“Kebutuhan mendesak yang saat ini dibutuhkan adalah tenaga medis, obat-obatan, peralatan kesehatan, makanan siap saji, alat berat untuk keperluan evakuasi dan makanan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantor BNPB Jl Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (7/12).
Penanganan pasca gempa dilakukan personel gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, PMI dan Tagana. Tim juga membersihkan puing-puing reruntuhan untuk memastikan ada tidaknya korban yang masih tertimpa bangunan akibat guncangan gempa.
“Personel TNI mengerahkan 740 personel untuk melakukan penanganan darurat dari Tagana 50 personel, BPBD Pidie Jaya, BPBD Pidie dan tetangganya memberikan penanganan bantuan,” imbuhnya.
Hingga saat ini tercatat total 52 orang yang meninggal dunia yang mayoritasnya warga di Pidie Jaya. Sedangkan 73 orang mengalami luka berat dan 200 orang luka ringan.
“Diperkirakan korban masih bertambah mengingat masih terdapat beberapa warga yang saat ini diperkirakan masih tertimbun bangunan roboh sehingga tim SAR gabungan masih melakukan (pencarian),” sambung Sutopo.
Informasi diperoleh, korban meninggal gempa Aceh bertambah jadi 52 orang. Mayoritas korban meninggal berada di Kabupaten Pidie Jaya.
“Total korban 52 orang meninggal, 73 orang luka berat dan 200 luka ringan,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Hal itu disampaikan Sutopo dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2016).
Sutopo merinci korban meninggal, luka berat dan luka ringan di:
– Kabupaten Pidie Jaya
50 orang meninggal dunia dari anak-anak, dewasa dan lansia. Dari 50 orang meninggal 4 di antaranya sudah berhasil didentifikasi.
70 orang luka berat
122 orang luka ringan
– Kabupaten Bireun
2 orang meninggal dunia
3 orang luka berat
78 orang luka ringan