Peneliti menemukan sisa-sisa spesimen burung purba yang terawetkan dalam ambar atau resin
kayu. Burung purba yang diperkirakan hidup sekitar 100 juta
tahun yang lalu ini setidaknya mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana
kehidupan pada saat itu.
kayu. Burung purba yang diperkirakan hidup sekitar 100 juta
tahun yang lalu ini setidaknya mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana
kehidupan pada saat itu.
Di dalam ambar
tersebut, terlihat kepala, ekor, leher burung, dan bahkan juga sayap
beserta kakinya. Potongan resin pohon dengan sempurna mengawetkan bulu, daging
dan kuku burung.
tersebut, terlihat kepala, ekor, leher burung, dan bahkan juga sayap
beserta kakinya. Potongan resin pohon dengan sempurna mengawetkan bulu, daging
dan kuku burung.
“Ini merupakan
tampilan terlengkap dan terperinci yang pernah kami miliki dan ini sungguh
menakjubkan,” kata Ryan McKellar dari
Museum Royal Saskatchewan, Kanada, seperti dikutip dari Science Alert.
tampilan terlengkap dan terperinci yang pernah kami miliki dan ini sungguh
menakjubkan,” kata Ryan McKellar dari
Museum Royal Saskatchewan, Kanada, seperti dikutip dari Science Alert.
Tim peneliti menduga jika burung kecil ini jatuh dalam genangan getah sesaat setelah
menetas, kemudian terjebak dalam cairan mirip tar itu.
menetas, kemudian terjebak dalam cairan mirip tar itu.
Meski peneliti belum tahu persis kandungan sesungguhnya yang
mempengaruhi dalam proses pegawetan tersebut, sejauh ini yang diketahui adalah
saat hewan terjebak dalam resin pohon, dia akan mulai mengeras. Selanjutnya
dengan kondisi tekanan dan suhu yang tepat, resin akan berubah menjadi senyawa
setengah fosil yang disebut copal.
mempengaruhi dalam proses pegawetan tersebut, sejauh ini yang diketahui adalah
saat hewan terjebak dalam resin pohon, dia akan mulai mengeras. Selanjutnya
dengan kondisi tekanan dan suhu yang tepat, resin akan berubah menjadi senyawa
setengah fosil yang disebut copal.
“Kecepatan proses ini sangat bervariasi tergantung pada
kondisi,” jelas Brian Palmer, peneliti lain yang terlibat.
kondisi,” jelas Brian Palmer, peneliti lain yang terlibat.
Sayangnya, meski fosil terlihat utuh, daging burung yang berada di dalam ambar kemungkinan sudah
pecah menjadi karbon murni. Artinya, DNA burung sudah lama hilang.
pecah menjadi karbon murni. Artinya, DNA burung sudah lama hilang.
Namun yang bisa kita
pelajari dari fosil ini adalah fakta bahwa burungini
termasuk dalam Enantiornithes, kelompok burung prasejarah yang diperkirakan berevolusi
bersamaan dengan nenek moyang burung modern. Namun karena
beberapa alasan jenis burung ini mati bersama dinosaurus.
pelajari dari fosil ini adalah fakta bahwa burungini
termasuk dalam Enantiornithes, kelompok burung prasejarah yang diperkirakan berevolusi
bersamaan dengan nenek moyang burung modern. Namun karena
beberapa alasan jenis burung ini mati bersama dinosaurus.
“Secara
penampilan, mereka menyerupai burung modern, tetapi tidak memiliki sendi soket dan
bola di bahu. Mereka juga punya cakar, sayap, rahang dan gigi,” tambah
Brian.(int)
penampilan, mereka menyerupai burung modern, tetapi tidak memiliki sendi soket dan
bola di bahu. Mereka juga punya cakar, sayap, rahang dan gigi,” tambah
Brian.(int)