SINGAPURA menjadi salah satu negara yang para investornya tertarik untuk menanamkan modal di Danau Toba. Salah satu alasan ketertarikan mereka adalah karena Feng Shui.
“Karena mereka banyak keturunan China, jadi percaya Feng Shui. Feng Shui yang baik menurut mereka adalah yang di depannya ada air mengalir dan di belakangnya gunung,” kata Kepala Badan Pelaksana Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BOPKPDT), Arie Prasetyo, dalam sosialisasi di Jakarta, Senin (17/1).
Menurut Arie, Feng Shui seperti itu cocok jika para investor membangun hotel di kawasan otoritatif wisata Danau Toba seluas 600 hektar di Kecamatan Sibisa, Kabupaten Toba Samosir.
“Hotel menghadap danau dan di belakangnya gunung,” kata dia.
Tidak hanya di Sibisa, ujarnya, hampir semua topografi Danau Toba juga seperti itu.
“Di Tele, Pangururan, dan hampir semua tempat di Danau Toba, belakangnya ada gunung,” ujar dia.
Arie memaparkan, total investasi yang dibutuhkan untuk membangun kawasan pariwisata Danau Toba adalah Rp20,06 T.
Dari mana uangnya? “Rp 11,36 T berasal dari pemerintah dan Rp 8,7 T dari swasta, baik penanaman modal asing maupun dalam negeri,” ujarnya.
Sebelumnya, awal Desember tahun lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Singapura sepakat berinvestasi di Danau Toba pada 2017.
“Singapura sepakat berinvestasi di Danau Toba, Borobudur dan Mandalika,” ujar Luhut.
Dibukanya penerbangan langsung Jakarta-Silangit pada tahun lalu terbukti meningkatkan kunjungan orang-orang dari ibu kota ke Danau Toba. Bahkan, kunjungan orang Jakarta ke Danau Toba lebih banyak dari orang Medan.
Setidaknya hal ini terjadi saat Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba yang dihadiri Presiden Jokowi pada Agustus 2016.
“Jadi seperti adan diskonektivitas antara Medan dan Danau Toba,” kata Kepala Badan Pelaksana Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BPOPKPDT) Arie Prasetyo, dalam sosialisasi di Jakarta, Senin (17/1).
Menurut Arie, seharusnya Medan-Danau Toba bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Karena sudah ada kereta Siantar Express rute Medan-Siantar yang beroperasi 2 kali sehari.
Namun, Arie mengakui masih kurangnya akses Medan-Danau Toba, sehingga pemerintah terus mengkaji untuk jalur kereta tambahan dari Siantar untuk sampai ke Danau Toba.
“Karena konturnya (Danau Toba) cukup ekstrim, jadi sedang dikaji apakah jalurnya ditambah sampai Parapat atau dialihkan ke Saribu Dolok,” ujar Arie.
Arie berharap ke depan, perjalanan Medan-Danau Toba dengan kereta bisa seperti Jakarta-Bandung sekarang setelah adanya Tol Cipularang. Jadi, orang bisa pulang pergi dalam waktu satu hari.
“Jadi mindsetnya berubah. Kalau udah changing mindset, semoga akan mengubah perilaku,” ujarnya. (bg/int)