Sesuai data di Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, sebanyak 19 orang meninggal dunia. Jika dibandingkan tahun 2015 jumlah ini mengalami kenaikan. Dimana pada tahun 2015 jumlah penderita HIV yang meninggal dunia 12 orang.
Hal ini dikatakan Kadis Kesehatan Kabupaten Asahan dr Aris Yudhariansyah melalui Kepala Bidang Seksi Penanggulangan dan Penyebaran Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Asahan, Saprin Sanja Hutahaean SKM kepada wartawan, Senin (30/1).
Menurutnya, untuk Kabupaten Asahan, penderita HIV tercatat sebanyak 85 orang dan yang terdeteksi posisif 19 orang di antaranya meninggal dunia.
Masih dari Safrin, indikasi salah satu penyebab jatuhnya korban meninggal dunia disebabkan karena belum ditemukannya obat yang mujarab untuk mematikan atau menyetrilkan virus di tubuh korban penderita HIV yang menyerang kekebalan tubuh manusia itu.
“Namun sebagai antisipasi pencegahan kita harus benar-benar mengetahui ciri-ciri penderita HIV itu,” terangnya.
Dikatakannya lagi, penanggulangan dan pengendalian penyakit AIDS hanya dapat dilakukan melalui terapi Antiretroviral (ARV) kepada ODHA pada 4 Voluentary Conselling Test (VCT) yang telah disiapkan Pemkab Asahan.
Dari terapi yang dilakukan kepada 85 penderita HIV, hanya beberapa orang saja yang melanjutkan pengobatan secara rutin.
Ditambahkannya, ada 4 VCT yang telah disiapkan untuk melayani korban HIV, yaitu di RSUD H Abdul Manan Simatupang Kisaran, Dinkes, Puskesmas Gambir Baru dan di Puskesmas Pulau Raja. Di mana penderita diberikan terapi ARV di VCT dan para ODHA akan diberikan assesment tentang bagaimana pola hidup sehat dan bertahan hidup melawan penyakit.
Kemudian pada penderita diberikan arahan dan penekanan supaya tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Lebih lanjut dikatakannya, biasanya para ODHA ini diketahui terjangkit virus HIV/AIDS akibat gonta ganti pasangan atau sex bebas. Sedangkan penyebaran virus melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian mengonsumsi narkotika terbilang sedikit.
“Yang paling dominan penyebaran virus HIV/AIDS terutama melalui sex bebas. Kalau melalui jarum suntik sedikit,” ucapnya.
Pihaknya memprediksi bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Asahan akan terus bertambah. Sebab satu penderita bisa menularkan kepada 100 orang. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dari seluruh lintas sektor, terutama dukungan masyarakat, para alim ulama, tokoh masyarakat serta peranan semua pihak.
“HIV/AIDS tidak hanya menyangkut persoalan kesehatan, tetapi juga menyangkut persoalan ekonomi, sosial, hukum, keagamaan dan lainnya. Jadi semua elemen masyarakat harus bersinergi bersama-sama menanggulangi HIV/AIDS ini. Agar penyakit kutukan yang sampai hari ini belum ditemukan obatnya ini tidak memakan korban jiwa yang lebih banyak lagi di Kabupaten Asahan,” tambahnya.
Sementara itu secara terpisah, anggota Komisi D DPRD Asahan dari Fraksi Hanura Kabupaten Asahan, Sumarwan, saat dimintai tanggapannya soal meningkatnya korban HIV di Asahan mengatakan, ia meminta kepada Pemkab Asahan supaya meningkatkan pengawasan terhadap tempat yang dijadikan sebagai tempat prostitusi.
Selain itu Pemkab Asahan diminta melakukan antisipasi dengan menutup atau menertibkan cafe remang-remang yang ada menyediakan wanita penghibur, seperti cafe liar yang ada di Jalinsum (Jalan Lintas Sumatera) yang ada di Kabupaten Asahan.
“Kita mengimbau kepada para orang tua supaya menanamkan nilai-nilai agamis kepada anak sejak dini. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama adalah sebagai pondasi kuat untuk terhindar dari segala perbuatan kemaksiatan,” ungkapnya. (mar/syaf)