TASLABNEWS, KISARAN-Kepala Unit Pelayanan Terpadu (Ka UPT) Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Sapri Moesa dan Kepala Sekolah SMK N 2 Kisaran Zulfikar nyaris ado jotos dihadapan ribuan siswa yang melakukan aksi unjuk rasa, Kamis (23/11) sekira pukul 10.00 WIB, di halaman SMK N 2 Kisaran.
KA UPT Sapri Moesa didampingi Irawadi saat ditemui sejumlah
wartawan |
Keributan dipicu tudingan yang menyebut Zulfikar, tidak transparan dan melakukan manipulasi managemen keuangan sekolah, yang berakibat tidak dibayarkannya honor para guru honor di sekolah tersebut, seperti yang diteriakan siswa.
Seperti yang disampaikan S Manurung, salah seorang guru pada sejumlah wartawan mengatakan, selama kepemimpinan Zulfikar, kualitas pendidikan SMK N 2 mengalami kemunduran bahkan tenaga guru honor yang mengabdi di sekolah ini tidak dibayar honornya hingga lima bulan lamanya.
Lanjut S Manurung, aksi “unjuk rasa” ribuan siswa anak asuhnya itu menuntut Zulfikar untuk mundur dari jabatannya, serta menuntut belajar praktek yang selama ini tidak pernah lagi harus diaktifkan lagi.
“Memang siswa sudah hampir setahun tidak melaksanakan praktek sebagaimana lazimnya sekolah kejuruan. Alasan kepala sekolah karena tidak cukup biaya untuk praktek. Sementara aliran dana BOS sudah diterima beliau sebesar Rp1,2 miliar terhitung dari Tri wulan 1 sampai tri wulan 3,” ucap Manurung.
Diakuinya lagi, siswa dalam melaksanakan belajar praktek terpaksa patungan menggunakan dana pribadi agar bisa ikut belajar praktek.
Terpisah kepala unit pelaksana tehnis ( Ka.UPT) Disdik Propinsi Sumut, Sapri Moesa didampingi Irawadi, selaku Sekertaris UPT Disdik Asahan mengakui, pengelolaan managemen di SMK N 2 Sei Renggas ini tidak benar.
Dimana, dana BOS sudah diterima, dari mulai Tri wulan 1 hingga Tri Wulan 3, sebesar Rp1,2 miliar dari pagu Rp1,6 miliar.
Suasana di SMK N2 Kisaran |
“Kan aneh. Dana BOS udah diambil, bisa bisanya kepala sekolah ini tidak dapat melaksanakan belajar pratikum pada siswanya dengan alasan ketiadaan biaya operasional, terlebih lagi adanya lima orang tenaga guru honor yang tidak dibayar gajinya selama lima bulan,” ucapnya dengan raut wajah kesal.
Bahkan menurutnya, permasalahan yang terjadi di SMK N 2 Kisaran sudah luar biasa. Selain pimpinan sekolah terlalu egois dalam menyikapi apa yang terjadi, kepala sekolah juga tidak mau menerima saran dari bawahannya.
“Kami akan membawa serta melaporkan apa yang terjadi disekolah ini pada pimpinan di Dinas Pendidikan tingkat I Sumut. Walaupun tadi kepala sekolah ngaku bisa nangani permasalahan ini, tapi saat kita desak batas waktu menyelesaikan beliau malah tidak bisa memastikanpungkasnya,” akhirnya pada sejumlah wartawan.
Info diperoleh, aksi unjuk rasa di SMK N 2 Kisaran bukan kali ini saja terjadi. Jauh sebelum siswa/i melakukan mogok belajar seperti hari ini, sejumlah guru, khususnya guru honor pernah melakukan aksi serupa.
“Pas itu kami unjukrasa biar honor kami dibayarkan. Dia (zulkifli, red) waktu itu janji akan bayar tanggal 30 bulan ini,” ucap seorang guru honorer pada awak koran ini, minta identitasnya disembunyikan. (syaf)