TASLABNEWS, ASAHAN– Pada revolusi sosial tahun 1946 sebanyak
8 orang keluarga Sultan Asahan dibunuh dan dimasukkan ke sumur tua di Afdeling
VI PTPN III kebun Sei Dadap, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan. Saat
ini pihak keluarga kesultanan telah menggali sumur itu, Senin (30/4).
8 orang keluarga Sultan Asahan dibunuh dan dimasukkan ke sumur tua di Afdeling
VI PTPN III kebun Sei Dadap, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan. Saat
ini pihak keluarga kesultanan telah menggali sumur itu, Senin (30/4).
Sultan Asahan Sultan Shaibun Abdul Jalil Rahmat Syah III (kiri) dan foto Permaisuri Sultan Asahan Tengku Nurasyikin dan istri Gubernur Belanda foto bersama. |
Oleh: Syafruddin Yusuf
Menurut Keluarga Kesultanan Asahan Tengku Muhammad Ikbal
Bustamam ada 8 korban di dalam sumur yang menjadi korban revolusi sosial 1946 diantaranya yakni, Raja Kohar, Kadus
Jamaluddin, Sulaiman, Raja Baharuddin, Tengku Ismail.
Bustamam ada 8 korban di dalam sumur yang menjadi korban revolusi sosial 1946 diantaranya yakni, Raja Kohar, Kadus
Jamaluddin, Sulaiman, Raja Baharuddin, Tengku Ismail.
Mereka merupakan korban revolusi sosial di kesultanan Asahan
pada tanggal 3 maret 1946.
pada tanggal 3 maret 1946.
Jauh sebelum peristiwa revolusi sosial 1946, Kesultanan
Asahan dijabat oleh Sultan Muhammad Hussein II yang melantik Tengku Alang Yahya
sebagai Bendahara dan mengangkat anak sulungnya, Tengku Amir, sebagai Tengku
Besar Asahan atau calon Sultan. Tetapi Tengku Amir mangkat tahun 1913 dan
diangkatlah Tengku Saibun sebagai gantinya pada 7 Juli 1915.
Asahan dijabat oleh Sultan Muhammad Hussein II yang melantik Tengku Alang Yahya
sebagai Bendahara dan mengangkat anak sulungnya, Tengku Amir, sebagai Tengku
Besar Asahan atau calon Sultan. Tetapi Tengku Amir mangkat tahun 1913 dan
diangkatlah Tengku Saibun sebagai gantinya pada 7 Juli 1915.
Sultan Muhammad Hussein II mangkat pada usia 53 tahun, oleh
karena Tengku Saibun masih kanak-kanak, Tengku Alang Yahya (Bendahara) dilantik
menjadi pemangku sultan dengan gelar Tengku Regent Negeri Asahan. Semasa ia
menjadi Tengku Regent ini, Beliau menerima dua anugerah, yaitu “Officier der
Orde van Oranje Nassau” dan “Ridder der Orde van den Nederlanschen Leeuw”.
karena Tengku Saibun masih kanak-kanak, Tengku Alang Yahya (Bendahara) dilantik
menjadi pemangku sultan dengan gelar Tengku Regent Negeri Asahan. Semasa ia
menjadi Tengku Regent ini, Beliau menerima dua anugerah, yaitu “Officier der
Orde van Oranje Nassau” dan “Ridder der Orde van den Nederlanschen Leeuw”.
