TASLABNEWS.COM, TAPTENG- Mustina br Sinaga (38), ibu dua anak yang dipasung di ladang akhirnya dilepas. Teriakan dari Mustina langsung keluar begitu dirinya dilepas.
Jangan pasung dan kurung lagi aku, Ibu. Sakit kali dipasung itu. Aku tidak sakit, aku tidak gila, Ibu. Mohon jangan dipasung lagi aku. Begitulah ucapan Mustina sambil memeluk Kamma br Manullang, wanita yang melahirkannya itu, dengan berurai air mata.
Mustina br Sinaga saat disambangi Camat Andam Dewi Agusman Simajuntak dan pihak puskesmas setempat dan Kepala BKIA Sri Handayani AmKeb. |
Pelepasan Musnita dari tempatnya dipasung cukup mengiris hati. Mustina berulangkali memelas kepada ibunya, dan sepertinya trauma ketika dipasung dan dikurung di persawahan karena dugaan penyakit jiwa yang dialaminya selama hampir satu tahun.
Mustina dilepaskan dari pasungan, Senin (13/11) sore, pasca pemberitaan yang marak beredar. Proses pelepasan ibu dua orang anak itu terjadi setelah pihak Pemkab Tapteng melalui Camat Andam Dewi Agusman Simajuntak dan pihak puskesmas setempat dan Kepala BKIA Sri Handayani AmKeb memantau dan menjamini keamanan jiwa Mustina.
Detik-detik pelepasan Mustina pun berlangsung haru. Sebab, mereka kebingungan bagaimana membukanya, karena kunci gembok kurungan Mustina sudah dibuang, agar jangan ada yang melepaskannya.
https://www.taslabnews.com/2017/11/mami-tolong-keluarkan-aku-jerit-ibu.html
Dengan kesepakatan aparatur kecamatan didampingi Ompung Parulian Simatupang selaku pemerhati di daerah itu, diputuskanlah untuk membongkar gembok kurungan Mustina.
Setelah gembok terbuka, Mustina segera meraung-raung memeluk ibunya, Kamma br Manullang. Ibu berparas cantik itu memohon agar dirinya jangan dikurung dan dipasung lagi, karena dirinya tidak gila dan tidak sakit.
“Tolong, Ibu, jangan aku dikurung dan dipasung lagi. Sakit dipasung, Ibu. Mohon, Ibu. Aku jangan dipasung lagi, karena aku tidak gila, Ibu,” pintanya berkali-kali sambil memeluk erat ibunya. Peristiwa itupun membuat warga dan aparat kecamatan terharu hingga air mata mereka jatuh.
Menurut keterangan Ompu Parulian Simatupang kepada wartawan, setelah melakukan pemeriksaan awal oleh dokter puskesmas, dr Maruli Silalahi, korban bisa dijamin tidak melakukan tindakan di luar normalnya, dengan catatan korban mau makan obat serta tidak memancing emosi dan mengejeknya.
“Kami tadi sudah sepakat dengan pihak orangtua Mustina dan keluarganya agar menjaga dan merawatnya sekitar dua hari ini, sembari menunggu dibawa ke RSUD Pandan atau RSUD Sibolga untuk memeriksa kejiawaan Mustina. Kalau pihak rumah sakit nanti memastikan harus dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa di Medan, pihak Pemkab sudah siap untuk menanggulanginya. Dan, sore ini sudah selesai semua berkas dan identitas korban dikerjakan Camat Andam Dewi, karena selama ini korban tidak memiliki KTP, Kartu Keluarga dan Kartu Miskin.
“Allamdulillah tadi semua sudah beres dibuat Pak Camat dan tinggal menunggu ketenangan fisik korban untuk dirujuk ke RSUD Pandan atau Sibolga,” terang Ompung Parulian.
Diakuinya, begitu korban meminum obat yang diberikan dokter, kondisi Mustina nyaman dan bisa diajak cerita dengan baik. Bahkan, ia bisa mengingat kedua anaknya, Sahira (5) dan Gilang Atmaja (3). Ia mengaku rindu untuk bertemu kedua belahan jiwanya itu, karena sudah hampir setahun mereka terpisah, karena dibawa suaminya.
Pihak keluarga Mustina sangat berterima kasih kepada media yang sudah memberitakan kondisi putrinya itu, sehingga mendapat respon yang baik. Demikian juga pihak kecamatan menyampaikan terima kasih atas pemberitaan media, sehingga mereka bisa mengetahui kondisi Mustina.
”Kita berharap agar penangan dan perawatan Mustina bisa berjalan dengan baik sehingga mental dan jiwanya dapat dipulihkan sehingga dapat bersatu kembali dengan keluarga dan anak-anaknya,” harap Ompung Parulian Simatupang.
Seperti diberitakan sebelumnya, sudah hampir setahun lamanya Mustina Sinaga hidup dalam belenggu di gubuk 2×2 meter, dipasung, di sebuah ladang yang sunyi, di Desa Ladang Tengah, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Orangtuanya melakukan itu karena Mustina mengalami gangguang jiwa.
Ibu dua orang anak ini terpaksa dikurung dan dipasung orangtuanya, Kamma. Gangguan kejiwaan ini dialami pasca melahirkan anaknya yang kedua. Menurut pengakuan Ompung Parulian Simatupang, salah seorang warga, sewaktu pertama kali mengunjungi tempat Mustina dikurung mengatakan bahwa dia dan istrinya, Katarina Sigalingging, pada saat itu tidak sanggup melihat kondisi Mustina.
Sesuai penuturan orangtua Mustina dan keluarganya kepada Ompung Parulian, Mustina merupakan tamatan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Barus Tapteng. Sesudah tamat, ia berangkat merantau ke Medan. Tidak berapa lama merantau langsung menikah dengan suaminya, Suhery. Dari hasil pernikahan tersebut, pasangan ini memiliki 1 orang anak.
“Setelah 20 hari melahirkan anak pertamanya, ada masalah dalam rumah tangga mereka. Dimana suaminya pergi kerja satu harian tidak pulang-pulang tanpa memberi kabar dan pesan. Hal itu membuat Mustina terpukul mentalnya. Dari situlah awalnya Mustina tidak sadarkan diri,” terangnya.
Melihat kondisi tersebut, Mustina sempat dibawa berobat dan sehat kembali. Menyusul pulangnya kembali suami Mustina. Dan, setelah melahirkan anak keduanya, penyakit Mustina kambuh kembali dan kelakuannya menjadi aneh. Terkadang, Mustina mau memaki orang, jalan-jalan ke kampung tetangga hingga bermalam di rumah orang lain.
“Karena takut terjadi yang tidak diinginkan, maka keluarganya, termasuk orangtuanya mengurung Mustina,” ungkapnya.
Lanjut diungkapkan Ompung Parulian, melihat kondisi Mustina mengalami gangguan kejiwaan, suaminya pun pergi meninggalkannya dan membawa kedua anak mereka.
“Kondisi itulah yang membuat Mustina semakin terpukul, tidak bisa ketemu dengan kedua anaknya. Karena kedua orangtua Mustina adalah orang miskin, tidak sanggup membawa berobat ke rumah sakit jiwa, salah satu cara mereka adalah dengan mengurungnya dalam ruangan kecil itu. Kedua orangtua Mustina sangat mengharapkan dukungan dari dermawan yang mau membawa putri pertamanya berobat ke rumah sakit jiwa,” sebut Simatupang. (syaf/int)
Tiga Sianturi/New Tapanuli
Mustina (celana merah) bersama camat dan petugas kesehatan pasca dirinya lepas dari pasungan yang mengekangnya selama hampir setahun.