TASLABNEWS.COM, SIANTAR-Masih ingat kasus Dera Mutia (2) balita asal Siantar yang tersim kuah miso, Rabu (4/10). Dera terkena kuah miso panas, 4 Oktober lalu akhirnya meninggal dunia. Upaya tim medis yang merawatnya selama 11 hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djasamen Saragih dan beberap hari di Rumah Sakit Tiara belum berpihak kepada anak tersebut. Menurut perawat di ruang Cempaka RSUD Djasamen Saragih, Dera Mutia meninggal dunia, Minggu (15/10) sekitar pukul 19.30 WIB.
Dera bocah malang yang terkena kuah miso |
Setelah meninggal dunia, keluarga langsung membawanya. Namun tidak ke tempat tinggalnya di Jalan Sadum Pondok, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara melainkan ke Sarbelawan. Informasi ini didapatkan dari sejumlah tetangganya di Jalan Sadum.
“Warga disini sudah mengetahui kalau dia (Dera) meninggal dunia. Tetapi langsung dibawa ke Sarbelawan. Tidak sempat ke sini,” kata sejumlah warga yang berhasil dijumpai di sekitar kediaman orangtua Dera Mutia, Senin (16/10).
Meninggalnya Dera Mutia dibenarkan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (Dirut RSUD) Djasamen Saragih dr Susanti. Ia mengatakan dirinya selaku dokter spesialis anak yang menangani Dera Mutia. Walau sempat mengalami pemulihan tetapi terakhir ini kondisi Dera Mutia semakin memburuk.
https://www.taslabnews.com/2017/10/ibu-sedang-jualan-tubuh-balita-asal.html
“Kalau seseorang terkena luka bakar berat akan menimbulkan tingkat stres tinggi. Jadi mendadaknya kejadian itu (meninggalnya),” katanya saat dijumpai di ruang kerjanya.
Dirut RSUD Djasamen Saragih ini menerangkan, sebelum Dera Mutia meninggal dunia, masih sempat dilakukan pertolongan medis. Namun upaya itu belum berpihak kepada kesembuhan anak tersebut.
“Kalau Dera Mutia itu mengalami sepsis yaitu komplikasi dari luka bakar. Kemarin sempat kita mau memasang selang ke dalam perut karena dia mengalami almbunin. Namun saat mau memasukkan selang ke dalam perut untuk membuang angin gas, Dera terlebih dahulu muntah darah,” jelasnya.
Wakil Direktur I yang membidangi Sumber Daya Manusia (SDM) dr Harlen Saragih juga menuturkan hal yang sama. Segala upaya sudah dilakukan dengan melibatkan dua dokter yaitu dokter bedah dan dokter spesialis anak.
“Memang tingkat luka bakar itu memiliki resiko tinggi dengan kebakaran 60 persen. Bahkan ada yang sampai grek tiga (melukai lapisan terdalam lapisan tubuh),” katanya. (syaf/int)