Sayang sekali produksi Badak sekarang agak berkurang. Produksi diperkirakan
hanya tinggal separuh dibandingkan dengan pada saat mereka berjaya. Jenis rasa
pun berkurang, sekarang hanya tinggal sarsaparila dan air soda. Banyak hal yang
menjadikan produksi Badak menurun.
“Isu kesehatan seperti soal bahaya minuman bersoda menjadikan konsumen berkurang,”
kata Hendry menyebut salah satu penyebab penurunan produksi minuman bersoda.
Soal perubahan fokus usaha yang hanya memproduksi sarsaparila dan air soda, ia
menuturkan, permintaan minuman bersoda lainnya sangat kecil sehingga
produksinya sangat tidak efisien.
“Untuk membuat satu rasa kita harus membeli satu esens. Kemudian untuk memproduksi
satu rasa kita harus membersihkan alat dan mesin minimal empat jam agar tidak
terjadi pencampuran rasa. Karena kesulitan itu, kami hanya memproduksi
sarsaparila dan air soda,” kata Hendry.
Ia melihat, sebenarnya Badak masih bisa dikembangkan lagi. Merek Badak yang
telah masyhur juga menjadi aset penting sehingga bila usaha ini dikembangkan,
mereka tak perlu membangun nama lagi. Dari pembicaraan dengan beberapa orang
terungkap sebenarnya sudah banyak pihak yang ingin bekerja sama untuk mengembangkan
usaha ini.
Beberapa investor bahkan bersedia menyiapkan dana untuk mengibarkan merek
Badak. Mereka ingin merek Badak makin berjaya.
sepopuler minuman bersoda lainnya yang hingga kini masih banyak ditemui. Namun,
tak sedikit yang memiliki sepenggal memori dengan si sarsaparila yang memiliki
rasa unik dan segar ini. Slurpp…!
minuman bersoda ini. Berbeda dengan minuman soda lainnya Sarsaparila memiliki
rasa yang unik dan khas sehingga membuatnya banyak disukai. Pastinya minuman
bersoda atau yang sering disebut limun ini asli merupakan buatan lokal.
tua muda ini banyak dijual di warung-warung hingga rumah makan. Meski sekarang
memang tak banyak lagi yang menjual Sarsaparila sehingga bisa dibilang minuman
ini tergolong langka. (tamat)