TASLAB NEWS, TAPTENG- Keluarga Rahmad Lubis (10) hanya bisa
pasrah dengan penyakit yang dirita Rahmad. seseharinya hanya berdiam
diri di rumah. Mereka hanya bisa mengelis dada dan sedih karena melihat
anaknya tak sanggup keluar rumah, bermain dengan teman-teman seusianya,
karena dia memiliki kelainan fisik. Namun, keinginan Rahmad untuk sembuh
cukup tinggi. Dalam doanya, dia ingin sembuh agar bisa bersekolah,
membahagiakan orangtua kelak.
Rahmad Lubis bocah asal Tapteng yang menderita kelainan pada wajah dan matanya. |
Bocah itu tinggal di Lorong II,
Desa Lopian, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).
Sejak berumur 1 tahun, dia tidak dapat melihat akibat penyakit yang
dideritanya.
Tidak hanya itu, Rahmad Lubis yang
merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara buah cinta Muhammad Syukur Lubis
(42) dan Lina Marlina (36) ini, juga mengalami derita lain di bagian
wajahnya. Tampak di bagian wajahnya membengkak dan tidak normal dengan
warna kebiru-biruan.
Kondisi fisik yang tidak normal
seperti anak-anak lainnya ini pun terpaksa membuat Rahmad hanya dapat
berdiam diri di rumah dan menghabiskan waktu sepanjang hari bersama
dengan saudaranya tanpa berbaur dengan anak-anak dilingkungannya.
Meski
demikian, bocah yang memiliki keterbatasan ini memiliki keinginan yang
kuat untuk dapat bersekolah dengan berharap kedua bola matanya dapat
sembuh dan melihat.
“Aku ingin berobat, aku ingin sekolah,” ujar Rahmad saat ditemui wartawan, Jumat (19/1) lalu.
Sementara,
Lina Marlina (36), ibu Rahmad menjelaskan, penyakit aneh yang dialami
anak laki-lakinya itu sudah mulai terlihat sejak umur 7 bulan, yang
berawal dari sakit mata.
Namun, kala itu ia mengira
bahwa sakit mata yang diderita oleh Rahmad adalah penyakit mata biasa
sehingga ia memberikan pengobatan dengan menggunakan obat mata umumnya.
Namun sayang, setelah memasuki usia 1 tahun, penyakit yang diderita
Rahmad tidak kunjung sembuh dan bertambah buruk, sehingga ia membawa
anaknya itu ke RSUD Pandan.
Meski telah dibawa berobat
ke rumah sakit, penyakit Rahmad tidak kunjung sembuh, dan pihak RSUD
Pandan mengarahkan mereka untuk membawa Rahmad ke Rumah Sakit Adam Malik
Medan.
Sayangnya, akibat keterbatasan ekonomi, Rahmad
yang telah sempat dibawa ke rumah sakit Adam Malik itu tidak dapat
dilanjutkan perobatannya.
“Dulu Rahmad pernah kami bawa
berobat waktu kecil ke RSUD Pandan, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit
Adam Malik Medan, namun kami tidak sanggup dengan biaya hidup di sana,
makanya perobatannya tidak dilanjutkan,” ucap Marlina.
Rosida
Hasibuan yang merupakan tetangga Marlina menyebutkan, perjuangan
tetangganya itu (Marlina) untuk membawa Rahmad berobat telah dilakukan
dengan segala cara dan mempergunakan semua kemampuan yang mereka miliki.
Bahkan, hingga menjual tanah agar dapat membawa anaknya berobat.
“Kalau
sakit si Rahmad ini kita tahu sudah lama, sejak bayi. Rahmad pernah
juga dibawa ke Medan berobat sampai menjual tanah persilan orangtuanya
untuk biaya di sana. Tapi hasilnya sama saja, nggak sembuh-sembuh,” kata
Rosida.
Dengan kondisi keterbatasan ekonomi saat ini,
Marlina hanya berharap uluran tangan dari pada dermawan untuk dapat
memberikan bantuan agar anaknya dapat dibawa berobat. Besar harapannya
anaknya dapat melihat dan menjalani hidup dengan normal sebagaimana
layaknya anak-anak lainnya yang seusia Rahmad. (syaf/int)