Tiap Minggu, Puluhan Kg Diselundupkan, Gunakan Jasa Nelayan, Dilangsir di Tengah Laut
Setelah 20 menit duduk dan mendengar penjelasan dari
Cobra, akhirnya Cobra mengajakku ke daerah Teluk Nibung Tanjungbalai dan
mendatangi salah satu rumah nelayan. Di sana
aku dikenalkan dengan seseorang nelayan sebut saja namanya Nasir (48) tahun.
Cobra, akhirnya Cobra mengajakku ke daerah Teluk Nibung Tanjungbalai dan
mendatangi salah satu rumah nelayan. Di sana
aku dikenalkan dengan seseorang nelayan sebut saja namanya Nasir (48) tahun.
Nasir dan Cobra tampak akrab bercerita, kemudian Coba
memanggilku dan mengenalkanku kepada Nasir. Setelah masuk ke rumah Nasir yang
dindingnya setengah kayu dan setengah batu, aku kagum melihat peralatan di
dalam rumah Nasir yang bisa dikatakan cukup mewah.
memanggilku dan mengenalkanku kepada Nasir. Setelah masuk ke rumah Nasir yang
dindingnya setengah kayu dan setengah batu, aku kagum melihat peralatan di
dalam rumah Nasir yang bisa dikatakan cukup mewah.
Oleh: Syafruddin
Yusuf, Asahan
Yusuf, Asahan
TV 46 inci merek Thoshiba, kulkas 2 pintu dan peralatan
lainnya menunjukan bahwa penghasilan Nasir sebagai nelayan tradisional pasti
cukup menjanjikan. Lalu Nasir memulai cerita tentang sulitnya terdeteksi
penyelundupan narkoba di Tanjungbalai-Asahan.
lainnya menunjukan bahwa penghasilan Nasir sebagai nelayan tradisional pasti
cukup menjanjikan. Lalu Nasir memulai cerita tentang sulitnya terdeteksi
penyelundupan narkoba di Tanjungbalai-Asahan.
Nasir mengatakan, sebagai nelayan yang hanya memiliki
kapal kecil tidak mungkin dirinya bisa menyekolahkan empat anaknya apa lagi
membeli peralatan rumah tangga yang bisa dibilang lumayan mewah. Itu semua
diakui Nasir diperolehnya dari hasil kerjanya selama dua tahun bekerja sebagai
penglangsir narkoba di tengah laut.
kapal kecil tidak mungkin dirinya bisa menyekolahkan empat anaknya apa lagi
membeli peralatan rumah tangga yang bisa dibilang lumayan mewah. Itu semua
diakui Nasir diperolehnya dari hasil kerjanya selama dua tahun bekerja sebagai
penglangsir narkoba di tengah laut.
Nasir mengaku, istri dan anak-anaknya tidak ada yang tahu
pekerjaannya jika ia melangsir narkoba. Nasir mengaku setiap dua atau tiga hari
sekali dirinya akan dimintai tolong oleh temannya sesama nelayan dan diberi upah
Rp2 juta sampai Rp4 juta untuk mengambil barang di perairan Selat Malaka
tergantung dengan banyak atau sedikitnya barang yang dijemputnya. Di sana (perairan Malaka)
akan menunggu kapal besar yang siap menurunkan barang untuk dibawa Nasir dengan
menggunakan sampannya untuk dibawa ke Tanjungbalai.
pekerjaannya jika ia melangsir narkoba. Nasir mengaku setiap dua atau tiga hari
sekali dirinya akan dimintai tolong oleh temannya sesama nelayan dan diberi upah
Rp2 juta sampai Rp4 juta untuk mengambil barang di perairan Selat Malaka
tergantung dengan banyak atau sedikitnya barang yang dijemputnya. Di sana (perairan Malaka)
akan menunggu kapal besar yang siap menurunkan barang untuk dibawa Nasir dengan
menggunakan sampannya untuk dibawa ke Tanjungbalai.
Hanya saja sampan yang dibawa Nasir tidak dibolehkan
masuk ke daerah ramai penduduk atau pun Pelabuhan Teluk Nibung. Barang yang
dibawa Nasir dari Selat Malaka itu harus dibawa ke Tanjungbalai, Asahan, atau
pun Labura melalui jalur tikus (alur sungai). Di sana nantinya akan ada yang menunggu
kedatangan Nasir.
masuk ke daerah ramai penduduk atau pun Pelabuhan Teluk Nibung. Barang yang
dibawa Nasir dari Selat Malaka itu harus dibawa ke Tanjungbalai, Asahan, atau
pun Labura melalui jalur tikus (alur sungai). Di sana nantinya akan ada yang menunggu
kedatangan Nasir.
