Cacing pita yang ditemukan dari seorang warga Simalungun. |
Selain itu, dia susah tidur karena dubur kerap gatal, perut membesar, mata rabun, rambut kering, makan makin kuat namun badan lemas.
Informasi diperoleh akibat tak tahan menderita begitu, Saridin yang pernah menjadi petugas pos pelayanan terpadu (Posyandu) tahun 1980-an itu memutuskan untuk berangkat ke Medan berobat ke klinik dr Umar Zein sekitar Oktober 2017 lalu.
“Kepada dokter itu saya mengaku setiap lima menit keluar cacing dari dubur saya,” katanya dihubungi Senin (2/4/2018) siang.
Di klinik dr Umar Zein, Saridin diberikan obat cacing pita Yomesan. Sekitar beberapa waktu memakan obat itu, dia tak lagi memakai kacamata saat membaca dan tubuhnya pulih seperti sediakala.
Namun sejak Saridin berobat, dr Umar Zein memutuskan untuk melakukan pengobatan dan penelitian cacing pita ke Nagori Dolok pada Oktober-November 2017.
Umar turun bersama tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan. Di sana mereka menemukan ada warga mengeluarkan cacing dengan ukuran 8 meter hingga 10,5 meter.
“Saya lupa siapa warga kami kemarin yang mengeluarkan cacing pita sepanjang 10,5 meter itu,” tutur Saridin.
Saridin lalu menyebut, penyebab warga menderita cacing pita belum bisa dipastikan, apalagi dengan menyebut akibat mengkonsumsi makanan khas Simalungun, hinasumba.
Dia menduga penyebabnya adalah karena penderita memijak kotoran hewan seperti kotoran babi, rusa atau kerbau yang memang kadang berserakan di perkampungan. Atau, bisa juga karena warga makan daun-daun saat sedang berada di hutan.
“Penyebabnya menurut saya bukan itu. Tetapi karena memijak kotoran hewan dan juga memakan daun-daunan di hutan,” terangnya.
Ditanya soal hinasumba yang bahan utamanya daging ayam, babi atau kerbau, dia menyebut, biasanya itu dimasak dengan sempurna bersama bumbu lainnya sebelum kemudian dikonsumsi warga.
Saridin sendiri mengaku, lumayan jarang memakan hinasumba. Namun dia terkena penyakit cacing pita. Diperkirakan masih ada warga lainnya yang terkena pasca pengobatan yang dilakukan dr Umar Zein terhadap 200-an warga Nagori Dolok pada 2017 lalu.
“Saya kira masih ada itu. Kemarin keluarga saya juga ada yang terkena. Obatnya katanya harus dari luar,” ungkap Saridin.
Menurut Saridin, obat Yomesan beredar bebas pada tahun 1980-an di apotik-apotik. Dia sendiri pernah sebagai petugas Posyandu sering membawa obat tersebut karena memang di kampung mereka penyakit cacing pita sudah ada sejak lama. (syaf/int)