TASLABNEWS.COM, MANILA-Presiden Filipina Rodrigo Duterte terus menunjukkan
sikap kerasnya memerangi peredaran narkoba. Selain warga sipil yang kedapatan
mengonsumsi atau mengedarkan narkoba, pejabat juga ditembak mati jika terkait
dengan hal serupa.
Polisi Manila menjaga barang bukti narkoba yang akan dimusnahkan. |
Misalnya yang dialami Reynaldo Parojinog alias Aldong, Wali Kota Ozamiz,
Provinsi Misamis Occidental. Bersama istrinya, Susan, dan 10 orang lainnya, dia
ditembak mati oleh polisi kemarin dini hari, Sabtu (30/7).
Parojinog masuk daftar 160 pejabat yang terlibat narkoba yang diumumkan Agustus
tahun lalu. Namun, selama ini Parojinog menampik. Kemarin pun menjadi
puncaknya. Dia menjadi wali kota
ketiga yang ditembak mati karena dicap sebagai penjahat narkoba.
Oktober tahun lalu, Wali Kota Saudi Ampatuan, Provinsi Maguindanao, Samsudin
Dimaukom mengalami nasib serupa.
Bulan berikutnya giliran Wali Kota Albuera, Provinsi Leyte, Ronaldo Espinosa
yang harus kehilangan nyawa di dalam penjara.
”Pemerintah berjanji untuk mengintensifkan kampanye antinarkoba,” ujar
Ernesto Abella, juru bicara kepresidenan, pasca penembakan di kediaman
Parojinog.
Kepala Polisi Ozamiz Timoteo Pacleb mengungkapkan, pihaknya mengintai
Parojinog dan orang-orang dekatnya sejak Duterte mengumumkan daftar 160 pejabat
itu. Menurut dia, Parojinog memiliki banyak personel keamanan yang
dipersenjatai dengan senjata ilegal.
Unit Investigasi Kepolisian Nasional Filipina (PNP), Criminal Investigation and
Detection Group (CIDG), melakukan penggerebekan di beberapa rumah serta
bangunan milik keluarga Parojinog setelah menerima surat perintah penggeledahan
dari pengadilan.
Versi polisi, pihaknya mendapat perlawanan saat akan melakukan penggerebekan
sekitar pukul 02.30 waktu setempat di rumah yang dihuni Parojinog.
”Jadi, kami
membalas,” kata Juru Bicara PNP Inspektur Polisi Lemuel Gonda.
Namun, menurut ajudan Parojinog, Jeffrey Ocang, tidak ada tembakan dari
dalam rumah. Polisi sudah menembaki mereka saat menggerebek. Tak ada satu pun
petugas kepolisian yang terluka saat kejadian.
Selain istrinya, saudara Parojinog, yaitu Octavio Parojinog Jr dan Mona,
ikut tewas dalam serangan tersebut.
”Sekitar pukul 05.00 kami melihat Wali Kota Aldong ditandu. Tubuhnya penuh
darah. Dia tewas,” ujar salah seorang penduduk yang tinggal di dekat kediaman
Parojinog.
Penggerebekan lainnya di San Roque Lawis berbuah penangkapan Wakil Wali Kota
Ozamiz Nova Parojinog Echaves. Dia adalah putri Parojinog. PNP mengamankan
granat, amunisi, serta sabu-sabu dari rumah tersebut.
Sandiganbayan alias pengadilan banding memerintahkan penangkapan ayah dan
anak itu Februari lalu. Mereka dituding terlibat dalam kasus korupsi renovasi
gelanggang olahraga pada 2008.
Mereka tak dipenjara karena membayar uang jaminan pada bulan yang sama. Nova
kini mendekam di kantor polisi Ozamiz.
Penggerebekan lainnya dilakukan di rumah anggota dewan Kota Ozamiz Ardot
Parojinog yang terletak di Bagakay.
Saat kejadian, saudara mendiang wali kota
Ozamiz itu tak berada di rumah. Lima
orang di dalam rumah tersebut ditahan.
Polisi mengamankan senjata api, 3 peluncur granat, 2 granat tangan, 8 peluru
M-79 dan senapan M-16, sabu-sabu, serta perlengkapan untuk membuat narkoba.
Dari penggerebekan di seluruh lokasi, polisi mengamankan uang senilai 1,4 juta
peso atau setara dengan Rp 369,13 juta.
Hingga kini, kampanye antinarkoba Duterte memakan korban lebih dari 3.200
orang. Versi polisi, penjahat narkoba yang dibunuh hanya 2 ribu orang.
Sebagian besar penduduk Filipina mendukung kampanye tersebut. Dukungan untuk
Duterte terus naik. Namun, pemimpin yang memiliki sebutan Digong itu menjadi
bulan-bulanan kecaman dari berbagai negara dan lembaga HAM.
Duterte tentu saja tak pernah menggubris kecaman itu. Dalam berbagai
kesempatan, mantan wali kota Davao tersebut kerap menunjukkan buku tebal
yang diklaim sebagai daftar nama-nama pejabat yang terlibat narkoba. Menurut
dia, ada 3 ribu nama pejabat di buku itu. (syaf/int)