
Menanggai hal tersebut, Khairul Anhar Harahap menyatakan bahwa permainan harga yang dilakoni para tengkulak gabah tentu membuat masyarakat tercekik, Yang ‘berkeringat’ menanam padi tetap di bawah kemiskinan.
Khairul menduga mafia di sektor pangan adalah mereka yang menguasai dari hulu sampai hilir, atau biasa disebut juga kartel.
Mereka menguasai rantai pasok pangan sehingga leluasa mengatur harga, dan masyarakat tidak berdaya menghadapi aksi para mafia ini.
“Masyarakat tidak bisa melawan, tidak bisa berbuat lain, kecuali mengikuti aturan mereka. Ini seharusnya tidak boleh karena harga akan ditentukan seenak udel meraka,” terang Khairul.
Dalam menjalankan aksinya, pelaku praktik mafia ini menguasai jaringan distribusi pangan mulai dari hulu, misalnya mulai dari mencaplok penggilingan-penggilingan padi, hingga ke sektor hilir yaitu pasar.
Para Pemain besar tersebut tak bekerja dengan jaringannya sendiri, melainkan juga menggunakan tengkulak sebagai pengepul gabah di tingkat petani.
“Mereka memanfaatkan penyerapan gabah lewat tengkulak-tengkulak yang jadi pengepul. Jadi meski ada banyak pedagang tengkulak, pemain besarnya diduga itu-itu saja,” ungkapnya.
Khairul akan bawa aspirasi masyarakat Rawang Panca Arga ini ke Bupati ataupun DPRD Asahan serta menginvestigasi apakah penguasaan pasar ini juga memiliki keterkaitan antara selisih harga gabah di petani hingga menjadi beras kemasan di pasar.
“Dia (Tengkulak) beli harga GKG (gabah kering giling) di petani Rp4.500/kg, kemudian dijual ditambah ongkos giling, transportasi dan lainnya maka harga beras medium sampai di pasar (tradisional) berapa, Seharusnya mengikuti harga mekanisme pasar”, nanti kita telusuri, jelasnya didepan warga.
Masih dikatakannya, selain daerah sumber penghasil padi, kedepan GM Pekat-IB dan IWO Asahan-Batubara bersama para generasi muda Kecamatan Rawang Panca Arga akan bekerjasama untuk mampu mengembangkan sektor UMKM untuk dunia usaha mereka, sehingga kemandirian pemuda dalam menambah penghasilan dapat ditempah sejak dini, menjadi kebanggaan para orang tua para muda mudi Rawang. (syaf)