Kapolres Tapsel AKBP Rony Samtana memaparkan, paska penangkapan tersangka di Medan, pihaknya langsung memboyong pria asal Desa Janji Manaon, Batang Angkola, Tapsel ini ke Mapolres. Setelah diinterogasi, SAH mengaku ada sebanyak 42 anak yang menjadi korbannya. Dan dari jumlah itu, kata Rony, sebanyak 30 anak berasal dari daerah tempat tinggal tersangka.
“Untuk jumlah korban yang diakui tersangka dan berada di wilayah hukum kita (Polres Tapsel,red) kurang lebih sebanyak 30 orang. Dan lebihnya ada yang dilakukan pada anak di daerah Jakarta dan Tanjung Pura, Langkat. Dan masih kita dalami lagi,” ujarnya didampingi Kasat Reskrim AKP Jama K Purba, Senin (20/3).
Untuk jumlah anak yang sudah melapor dan memberikan keterangan, kata Rony, ada 16 anak didampingi orangtua masing-masing yang resmi mengadu.
“Untuk jumlah anak yang mengadu ada 16 orang yang sudah kita periksa dan mintai keterangannya,” terang mantan penyidik KPK ini.
Kapolres menceritakan, hampir sepekan melakukan pencarian dan pengejaran terhadap tersangka, Sabtu (18/3) kemarin SAH berhasil dibekuk tanpa perlawanan di Jalan Denai, Kota Medan.
Kasat Reskrim Tapsel AKP Jama K Purba mengatakan, penangkapan tersangka berawal dari hasil penyelidikan yang dilakukan pihaknya setelah mendapat informasi dari salah satu teman tersangka via obrolan di Facebook. Dari info tersebut, barulah diketahui tersangka berada di sebuah tempat di Jalan Denai, Kota Medan.
“Jadi sebelum ke Medan, pelaku sempat ke Tanjung Pura Langkat, baru kita dapat informasi, tersangka berada di Medan. Lalu kita tangkap dan langsung boyong ke Mapolres Tapsel,” ungkap Jama.
Saat ditanyai, SAH mengaku sengaja melarikan diri setelah banyak warga di sekitar tempat di Desa Janji Manaon mengetahui aksi bejatnya. Takut menjadi sasaran amuk massa ia kabur malam hari, dari Sayurmatinggi SAH menumpang Bus ALS sampai ke Medan lalu berangkat ke Tanjung Pura, Langkat dan kembali lagi ke Medan. Di tempat temannya, SAH menumpang dan membantu berjualan Kebab.
” Pas lagi jualan Kebab di tempat kawan, Sabtu (18/3) sore,” akunya pasrah.
Serupa dengan paparan Kapolres, pria yang pernah merantau ke Pematang Siantar, Jakarta, Semarang, Medan dan Tanjung Pura ini mengaku ada 42 anak yang menjadi korban cabulnya.
” Lima anak sewaktu saya di Jakart, Tujuh anak sewaktu di Tanjung Pura dan 30 anak di Batang Angkola,” terangnya.
Aksi bejat itu, kata SAH berawal pada Tahun 2003 lalu saat ia merantau ke Jakarta. SAH yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga toko kelontong milik saudaranya, pernah menjadi korban sodomi oleh orang yang tidak dikenalnya.
” Dulu juga saya korban, dua kali saya dibuat seperti itu. Makanya saya merasa dendam dan selalu ingin melampiaskannya,” akunya.
Untuk motif lain, anak pertama dari enam bersaudara ini mengaku, ada juga faktor seksual yang tinggi jika bersama dengan anak-anak.
” Semua saya lakukan kepada anak-anak, setiap dekat selalu timbul nafsu dan dendam untuk melakukannya,” kata SAH dengan tangannya yang diborgol.
Dan setiap kali melakukannya, ia merasa puas dan terus ingin melakukannya.
” Karena pengaruh setan juga, terkadang setelah melakukannya ada juga timbul rasa penyesalan. Tapi tetap saja saya lakukan, tapi yang pasti karena saya dendam.”Pungkasnya dan selalu memberi uang kepada korban-korbannya.(yza/ma/int/syaf)