Sejarah kerajaan
Majapahit menjadi ramai diperbincangkan setelah sebuah klaim mengenai nama asli
Patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, menjadi viral di media sosial. Dalam
klaim tersebut, disebutkan bahwa nama asli Gajah Mada adalah Gaj Ahmada dan Majapahit bukanlah Kerajaan Hindu,
melainkan Kesultanan Islam.
Baru-baru ini teori Majapahit sebagai kesultanan Islam menjadi viral
di media sosial. Salah satu bukti yang digunakan untuk mendukung teori tersebut
adalah koin Majapahit yang bertuliskan syahadat.
di media sosial. Salah satu bukti yang digunakan untuk mendukung teori tersebut
adalah koin Majapahit yang bertuliskan syahadat.
Namun, selain pada koin,
tulisan Arab ternyata juga ditemukan pada nisan dari zaman kerajaan Majapahit.
tulisan Arab ternyata juga ditemukan pada nisan dari zaman kerajaan Majapahit.
Informasi
ini diperoleh ketika mewawancarai
Muhammad Rubiul Yatim, seorang dosen untuk mata kuliah agama Islam dan ekonomi
Islam di Universitas Pancasila.
ini diperoleh ketika mewawancarai
Muhammad Rubiul Yatim, seorang dosen untuk mata kuliah agama Islam dan ekonomi
Islam di Universitas Pancasila.
Muhammad
bercerita bahwa dia pernah menulis skripsi mengenai kompleks kuburan Islam yang
terletak di Troloyo, Trowulan, Jawa Timur.
bercerita bahwa dia pernah menulis skripsi mengenai kompleks kuburan Islam yang
terletak di Troloyo, Trowulan, Jawa Timur.
“Saya
bagi kuburan-kuburan itu menjadi enam kelompok A hingga F dan khusus yang ada
simbol kerajaan surya Majapahit-nya
saya masukkan ke kelompok E,” ujarnya.
bagi kuburan-kuburan itu menjadi enam kelompok A hingga F dan khusus yang ada
simbol kerajaan surya Majapahit-nya
saya masukkan ke kelompok E,” ujarnya.
Dia
melanjutkan, dalam kelompok E ini ada tujuh makam dan 13 nisan. Yang ada
tulisan Arabnya empat dan yang ada hiasan bintangnya 10. Sementara itu, yang
ada angka tahun Jawa-nya hanya empat.
melanjutkan, dalam kelompok E ini ada tujuh makam dan 13 nisan. Yang ada
tulisan Arabnya empat dan yang ada hiasan bintangnya 10. Sementara itu, yang
ada angka tahun Jawa-nya hanya empat.
Berdasarkan
angka tahun tersebut, Muhammad menemukan bahwa yang paling tua berasal dari
tahun 1376 Masehi, diikuti dengan yang berasal dari tahun 1380, 1418, dan 1469.
angka tahun tersebut, Muhammad menemukan bahwa yang paling tua berasal dari
tahun 1376 Masehi, diikuti dengan yang berasal dari tahun 1380, 1418, dan 1469.
Sementara
itu, nisan yang ada tulisan Arabnya berbunyi “Laa ilaha illallah”. Tulisan tersebut
berada di balik nisan dan menghadap ke luar, sementara simbol surya menghadap
ke kaki jenazah.
itu, nisan yang ada tulisan Arabnya berbunyi “Laa ilaha illallah”. Tulisan tersebut
berada di balik nisan dan menghadap ke luar, sementara simbol surya menghadap
ke kaki jenazah.
Muhammad
lalu mengatakan, yang menjadi keunikan (nisan) adalah angka tahunnya, (orang
itu hidup) ketika Raden Wijaya dan Patih Gajah Mada sedang
berkuasa, dan yang dikubur adalah keluarga kerajaanMajapahit.
lalu mengatakan, yang menjadi keunikan (nisan) adalah angka tahunnya, (orang
itu hidup) ketika Raden Wijaya dan Patih Gajah Mada sedang
berkuasa, dan yang dikubur adalah keluarga kerajaanMajapahit.
“Jadi, artinya Islam
sudah masuk sampai ke keluarga kerajaan sehingga ada yang menviralkan bahwa
patih Gajah Mada muslim
dan lain sebagainya. Kalau mau dicoba dari titik itu, ya bisa-bisa saja. Namun,
masih perlu bukti lebih banyak lagi,” ujarnya.
sudah masuk sampai ke keluarga kerajaan sehingga ada yang menviralkan bahwa
patih Gajah Mada muslim
dan lain sebagainya. Kalau mau dicoba dari titik itu, ya bisa-bisa saja. Namun,
masih perlu bukti lebih banyak lagi,” ujarnya.
