KISARAN– Kepercayaan yang tinggi serta dan tidak takut gagal mengantarkan M Ridwan Daulay (41), sukses menekuni bisnis pembibitan lele di daerah tempat tinggalnya, Jalan Mentimun, Lingkungan V, Kelurahan Siumbut Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Asahan. Tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga kepada warga sekitar di lingkungannya.
Kini, pria berkepala plontos bertitel sarjana hukum ini punya segudang penghargaan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, terutama dalam pembibitan ikan air tawar. Hampir setiap tahun berturut-turut, ia menyabet penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Asahan sebagai penerima sertifikat cara pembenihan ikan yang baik oleh Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang.
Menjadi sukses bukan berarti Ridwan Daulay tidak pernah gagal. Ia bercerita bahwa sebelum pada pencapaian sekarang, dulu dia bolak-balik jatuh bangun dalam pembesaran maupun pembibitan lele. Sejak tahun 2012, dia bersama beberapa warga lain di daerahnya membentuk kelompok peternak ikan dan memburu bantuan bibit ikan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Asahan.
“Jadi ceritanya saya ini kesal pada warga. Setiap kali mendapat bantuan bibit ikan dari dinas, tingkat keberhasilannya itu kecil,” ujarnya kepada wartawan saat disambangi dilokasi usahanya, Rabu (21/12).
Kegagalan yang dialami kelompoknya itu membuat dia semakin penasaran dan terus belajar dari berbagai sumber. Mulai dari membeli buku, berdiskusi dengan pegawai di Dinas Perikanan, sampai duduk berjam-jam membaca informasi di warnet.
Pada tahun 2013, dia hampir tidak pernah melewatkan agenda pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perikanan Asahan dan mulai mempraktikkan sendiri pelajaran yang dirangkumnya.
“Ketika itu, saya meyakinkan lagi orang dinas provinsi untuk mendapatkan bantuan. Tekat saya sudah bulat, Saya bilang punya lahan di belakang rumah untuk bikin kolam buatan,” ujarnya.
Bermodalkan bantuan 10 ribu bibit lele, terpal, pakan dan dalam tempo tiga bulan ternyata dia sukses menghasilkan panen sekitar 750 kilogram lele atau setara dengan Rp140 juta.
Kini, dia mengembangkan pembudidayaan bibit lele dengan sistem plasma atau kemitraan. Ada belasan petani yang dibina dalam kelompoknya yang secara bersama bersama-sama mengembangkan usaha pembudidayaan lele dengan sistem manajemen kelompok, dimulai dari pembenihan, pembesaran hingga penjualan.
Di pekarangan belakang rumahnya, Ridwan kini memiliki 16 kolam pembenihan dan 5 kolam pembesaran. Dengan 20 pasang induk yang setiap pasangnya dalam waktu tiga bulan sekali dapat menghasilkan 15 ribu bibit lele. Selain itu, dia juga membudidayakan cacing untuk makanan bibit lele yang ditampung dalam 196 pot.
Akibatnya, konsumennya pun tidak hanya berasal dari Asahan, tetapi sudah menjalar ke kabupaten tetangga seperti Batubara, Simalungun, dan Labuhan Batu. Karena dia meyakinkan konsumennya dengan memperoleh sertifikasi pembenihan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, dengan kategori baik sejak tahun 2015 lalu. Di kelurahannya, kini ada 11 orang petani serupa yang berwirausaha sebagai petani lele baik pembibitan maupun pembesaran yang kini menetapi usaha ini. (mar/dro/ma/int)