TASLABNEWS.COM, TAPSEL-Pihak kepolisian memastikan tiadak ada tanda-tanda penganiayaan darlam kematian tahanan di Mapolsek Batangtoru, Minggu malam (3/9) lalu. Rifzal Riandi Siregar, pihak kepolisian dan keluarga akhirnya sepakat melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematian almarhum.
Jenazah korban saat berada di rumah sakit |
Namun, sesuai hasil visum luar yang didapat dari RSUD Kota Padangsidimpuan, Kapolsek mengaku tidak ada tanda-tanda kekerasan (penganiayaan,red) yang ditemukan.
Kapolsek Batangtoru AKP Asmon Bufitra mengatakan, pihaknya sudah menerima hasil visum luar yang dilakukan pihak medis, usai memeriksa jenazah Rifzal Riandi di RSUD Kota Padangsidimpuan.
Dalam keterangan dokter, tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan (penganiayaan,red). Hanya luka memar dibagian leher, dan diketahui luka itu akibat saat korban ditemukan dalam kondisi seperti orang yang gantung diri dengan menggunakan pakaian (baju dalam,red) yang disangkutkan ke ventilasi di dalam sel tahanan Mapolse Batangtoru.
“Hasil visum luar yang kita terima dari pihak rumah sakit Kota Padangsidimpuan, tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan. Hanya luka memar di bagian leher,” jelasnya sambil menunjukkan bukti surat hasil visum yang dikeluarkan petugas RSUD Kota Padangsidimpuan.
Soal almarhum yang ditemukan tergantung, Asmon juga mengaku, ciri-ciri yang ditemukan juga sama seperti tanda-tanda orang yang bunuh diri.
“Maaf, bagian kem***an mengeluarkan sperma dan ciri-ciri lainnya seperti korban bunuh diri lainnya juga ada ditemukan,” tukasnya.
Begitupun, kata Mantan Kapolsek Barumun Tengah Palas ini, agar masalah ini terang benderang, pihaknya sudah membawa jenazah korban ke RS Bhayangkara di Medan untuk dilakukan autopsi.
“Begitupun, kita masih menunggu hasil autopsi seperti apa. Dan dari hasil tersebut nantinya bisa jelas semuanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi,” pungkasnya.
Sementara informasi lain diperoleh, kematian almarhum membawa duka bagi keluarga besarnya. Apalagi, ayah almarhum sekitar tujuh tahun lalu juga meninggal akibat kecelakaan, yang pelakunya diduga seorang oknum polisi.
Demikian disampaikan Aswar, sepupu almarhum. “Uwak (ayah almarhum, red) dulu meninggal dalam peristiwa kecelakaan. Saat itu ia dan almarhum (masih Rifzal Riandi Siregar) berusia belasan tahun. Orang yang menabrak itu diduga seorang oknum polisi,” kata Aswar.
(Baca berita terkait: https://www.taslabnews.com/2017/09/tewas-di-sel-tahanan-polisi-tersangka.html)
“Kami menduga yang menabraknya anggota polisi karena ada topinya tertinggal, disitu diketahui orangya dan NRP-nya,” ungkapnya sambil menyebut marga pemilik topi itu. Namun, hingga saat ini, kasus tersebut tidak pernah diusut.
Dari ceritanya itu, Aswar menyiratkan almarhum punya dendam terhadap anggota polisi, dan itu juga yang kemudian memantik almarhum memukul oknum anggota polisi.
Di lain sisi, bibi dan abang almarhum, Resma dan Rifki mengungkapkan, sebelumnya Rifzal juga sudah pernah ditahan di Polsek Batangtoru. Namun hanya sebatas titipan keluarga.
“Tahanan titipan, kami titipkan karena perangainya. Itu pun hanya seminggu. Belum kawin dia, masih anak muda waktu itu,” cerita mereka saling menambahi.
Sementara, Selasa (5/9) almarhum diketahui telah diautopsi di RS Bhayangkara Kota Medan. Hal itu diketahui dari sambungan selular Rifki, abang almarhum, yang juga terakhir menyebutkan sudah dalam perjalanan pulang ke Batangtoru.
“Kami sudah di jalan pulang ini, kemungkinannya sampai jam dua belas malam,” ucapnya lalu memutus selulernya.
Sebelum ditemukan tewas tergantung di ventilasi sel tahanan Mapolsek Batangtoru, Rifzal Riandi yang ditahan akibat menganiaya oknum polisi sempat ditemui sanak keluarganya.
Bahkan, satu jam sebelum diketahui tewas, korban masih terlihat berdiri-diri di dalam sel yang tidak dilengkapi penerangan itu.
Kapolsek Batangtoru AKP Asmon Bufitra menceritakan, sebelum almarhum ditemukan tewas dengan posisi leher terikat baju dalam yang disangkutkan ke ventilasi sel, Minggu (4/9) sekitar pukul 21.20 WIB, siangnya sejumlah keluarga almarhum masih sempat menjenguknya. Saat itu, kata Asmon, keluarga terlihat menasehati almarhum.