Masih dari Nasir, biasanya transaksi membawa barang dari
perairan Selat Malaka itu dilakukan pada malam hari agar sampai ke lokasi
pengiriman pada saat subuh dini hari. Nasir mengakui, awalnya ia bingung
mengikuti ajakan dari temannya sesama nelayan. Namun setelah sampai di Selat
Malaka, Nasir terkejut, ternyata sudah ada belasan kapal nelayan kecil yang
mengelilingi kapal besar untuk mengambil barang yang akan dibawa masuk ke
Tanjungbalai.
perairan Selat Malaka itu dilakukan pada malam hari agar sampai ke lokasi
pengiriman pada saat subuh dini hari. Nasir mengakui, awalnya ia bingung
mengikuti ajakan dari temannya sesama nelayan. Namun setelah sampai di Selat
Malaka, Nasir terkejut, ternyata sudah ada belasan kapal nelayan kecil yang
mengelilingi kapal besar untuk mengambil barang yang akan dibawa masuk ke
Tanjungbalai.
Setelah beberapa kali melakukan transaksi, akhirnya Nasir
baru menyadari bahwa barang yang diambilnya dari kapal besar di Selat Malaka
itu adalah narkoba. Namun karena memikirkan keuntungan yang cukup besar untuk
membawa barang tersebut masuk ke Tanjungbalai, Nasir dan para nelayan kecil
lainnya mau juga membawanya.
baru menyadari bahwa barang yang diambilnya dari kapal besar di Selat Malaka
itu adalah narkoba. Namun karena memikirkan keuntungan yang cukup besar untuk
membawa barang tersebut masuk ke Tanjungbalai, Nasir dan para nelayan kecil
lainnya mau juga membawanya.
Menurut Nasir, barang haram itu biasanya disimpan dalam
plastik, dan dimasukkan ke dalam fiber ikan lalu ditutupi/ditimpa dengan ikan
hasil tangkapan nelayan. Hal ini dilakukan guna mengelabui dan menghindari kecurigaan
aparat.
plastik, dan dimasukkan ke dalam fiber ikan lalu ditutupi/ditimpa dengan ikan
hasil tangkapan nelayan. Hal ini dilakukan guna mengelabui dan menghindari kecurigaan
aparat.
Sengaja digunakan jasa nelayan kecil karena sampan
nelayan bisa masuk ke jalur tikus. Jika menggunakan kapal yang sedang akan
sulit dan biasanya ada razia yang digelar petugas.
nelayan bisa masuk ke jalur tikus. Jika menggunakan kapal yang sedang akan
sulit dan biasanya ada razia yang digelar petugas.
“Kalau ondak melihat transaksinyo malam saja adek datang.
Datang lah kamu jam 8 malam. Biar kutunjukan bagaimana kami mengambilnyo. Di sana di Selat Malaka
nanti kamu bisa melihat banyak kapal nelayan kocil yang akan merapat ke kapal
bosar untuk mengambil barang haram itu. Dalam setiap transaksi bisa 6 sampai 9
kapal kocil yang mendekati kapal bosar itu. Lalu kapal kocil itu ak kan berangkat
mengantarkan barang kiriman melalui jalur tikus di sepanjang aliran sungai.
Biasa kami merapat ke aliran sungai sekitar jam 2 sampai jam 4 malam (subuh
dini hari). Jika sudah lewat jam 5 subuh hanya lah. Bisa-bisa kami ditangkap
polisi atau Polairud atau Bea Cukai,” katanya.
Datang lah kamu jam 8 malam. Biar kutunjukan bagaimana kami mengambilnyo. Di sana di Selat Malaka
nanti kamu bisa melihat banyak kapal nelayan kocil yang akan merapat ke kapal
bosar untuk mengambil barang haram itu. Dalam setiap transaksi bisa 6 sampai 9
kapal kocil yang mendekati kapal bosar itu. Lalu kapal kocil itu ak kan berangkat
mengantarkan barang kiriman melalui jalur tikus di sepanjang aliran sungai.
Biasa kami merapat ke aliran sungai sekitar jam 2 sampai jam 4 malam (subuh
dini hari). Jika sudah lewat jam 5 subuh hanya lah. Bisa-bisa kami ditangkap
polisi atau Polairud atau Bea Cukai,” katanya.
Masih dari Nasir, dalam sekali membawa barang yang
diambilnya dari kapal di Selat Malaka katanya ia biasa membawa 1 kg sampai 5 kg
sabu dan dalam seminggu dia bisa melakukanya dua sampai 3 kali.
diambilnya dari kapal di Selat Malaka katanya ia biasa membawa 1 kg sampai 5 kg
sabu dan dalam seminggu dia bisa melakukanya dua sampai 3 kali.
