TASLAB NEWS, ASAHAN–Sebuah makam tua berusia ratusan tahun yang diyakini sebagai peristirahatan terakhir Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah yang pernah berkuasa dimasa kesultanan Asahan pada abad ke XVI atau diantara tahun 1573 – 1568 di Desa Pulau Raja Pekan Kecamatan Bandar Pulau terancam hilang karena abrasi sungai Asahan.
Salah seorang warga memperhatikan makam Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah yang berada di Kecamatan Bandar Pulau. |
”Mungkin akibat terjangan arus deras sungai Asahan yang mengakibatkan abrasi, sehingga dinding makam tersebut retak-retak,“ kata AB Siagian, warga yang tinggal tak jauh di lokasi makam kepada wartawan.
Pantauan wartawan Senin (4/12), tampak di lokasi makam yang berada di belakang Mesjid Lama itu, jarak antara bibir sungai dan makam kini hanya sekitar tiga meter saja. Sementara itu disekitar makam tampak rumput liar tumbuh. Juga beberapa pohon kelapa sawit menjadi benteng antara makam dan bibir sungai.
Dari penuturan warga sekitar, biasanya pejabat/walikota Tanjungbalai kerap berziarah ke makam ini setiap kali pelaksanaan HUT Kota Tanjungbalai, yang mana nama Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah merupakan sultan Asahan pertama yang ketika itu pusat pemerintahannya berada di Asahan yang sekarang bernama Tanjungbalai. Bahkan nama Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah diabadikan namanya sebagai salah satu lapangan /alun alun yang biasa disebut masyarakat setempat lapangan pasir.
Warga pun berharap setidaknya kepedulian Pemkab Asahan untuk merawat dan menjaga situs sejarah di kabupaten Asahan ini dapat diwujudkan. Karena jika dilihat dari kondisinya, makam tersebut seperti dibiarkan dan butuh peremajaan.
“Makam ini katanya tempat istirahat terakhir Sultan Asahan. Tetapi kondisinya kurang mendapat perhatian pemerintah, semoga kedepan lebih diperhatikan agar tidak hilang nilai sejarahnya,” ucap salah seorang warga.
Selain makam tua yang diyakini sebagai makam Sultan Asahan pertama sekitar 30 meter, juga terdapat makam Putri Siti Ungu (Siti Unai) yang mangkat sekitar tahun 1660, sesuai tulisan yang terdapat pada batu nisan yang telah dipugar oleh Istri Walikota Tanjung Balai Sutrisno Hadi pada tahun 2001.
Kondisi sekitar makam sangat semak oleh rerumputan liar yang tampak tidak pernah dibersihkan. Keretakan juga terdapat pada dinding makam tersebut, makam yang diyakini sebagi makam sultan pertama Asahan juga bakal hilang akibat ancaman abrasi yang terjadi di sungai Asahan.
Namun sangat disayangkan, baik keturunan sultan itu sendiri maupun pemerintah Asahan tidak merawatnya. Situs itu merupakan aset yang sangat tidak ternilai harganya, sebab merupakan tonggak sejarah asal muasal Kabupaten Asahan. (syaf)