“Almarhum ini sebelumnya kita tahan akibat menganiaya anggota (oknum polisi), waktu itu dia dalam kondisi mabuk, tepatnya pada 27 Agusutus dan kita tahan pada 28 agustus,” kata Asmon.
Dan pada malam kejadian, Asmon masih sempat memerintahkan anggotanya untuk mengecek Rifzal Riandi yang hanya seorang diri berada di sel tahanan mereka.
“Sekitar jam delapan malam, saya masih sempat nyuruh anggota cek tahanan, dan laporan yang saya terima almarhum masih terlihat segar dan berdiri-diri di dalam sel,” terangnya.
Namun, sekembalinya ia ke rumah, sekitar pukul sembilan malam lebih, tiba-tiba anggotanya menelepon dan mengabarkan Rifzal, tahanan satu-satunya di Polsek ditemukan dalam kondisi tergantung di ventilasi sel.
“Ada anggota jaga yang sewaktu ke kamar mandi dan melewati sel tahanan melihat hal yang janggal, posisi tubuh korban tak lazim. Dan setelah dilihat, korban dalam posisi tergantung di ventilasi,” tukasnya.
Selanjutnya, pihaknya pun langsung berupaya melakukan evakuasi. Sayang, saat ditemukan nyawa korban tidak terselamatkan lagi.
“Badannya masih hangat, tapi saat diturunkan sudah tidak bernyawa lagi,” jelasnya.
Pantauan wartawan di dalam sel yang berukuran dua kali empat meter itu, dilengkapi dengan WC dan sebuah bak kecil untuk menampung air. Posisi tubuh korban berada di atas WC yang di atasnya lagi terdapat ventilasi terbuat dari jerjak besi.
Di ventilasi juga masih terlihat satu potong kain jenis baju dalam yang diduga digunakan korban dengan kondisi terikat. Jarak ventilasi dengan lantai WC sekitar 2 meter lebih, dan dekat dengan bak kecil yang bisa dijangkau untuk mengaitkan pakaian ke ventilasi.
“Saat ditemukan, jarak kaki korban ke lantai WC sekitar satu jengkal lagi. Dan kita temukan bercak sperma juga,” sebut Asmon.
Untuk diketahui, sebelum meninggal, Rifzal dijebloskan dalam sel lantaran berkelahi dan memukul oknum anggota polisi yang bertugas di Polsek tersebut.
Setelah diautopsi sekira 2 jam lebih di RS Bayangkara Medan yang berada di Jalan Sei Wampu, jasad tahanan yang tewas di dalam sel Mapolsek Batangtoru, Rifzal Riandi Siregar (25) warga Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) akhirnya dipulangkan ke rumah duka, Selasa (5/9/2017) siang.
Kepada wartawan, abang kandung Rifzal, Rifki Sawali Siregar mengatakan, jasad Rifzal diautopsi di rumah sakit Polri tersebut berlangsung sejak pukul 08.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Alhasil, usai dilakukannya autopsi tersebut jasad Rifzal pun akhirnya diberangkatkan ke rumah duka yang berada di Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapsel.
“Jadi bang diautopsinya. Mulainya tadi dari jam tengah 9 hingga jam 11. Ini kami mau pulang bang,” ucap Rifki saat dihubungi wartawan.
Lebih lanjut, Rifki menjelaskan, dari keterangan rumah sakit kepada dirinya, hasil autopsi tersebut akan diberitahu kurang lebih sepekan ke depan.
Pemberitahuan tersebut pun nantinya akan diterima pihak keluarga dari Kanit Reskrim Polsek Batangtoru, Ipda S Naibaho.
“Belum keluar sekarang hasilnya bang. Katanya tadi, hasilnya nanti keluar 8 hari kemudian. Dan itu pun kami nanti dikabari sama kanit reskrim,” ujarnya.
Rifki mengatakan, belum lagi hasil autopsi keluar pihak rumah sakit sempat memberikan keterangan kepada keluarga korban kalau Rifzal murni tewas akibat gantung diri. Namun, pihak keluarga enggan mengomentari keterang tersebut.
“Tadi bang, sempat dibilang pihak rumah sakit kalau dia murni meninggal akibat bunuh diri. Tapi kami tidak ada komentar bang,” beber Rifki.
Kendati demikian, Rifzal mengatakan, pihak keluarga saat ini masih terus menuntut keadilan atas tewasnya Rifzal. Dimana, mereka menuding adanya kelalaian yang dilakukan pihak Polsek Batangtoru sehingga berbuntut tewasnya Rifzal.
“Saat ini, kami kecewa bang sama pihak polsek. Kenapa adik saya bisa meninggal disana? Berartikan ada kelalaian saat menjaganya. Karena itulah, kami minta itu diusut tuntas bang,” pungkasnya. (syaf/int))