Pada 15 Juni 1933, Tengku Saibun ditabalkan menjadi Sultan
Asahan XI dengan gelar Sultan Saibun Abdul Jalil Rahmat Syah di Istana Kota Raja Indra Sakti,
Tanjungbalai. Istri Beliau, Tengku Nurul Asikin binti Tengku Al Haji Rahmad
Bedagai, ditabalkan sebagai Tengku Suri (Tengku Permaisuri) Negeri Asahan, pada
17 Juni 1933.
Asahan XI dengan gelar Sultan Saibun Abdul Jalil Rahmat Syah di Istana Kota Raja Indra Sakti,
Tanjungbalai. Istri Beliau, Tengku Nurul Asikin binti Tengku Al Haji Rahmad
Bedagai, ditabalkan sebagai Tengku Suri (Tengku Permaisuri) Negeri Asahan, pada
17 Juni 1933.
Kendaraan hias Sultan Asahan pada masa kejayaan kesultanan. |
Pendudukan Jepang di Indonesia sejak Maret 1942 hingga 1945
mengakibatkan keadaan yang semakin carut-marut. Tiga hari setelah jatuhnya bom
di Hiroshima, Soekarno meproklamirkan
kemerdekaan Indonesia.
Di saat yang sama pula, diumumkanlah pemerintah Republik Indonesia
dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakilnya. Dengan
demikian, dimulailah revolusi republik di seluruh wilayah Indonesia.
mengakibatkan keadaan yang semakin carut-marut. Tiga hari setelah jatuhnya bom
di Hiroshima, Soekarno meproklamirkan
kemerdekaan Indonesia.
Di saat yang sama pula, diumumkanlah pemerintah Republik Indonesia
dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakilnya. Dengan
demikian, dimulailah revolusi republik di seluruh wilayah Indonesia.
Pemimpin-pemimpin pergerakan di Indonesia, mendaulat Soekarno dan
Hatta sebagai pemimpin tertinggi mereka, tetapi pada umumnya perkembangan
revolusi di kebanyakan daerah di Sumatera Utara terlepas dari pergerakan di
Jawa. Revolusi di Sumatera bermula pada Oktober 1945 pada saat tentara sekutu
tiba di Sumatera untuk melucuti tentara Jepang.
Hatta sebagai pemimpin tertinggi mereka, tetapi pada umumnya perkembangan
revolusi di kebanyakan daerah di Sumatera Utara terlepas dari pergerakan di
Jawa. Revolusi di Sumatera bermula pada Oktober 1945 pada saat tentara sekutu
tiba di Sumatera untuk melucuti tentara Jepang.
Aktivis-aktivis pergerakan pada mulanya berperang dengan
tentara Jepang yang sedang mundur untuk merebut senjata dan dengan tentara
Inggris yang menduduki sebagian Kota Medan, Padang dan Palembang dan akhirnya
dengan Belanda yang mengambil alih dari Tentara Inggris pada akhir tahun 1945
tentara Jepang yang sedang mundur untuk merebut senjata dan dengan tentara
Inggris yang menduduki sebagian Kota Medan, Padang dan Palembang dan akhirnya
dengan Belanda yang mengambil alih dari Tentara Inggris pada akhir tahun 1945
Di dalam kemelut ini, keganasan dialihkan pula kepada
golongan tradisional (Tengku dan Raja) yang selama ini dianggap oleh golongan
petani sebagai pro Belanda dan pro kolonial. Kebencian rakyat semakin meluap
karena kebanyakan raja-raja itu tidak memberikan sokongan kepada pergerakan pro
Republik (kecuali Sultan Siak), ditambah lagi tersebar pula kabar bahwa
raja-raja itu telah menghubungi Belanda dengan harapan dapat memulihkan kembali
kedudukan mereka.
golongan tradisional (Tengku dan Raja) yang selama ini dianggap oleh golongan
petani sebagai pro Belanda dan pro kolonial. Kebencian rakyat semakin meluap
karena kebanyakan raja-raja itu tidak memberikan sokongan kepada pergerakan pro
Republik (kecuali Sultan Siak), ditambah lagi tersebar pula kabar bahwa
raja-raja itu telah menghubungi Belanda dengan harapan dapat memulihkan kembali
kedudukan mereka.
