TASLABNEWS.COM, ASAHAN – Sejak ditutupnya jembatan Sei Silau di Desa Prapat Janji, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan pada tanggal 20 Agustus 2017 lalu karena pengerjaan jembatan, warga terpaksa mencari jalan alternatif. Warga terpaksa mengeluarkan biaya tambahan agar dapat menyebrang dengan transportasi rakit/getek meski harus merogoh kocek Rp5 sampai Rp30 ribu.
Warga menggunakan getek untuk menyeberangi sungai. |
Kepada wartawan, warga pun berharap perbaikan jembatan Sei Silau yang diproyeksikan pengerjaannya selama seratus dua puluh hari kerja itu bisa selesai tepat waktu sehingga mereka tidak lagi bersusah payah menyebrang dengan menggunakan getek dan mengeluarkan uang tambahan hanya untuk melintasi sungai Silau.
“Lewat sini (jalur getek) satu-satunya jalan paling cepat dari pada jalan memutar Simpang Pulo Mandi. Apalagi di sana kondisi jalannya sudah parah karena dilintasi kenderaan berat,” kata Abdul, warga Kecamatan Buntu Pane yang berprofesi sebagai guru di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge saat diwawancarai wartawan, Rabu (25/10).
Ia berharap perbaikan jembatan Sei Sulau yang berbiaya Rp3,812 miliar dikerjakan oleh Dinas Bina Marga Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sumatera Utara ini bisa rampung tepat waktu sehingga akses transportasi masyarakat yang setiap harinya mengandalkan jembatan tersebut tidak terputus.
“Harapan kami selaku masyarakat agar jembatan ini cepat siap. Karena masyarakat sangat merasakan kesusahan akses mereka menuju kota Kisaran Ibukota Kabupaten Asahan terutama dari daerah Bandar Pasir Mandoge menjadi sulit diakses apalagi jalan alternative kondisinya rusak parah,” ujarnya.
Jembatan Sei Silau memang status pengelolaannya milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dimana jembatan ini menghubungkan dua wilayah yakni Kecamatan Bandar Pasir Mandoge di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun. Menurut pengakuan warga sudah lebih dari 15 tahun jembatan ini tak pernah mengalami renovasi.
Pemantauan wartawan dilapangan kondisi tersebut membuat masyarakat sekitar memanfaatkan jalur transportasi penyebrangan alternative melalui rakit / getek yang beroperasi selama dua puluh empat jam agar dapat melintasi sungai Silau. Ada tiga lokasi penyebrangan dengan getek yang saling berdekatan di seputar jembatan .
Akan tetapi, hanya kenderaan roda dua dan tiga yang bisa diangkut melalui getek ini yang ditarik secara manual oleh tiga sampai empat orang dengan seutas tali yang diikatkan diantara pohon pada dua sisi sungai. Meski sedikit berbahaya namun pengendara yang melintasi sungai silau ini tak punya pilihan lain selain menyebrang sungai lewat getek.
“Sekali menyebrang untuk sepeda motor Rp 5 ribu, tapi khusus anak sekolah Rp 2 ribu. Sementara becak bisa sampai Rp 30 ribu tergantung muatannya bang,” kata Agus salah seorang juru kemudi getek. (dan/syaf)