MADINA– Bayi berusia 8 bulan Gusti menangis sejadi-jadinya saat api dari lampu teplok membakar tubuh mungilnya. Kamis (6/4) malam yang hening di Banjar Silangit, Kelurahan Hutasiantar, Panyabungan, mendadak riuh dengan tangisan
Peristiwa itu berlangsung sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu, ibu korban, Atikah (35), yang tengah menjaga bayinya ke luar rumah saat menerima telepon dari kerabatnya yang berada di luar daerah.
Asyik bertukar kabar, Atikah tak sadar lampu yang terbuat dari botol kaca dan diberi sumbu itu terjatuh dan pecah. Lalu, membakar tubuh bayinya yang diletak tak jauh dari lampu teplok itu dipasang. Atikah baru tersadar setelah bayinya menangis tak karuan.
Begitu sadar akan bahaya yang dialami bayi laki-laki itu, Atikah berteriak minta pertolongan suaminya, Asmar Hadi (38), yang sedang berada di luar rumah. Dengan dibantu tetangga dan paman korban, Mahdi, bayi itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan.
Di instalansi gawat darurat rumah sakit plat merah itu, bayi itu sempat dirawat. Namun, pihak rumah sakit menyerah. Keluarga korban yang tergolong kurang mampu itu, sempat bingung jika harus merujuk bayinya ke luar daerah.
Akhirnya setelah beberapa keluarga meyakinkan akan menyelesaikan administrasinya, orangtua korban bersedia bayi mereka dirujuk ke Rumah Sakit Dr M Djamil di Padang, Sumatera Barat. Pasalnya, bayi mereka mengalami luka bakar serius mencapai 70 persen.
“Jadi itu tadi, kakak (ibu korban) berteleponan dengan keluarga di Jambi. Di sana mengabarkan ada keluarga yang sakit. Tahu-tahu bayinya sudah terbakar. Memang rumahnya masih pakai lampu, belum ada sambungan listrik,” cerita paman korban.
Sedangkan Asmar Hadi hanya pasrah dan bingung akan keadaan yang menimpa bayinya. Apalagi, pria yang sehari-sehari hanya bertani itu harus memikirkan biaya perobatan anak semata wayangnya itu.
“Rumah kami masih pakai lampu seperti itu. Belum sanggup pasang listrik. Begini lagi keadaan yang datang, jadi serba bingung. Panas kali ya, nak?” sebutnya sembari merapikan dan mengipasi tubuh bayinya. Sedangkan istrinya, Atikah, merenung sambil menatap anaknya itu. Ia tak banyak berucap, hanya bisa menangis. (ma/syaf/int)