Kanguru dan koala yang kita kenal sampai sekarang merupakan hewan marsupial atau mamalia yang memiliki kantung di perutnya untuk membawa anak. Ternyata, keduanya punya kerabat jauh berupa singa marsupial.
singa marsupial |
Belum lama ini, para peneliti di Australia telah menemukan jenis lain yang menambah daftar anggota singa marsupial.
Dipublikasikan dalam Journal of Systematic Paleontology paper, ia adalah makhluk pemangsa bernama Wakaleo schouteni yang punah sekitar 19 juta tahun lalu.
Nama tersebut diberikan untuk menghormati seniman dunia Peter Schouten yang kerap melukis satwa liar yang belum difoto karena kepunahan.
Baca Juga: 1.000 Spesies Diprediksi Punah pada 2100, Ini Maknanya bagi Kita
Saat masih hidup di hutan purba Australia puluhan juta tahun lalu, hewan ini wujudnya mirip dengan kucing seukuran anjing.
Beratnya yang hanya 23 kilogram tidak sampai seperlima spesies singa marsupial terakhir di bumi, Thylacoleo carnifex yang beratnya mencapai 130 kilogram, punya taring mirip belati, dan gigitan terkuat dari segala spesies mamalia purba.
Meski begitu, para peneliti Australia menduga bahwa W shouteni adalah pemburu yang baik dan merupakan salah satu predator utama di belantara Australia.
Melalui penemuan ini, para ilmuwan dapat lebih memahami pohon keluarga singa marsupial yang sudah ada di Australia sejak 25 juta tahun yang lalu. Mereka hidup hingga 30.000 tahun yang lalu ketika manusia tiba di Australia.
“Identifikasi spesies baru ini menunjukkan tingkat keragaman singa marsupial yang menarik dan membantu mengetahui asal usul keluarga singa marsupial lebih dalam,” kata Dr Anna Gillespie, ahli paleontologi dari University of New South Wales dan penulis utama studi, seperti
dikutip dari Independent, Kamis (7/12).
Dengan memeriksa gigi spesimen yang baru diidentifikasi, Dr Gillespie dan koleganya menyimpulkan bahwa fosil itu adalah salah satu jenis singa marsupial paling primitif yang sudah ditemukan sejauh ini.
Gillespie tidak hanya antusias mendapatkan tulang tengkorak dan gigi. Hal yang lebih membuatnya bersemangat lagi adalah adanya tulang tungkai yang akan digunakannya untuk melihat bagaimana hewan tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
“Kami bisa melihat bagaimana sebenarnya mereka hidup,” imbuhnya. (syaf/int)