Pergerakan anti kaum bangsawan kian merebak dan pemimpin
republik tidak berkuasa menahannya. Dalam pada itu, beberapa pemimpin politik
yang opportunis, dua diantaranya adalah Karim Marah Sutan dan Luat Siregar dari
Partai Komunis Indonesia, menggunakan pergerakan anti kaum bangsawan ini
sebagai landasan untuk memperkuat landasan kekuatan politik mereka.
republik tidak berkuasa menahannya. Dalam pada itu, beberapa pemimpin politik
yang opportunis, dua diantaranya adalah Karim Marah Sutan dan Luat Siregar dari
Partai Komunis Indonesia, menggunakan pergerakan anti kaum bangsawan ini
sebagai landasan untuk memperkuat landasan kekuatan politik mereka.
Untuk mencapai tujuan ini, mereka membangkitkan sentimen
rakyat sampai akhirnya tercetuslah revolusi sosial. Di mana raja-raja/sultan dan
keluarganya di beberapa daerah di Indonesia,
seperti di Simalungun, Asahan, Medan
dibunuh beramai-ramai dengan kejam dan hartanya dirampas.
rakyat sampai akhirnya tercetuslah revolusi sosial. Di mana raja-raja/sultan dan
keluarganya di beberapa daerah di Indonesia,
seperti di Simalungun, Asahan, Medan
dibunuh beramai-ramai dengan kejam dan hartanya dirampas.
Selain dari para bangsawan, para perusuh juga membunuh
kalangan profesional yang berpendidikan barat, terutama mereka yang hidup
mengkuti gaya
hidup barat. Oleh karena itu, beberapa orang pro nasionalis dan keluarganya
juga turut dibunuh.
kalangan profesional yang berpendidikan barat, terutama mereka yang hidup
mengkuti gaya
hidup barat. Oleh karena itu, beberapa orang pro nasionalis dan keluarganya
juga turut dibunuh.
BACA BERITA TERKAIT:
https://www.taslabnews.com/2018/04/8-keluarga-sultan-asahan-dibunuh-dan.html
https://www.taslabnews.com/2018/04/senin-29-april-2018-sumur-tua-situs.html?m=0
Keluarga Kesultanan Deli dan Serdang terselamatkan berkat
penjagaan tentara Sekutu yang sedang bertugas di Medan untuk menerima penyerahan dari Jepang.
Sementara di Serdang, beberapa orang keluarga raja sedari awal telah mendukung
rakyat menentang Belanda. Namun di Langkat, Istana Sultan dan rumah-rumah
kerabat diserang dan rajanya dibunuh bersama keluarganya termasuklah penyair
besar Indonesia,
Tengku Amir Hamzah yang dipancung di Kuala Begumit.
penjagaan tentara Sekutu yang sedang bertugas di Medan untuk menerima penyerahan dari Jepang.
Sementara di Serdang, beberapa orang keluarga raja sedari awal telah mendukung
rakyat menentang Belanda. Namun di Langkat, Istana Sultan dan rumah-rumah
kerabat diserang dan rajanya dibunuh bersama keluarganya termasuklah penyair
besar Indonesia,
Tengku Amir Hamzah yang dipancung di Kuala Begumit.
Keganasan yang paling dahsyat terjadi pada bulan Maret 1946
di Asahan dan di kerajaan-kerajaan Melayu di Labuhanbatu seperti Kualuh, Panai
dan Kota Pinang. Di Labuhanbatu, daerah yang paling jauh dengan Kota Medan
sehingga para keturunan raja dan sultan tidak dapat dilindungi oleh pasukan
sekutu.
di Asahan dan di kerajaan-kerajaan Melayu di Labuhanbatu seperti Kualuh, Panai
dan Kota Pinang. Di Labuhanbatu, daerah yang paling jauh dengan Kota Medan
sehingga para keturunan raja dan sultan tidak dapat dilindungi oleh pasukan
sekutu.