“Kalau menurut aku setiap minggunyo puluhan kilogram lah
barang yang dibawa para nelayan itu. Tapi tidak pulak semuanyo dibawa satu
kapal, barang tuh ya dibagi dalam 6 sampai 9 kapal. Paling sedikitnyo ya 6 kapal
lah mengambil barang tuh bisa jadi 9 atau bahkan sampai 12 kapal. Kalau
seminggu kalikan sajo sendiri, berapa banyak narkoba yang diselundupkan. Kalau
aku tak tau pulak menghitungnyo. Tapi janji kamu yo jangan kasih tahu dari aku
informasi ini, nanti anak istriku yang jadi taruhanyo,” katanya.
barang yang dibawa para nelayan itu. Tapi tidak pulak semuanyo dibawa satu
kapal, barang tuh ya dibagi dalam 6 sampai 9 kapal. Paling sedikitnyo ya 6 kapal
lah mengambil barang tuh bisa jadi 9 atau bahkan sampai 12 kapal. Kalau
seminggu kalikan sajo sendiri, berapa banyak narkoba yang diselundupkan. Kalau
aku tak tau pulak menghitungnyo. Tapi janji kamu yo jangan kasih tahu dari aku
informasi ini, nanti anak istriku yang jadi taruhanyo,” katanya.
Pengakuan Nasir ini benar-benar sesuai dengan pengakuan
dari Rasito tersangka pelaku pengedar narkoba yang ditangkap pihak Polres
Tanjungbalai beberapa waktu lalu. Sesuai pengakuan Rasito kepada petugas yang
menangkapnya, Rasito selaku Kapten Kapal Fery Atlantic Ocean, Kapal Fery
penumpang yang melayani rute Tanjungbalai-Portklang Malaysia mengatakan
pihaknya lah yang bertugas sebagai kurir.
dari Rasito tersangka pelaku pengedar narkoba yang ditangkap pihak Polres
Tanjungbalai beberapa waktu lalu. Sesuai pengakuan Rasito kepada petugas yang
menangkapnya, Rasito selaku Kapten Kapal Fery Atlantic Ocean, Kapal Fery
penumpang yang melayani rute Tanjungbalai-Portklang Malaysia mengatakan
pihaknya lah yang bertugas sebagai kurir.
Dalam satu minggu bisa pihaknya membawa tiga sampai empat
kali membawa barang haram itu dari Negara tetangga Malaysia. Menurut Rasito jumlah
yang dibawa berpariasi, terkadang 25 Kg, dan terkadang sampai 30 Kg. Dan hal
ini sudah dilakukannya sejak dua tahun terakhir.
kali membawa barang haram itu dari Negara tetangga Malaysia. Menurut Rasito jumlah
yang dibawa berpariasi, terkadang 25 Kg, dan terkadang sampai 30 Kg. Dan hal
ini sudah dilakukannya sejak dua tahun terakhir.
Pengakuan Rasito jelas membuat masyarakat kota Tanjungbalai kaget.
Tak terbayangkan sudah berapa ton narkoba jenis sabu-sabu yang masuk ke
Indonesia melalui pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai sepajang dua tahun
terakhir yang dibawa oleh Rasito dengan menggunakan Kapal fery penompang
Atlantic Ocean dimana Rasito Sebagai Kapten nya, begitu lihaikah Rasito dengan
teman temannya bermain, sehingga pihak petugas baik dari pihak BC yang setiap
ada kapal yang keluar masuk dari Negara luar dan sebaliknya ke pelabuhan
Teluk Nibung tak luput dari pemeriksaan pihak BC pelabuhan Teluk Nibung, namun
narkoba yang dibawa oleh Rasito tetap lolos.
Tak terbayangkan sudah berapa ton narkoba jenis sabu-sabu yang masuk ke
Indonesia melalui pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai sepajang dua tahun
terakhir yang dibawa oleh Rasito dengan menggunakan Kapal fery penompang
Atlantic Ocean dimana Rasito Sebagai Kapten nya, begitu lihaikah Rasito dengan
teman temannya bermain, sehingga pihak petugas baik dari pihak BC yang setiap
ada kapal yang keluar masuk dari Negara luar dan sebaliknya ke pelabuhan
Teluk Nibung tak luput dari pemeriksaan pihak BC pelabuhan Teluk Nibung, namun
narkoba yang dibawa oleh Rasito tetap lolos.
Atau memang Rasito diberi kebebasan untuk membawa
narkoba berpuluh-puluh kilogram dalam satu minggu tiga sampai empat kali.