Walaupun baru viral,
intisari dari pemikiran itu berasal dari sebuah buku berjudul Kesultanan Majapahit:
Fakta Sejarah yang Tersembunyi karya
Herman Sinung Janutama yang dipublikasikan pada tahun 2010 lalu. Karya itu
muncul kembali pada tahun 2014 dengan judul yang dimodifikasi menjadi Fakta Mengejutkan
Majapahit Kerajaan Islam.
intisari dari pemikiran itu berasal dari sebuah buku berjudul Kesultanan Majapahit:
Fakta Sejarah yang Tersembunyi karya
Herman Sinung Janutama yang dipublikasikan pada tahun 2010 lalu. Karya itu
muncul kembali pada tahun 2014 dengan judul yang dimodifikasi menjadi Fakta Mengejutkan
Majapahit Kerajaan Islam.
Salah satu argumen
yang diungkapkan dalam buku tersebut adalah adanya koin berwarna emas yang
terpatri dengan kalimat syahadat. Koin itu disebut berasal dari era Majapahit.
yang diungkapkan dalam buku tersebut adalah adanya koin berwarna emas yang
terpatri dengan kalimat syahadat. Koin itu disebut berasal dari era Majapahit.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Andi M
Said berkata bahwa Majapahit memang memiliki koin yang digunakan sebagai alat
pembayaran.
Said berkata bahwa Majapahit memang memiliki koin yang digunakan sebagai alat
pembayaran.
“Iya, itu koin yang digunakan pada saat kerajaan Majapahit.
Di semua masa kerajaan Majapahit ada koin sebagai alat tukar,” kata Andi.
Di semua masa kerajaan Majapahit ada koin sebagai alat tukar,” kata Andi.
Selain koin, Andi berkata bahwa masih ada puluhan
peninggalan Majapahit lainnya yang bernuansa Islam di Trowulan. Salah satunya
adalah nisan bertuliskan bahasa Arab.
peninggalan Majapahit lainnya yang bernuansa Islam di Trowulan. Salah satunya
adalah nisan bertuliskan bahasa Arab.
“Tapi bukan berarti
Majapahit itu Islam ya. Itu hanya bagian akhir dari Majapahit, saat itu memang
pengaruh islam sudah masuk dengan datangnya berbagai pedagang dari Arab, Persia,
dan China
di akhir masa Majapahit,” kata Andi menegaskan.
Majapahit itu Islam ya. Itu hanya bagian akhir dari Majapahit, saat itu memang
pengaruh islam sudah masuk dengan datangnya berbagai pedagang dari Arab, Persia,
dan China
di akhir masa Majapahit,” kata Andi menegaskan.
Dia menceritakan, kehidupan Majapahit saat itu sangat
multikultural. Dari terakota peninggalan Majapahit, tidak hanya terdapat rupa
wajah orang melayu, tetapi ada juga wajah orang China, Arab, dan Eropa.
multikultural. Dari terakota peninggalan Majapahit, tidak hanya terdapat rupa
wajah orang melayu, tetapi ada juga wajah orang China, Arab, dan Eropa.
Untuk itu, yang
tersisa tidak hanya koin bertuliskan bahasa Arab saja, tetapi ada pula koin
dari bangsa China.
tersisa tidak hanya koin bertuliskan bahasa Arab saja, tetapi ada pula koin
dari bangsa China.
“Ada
koin China.
Bentuknya lebih kecil, sebagai alat pembayaran yang sah juga pada zaman itu.
(Lalu) ada koin Majapahit (yang) lebih besar dari koin China,”
ujarnya.
koin China.
Bentuknya lebih kecil, sebagai alat pembayaran yang sah juga pada zaman itu.
(Lalu) ada koin Majapahit (yang) lebih besar dari koin China,”
ujarnya.
Andi menilai, cukup
meragukan bila Majapahit disebut berbentuk Kesultanan. Hal itu terlihat dari
relief dan arca peninggalan Majapahit. Padahal, dalam Islam, ukiran berbentuk
atau menceritakan manusia tidaklah diperkenankan.
meragukan bila Majapahit disebut berbentuk Kesultanan. Hal itu terlihat dari
relief dan arca peninggalan Majapahit. Padahal, dalam Islam, ukiran berbentuk
atau menceritakan manusia tidaklah diperkenankan.
“Karena kita tahu dalam konsep Islam, Nabi Ibrahim
diceritakan menghancurkan arca yang di dekat kabah,” katanya. (int)
diceritakan menghancurkan arca yang di dekat kabah,” katanya. (int)