Istana raja dikepung dan raja-rajanya pun dibunuh seperti
Yang Dipertuan Tengku Al Haji Muhammad Syah (Kualuh), Sultan Bidar Alam Syah IV
(Bilah), Sultan Mahmud Aman Gagar Alam Syah (Panai) da Tengku Mustafa gelar
Yang Dipertuan Besar Makmur Perkasa Alam Syah (Kota Pinang).
Yang Dipertuan Tengku Al Haji Muhammad Syah (Kualuh), Sultan Bidar Alam Syah IV
(Bilah), Sultan Mahmud Aman Gagar Alam Syah (Panai) da Tengku Mustafa gelar
Yang Dipertuan Besar Makmur Perkasa Alam Syah (Kota Pinang).
Di Asahan, sebagian besar keluarga Raja dibunuh, namun
Sultan Saibun selamat dan menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia
di Pematangsiantar. Beliau mangkat di Medan
pada 6 April 1980.
Sultan Saibun selamat dan menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia
di Pematangsiantar. Beliau mangkat di Medan
pada 6 April 1980.
Pembantain para keluarga Kesultanan Asahan secara otomatis
masih membekas dihati para sanak keluarga yang menjadi keturunan Sultan Asahan.
Itu sebabnya, Senin (30/4/2018), para keturunan Kesultanan Asahan sepakat
melakukan penggalian terhadap sumur tua di perkebunan Sei Dadap agar jenazah
keluarga bisa dimakamkan sebagaimana layaknya.
masih membekas dihati para sanak keluarga yang menjadi keturunan Sultan Asahan.
Itu sebabnya, Senin (30/4/2018), para keturunan Kesultanan Asahan sepakat
melakukan penggalian terhadap sumur tua di perkebunan Sei Dadap agar jenazah
keluarga bisa dimakamkan sebagaimana layaknya.
Awalnya rencana penggalian mulai dilaksanakan Kamis
(29/3/2018), dan dimakamkan kembali di komplek Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah kota Tanjungbalai.
(29/3/2018), dan dimakamkan kembali di komplek Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah kota Tanjungbalai.
Penggalian ini merupakan inisiatif dari keturunan para
korban revolusi sosial 1946.
korban revolusi sosial 1946.
“Guna mengungkap kebenaran dan menggali sejarah bahwa pernah
terjadi pembantaian besar-besaran di Sumatera Timur atau sering disebut
revolusi sosial,” kata Indra Syah.
terjadi pembantaian besar-besaran di Sumatera Timur atau sering disebut
revolusi sosial,” kata Indra Syah.
Indra menyebutkan, proses penggalian akan berlangsung tiga
hari mulai dari pembersihan lokasi, persiapan penggalian, pembacaan doa dan
ritual adat penggalian, penggalian dan pemberangkatan jenazah ke Mesjid Raya
Sultan Ahmadsyah, di Tanjungbalai. Selanjutnya pelaksanaan fardhu kifayah
(sholat jenazah), takziah keluarga dan kerabat, pemakaman kembali di komplek
Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah, dan terakhir doa.
hari mulai dari pembersihan lokasi, persiapan penggalian, pembacaan doa dan
ritual adat penggalian, penggalian dan pemberangkatan jenazah ke Mesjid Raya
Sultan Ahmadsyah, di Tanjungbalai. Selanjutnya pelaksanaan fardhu kifayah
(sholat jenazah), takziah keluarga dan kerabat, pemakaman kembali di komplek
Mesjid Raya Sultan Ahmadsyah, dan terakhir doa.
“Direncanakannya kegiatan kita lakukan tidak terlepas dari
keinginan keturunan para korban yang ingin orang tua mereka dimakamkan secara
syariat Islam melalui fardhu kifayah,” ujar Indra Syah. (***)
keinginan keturunan para korban yang ingin orang tua mereka dimakamkan secara
syariat Islam melalui fardhu kifayah,” ujar Indra Syah. (***)