TASLAB NEWS, ASAHAN–Puluhan warga Kampung Lubuk Buaya yang berada di Desa Sei Kamah Baru Dusun I Kecamatan Sei Dadap merasa bahagia luar biasa. Pasalnya baru dipenghujung akhir tahun 2017 ini mereka tidak lagi merasakan gelapnya gulita malam, karena daerah tersebut sama sekali tak teraliri listrik, meski kampung tersebut sudah ditinggali warga sejak tahun 1950-an.
Muslim, warga kampung Lubuk Buaya saat dijumpai wartawan.
|
Tiang tiang listrik sudah terpancang berdiri tegak, di kampung yang hanya dihuni sekitar 12 kepala keluarga ini. Seluruh rumah warga juga sudah didata untuk mendapatkan meteran listik yang rencananya akhir bulan ini akan rampung. Jalanan desa yang tadinya gelap gulita di malam hari, sebentar lagi akan terang benderang teraliri listrik.
Muslim (71), warga Kampung Lubuk Buaya yang menetap di kampung tersebut sejak tahun 1950 – an itu, mengaku tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
“Alhamdulillah, kampung kami sudah masuk listrik. Warga kampung ini juga bahagianya luar biasa,” kata pria yang kesehariannya berprofesi sebagai petani itu saat dijumpai wartawan, Rabu (6/12).
Kepada wartawan, ia mengisahkan, sebelum dialiri listrik, warga setempat hanya mengandalkan mesin genset pemberian PT Perkebuan Nusantara (PT PN III) Sei Dadap. Itupun kondisinya saat ini sudah payah karena harus menghidupi seluruh rumah warga kampung.
“Sudah 15 tahun ini pakai genset yang hidupnya setiap malam hanya dua jam. Dari jam 7 sampai 9 malam. Itupun gensetnya sering rusak,” ujarnya.
Ironisnya, sebelum kampung ini dialiri listrik, jika ditarik garis lurus dengan tiang listrik PLN terdekat yang berada di tepi jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), jaraknya hanya kurang lebih 1 kilometer dengan Kampung Lubuk Buaya.
Selama puluhan tahun, warga hanya mengandalkan mesin genset secara terbatas untuk penerangan. Tak jarang warga harus rela bergelap-gelap di malam hari jika mesin rusak.
Menurut Muslim, sebelumnya memang warga setempat sudah berulangkali mengadukan masalah tersebut ke pemerintah dan berulangkali pula hanya menerima janji yang belum terpenuhi. Setiap tahun, warga selalu mengusulkan penyediaan jaringan listrik PLN melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbanng) tingkat desa.
“Memang sudah sering diusulkan, tahun ini baru terealisasi,” ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjutnya, karena kampung bertahun-tahun tak dialiri listrik, membuat warga satu persatu meniggalkan kampung seluas 20 hektar (ha) tersebut ke wilayah yang terjangkau dengan jaringan listrik PLN.
“Dulunya kampung ini dihuni 28 KK (Kepala Keluarga). Karena tak ada jaringan listirik, satu persatu warga pindah ketempat lain. Sekarang hanya tinggal 12 KK saja,” ucapnya.
“Terimakasih pak Bupati, kampung kami masuk listrik,” cetusnya sembari berharap jalan kampung dapat segera diperbaiki karena menjadi lintasan truk berat karena proyek pemasangan listrik. (syaf/dhan)