Bayangkan selama dua tahun Rasito memainkan perannya sebagai kurir narkoba
internasional tanpa tercium oleh pihak petugas BC maupun pihak polisi di
Tanjungbalai. Berarti ada yang tidak beres di pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai yang
perlu untuk diungkap.
narkoba berpuluh-puluh kilogram dalam satu minggu tiga sampai empat kali.
Bayangkan selama dua tahun Rasito memainkan perannya sebagai kurir narkoba
internasional tanpa tercium oleh pihak petugas BC maupun pihak polisi di
Tanjungbalai. Berarti ada yang tidak beres di pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai yang
perlu untuk diungkap.
Suatu hal yang mustahil jika Rasito bisa bebas melakukan
perannya sebagai kurir membawa narkoba berpuluh kilo dalam satu minggu melalui
pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai, jika
tidak ada berada di Pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai. Dan kecurigaan kita pada
pihak Polres Tanjungbalai juga perlu untuk dipertanyakan, kemana pihak Polres
Tanjungbalai, sehingga jaringan narkoba internasional yang bercokol selama dua
tahun di kota
Tanjungbalai luput dari pengawasan.
perannya sebagai kurir membawa narkoba berpuluh kilo dalam satu minggu melalui
pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai, jika
tidak ada berada di Pelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai. Dan kecurigaan kita pada
pihak Polres Tanjungbalai juga perlu untuk dipertanyakan, kemana pihak Polres
Tanjungbalai, sehingga jaringan narkoba internasional yang bercokol selama dua
tahun di kota
Tanjungbalai luput dari pengawasan.
Kembali ke Nasir, masih menurut Nasir, selama ini
keberadaan BNNK di Kota Tanjungbalai dalam memberantas narkoba memang sudah
cukup aktif. Begitu juga dengan Bea Cukai, Polres Tanjungbalai, dan Polairud.
Namun para mafia bandar narkoba ini semakin lihai saja dalam menyelundupkan
narkoba. Terbukti ada beberapa oknum polisi di jajaran Polres Tanjungbalai yang
tertangkap sebagai bandar sabu.
keberadaan BNNK di Kota Tanjungbalai dalam memberantas narkoba memang sudah
cukup aktif. Begitu juga dengan Bea Cukai, Polres Tanjungbalai, dan Polairud.
Namun para mafia bandar narkoba ini semakin lihai saja dalam menyelundupkan
narkoba. Terbukti ada beberapa oknum polisi di jajaran Polres Tanjungbalai yang
tertangkap sebagai bandar sabu.
“Walau BNN, Polres, Bea Cukai, Polairud sudah cukup
gencar melakukan penangkapan terhadap pengedar, bandar, pengecer, narkoba,
namun itu bolum lah seberapa. Para mafia nih
lobih pintar lagi. Buktinya di Tanjungbalai saja dalam tahun 2016 ini sudah ada
ompat oknum polisi yang ditangkap karena diduga menjadi bandar. Nah aku pun
sompatnyo tergiur makanya dulu tuh aku mau mengambil sabu di tengah laut. Tapi
akhirnya istriku tahu kalau aku bekerja tak halal, makanyo marah istriku
samaku, ondak dicoraikannyo aku. Jadi berhenti lah aku jadi pengambil narkoba
di laut. Sudah ada 1 tahun aku tak lagi mengambil narkoba di tengah laut. Kalau
tidak sudah kaya lah aku. Nah kawan kau ini si Cobra juga dulunya jual narkoba.
Tapi dia ditangkap dan dihukum 4 tahun. Sejak dipenjara istrinya lari lah sama
laki-laki lain, sekarang duda lah kawanmu ini,” ucap Nasir sambil tertawa.
(bersambung)
gencar melakukan penangkapan terhadap pengedar, bandar, pengecer, narkoba,
namun itu bolum lah seberapa. Para mafia nih
lobih pintar lagi. Buktinya di Tanjungbalai saja dalam tahun 2016 ini sudah ada
ompat oknum polisi yang ditangkap karena diduga menjadi bandar. Nah aku pun
sompatnyo tergiur makanya dulu tuh aku mau mengambil sabu di tengah laut. Tapi
akhirnya istriku tahu kalau aku bekerja tak halal, makanyo marah istriku
samaku, ondak dicoraikannyo aku. Jadi berhenti lah aku jadi pengambil narkoba
di laut. Sudah ada 1 tahun aku tak lagi mengambil narkoba di tengah laut. Kalau
tidak sudah kaya lah aku. Nah kawan kau ini si Cobra juga dulunya jual narkoba.
Tapi dia ditangkap dan dihukum 4 tahun. Sejak dipenjara istrinya lari lah sama
laki-laki lain, sekarang duda lah kawanmu ini,” ucap Nasir sambil tertawa.
(bersambung)