Batubara, Tanjungbalai, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan dan
daerah lainnya di Nusantara, pasti mengenal yang namanya bubur pedas.
anak muda dan anak-anak banyak yang menyukai makanan ini. Entah kenapa, sekarang
bubur sangat jarang ditemui baik di rumah makan tradisional di wilayah Provinsi
Sumatera Utara khususnya di wilayah Asahan, Tanjungbalai, Batubara, Labuhanbatu.
Ramadhan, yang dijual para penjual makanan berbuka puasa (takjil),
Kalimantan, Sumatera pasti punya cerita
tersendiri akan kehadiran bubur pedas ini. Nah di wilayah Batubara dan Asahan
juga ada loh cerita akan kehadiran bubur pedas ini.
bubur pedas ini di Wilayah Asahan dan Batubara yang 10 tahun lalu masih
bergabung dalam 1 kabupaten. Ceritanya,
jujur, rajin dan tidak suka menyakiti hati orang lain.
Gadi tinggal di Asahan. Rumah yang mereka tempati hampir roboh. Suatu hari ada
pengumumam sayembara dari kerajaan Lima Laras untuk membuat bubur yang enak,
gurih namun tidak manis.
Karena ia sangat ingin sekali memperbaiki rumahnya yang roboh itu, maka ia pun
berusaha untuk membuat bubur keinginan raja itu. Namun tidaklah pernah
berhasil.
“Tidorlah Gadi, hari sudah malam, cemano mau buat bubur tak manis,
bukankah bubur itu pasti manis,” kata Mak Ijah.
Namun, Gadi tak pernah berhenti untuk mencobanya.
Gadi sambil membawakan bubour itu ke Mak Ijah.
itu tetap saja manis.
Hari sudah semakin gelap dan sunyi, angin pantai sudah tambah terasa dinginnya
namun Gadi tak bisa tidur. Ia hanya memikirkan bagaimana cara membuat bubur
yang enak, gurih namun tidak manis. Ia memimpikan memiliki rumah yang tidak
bocor lagi karena pemenang dari sayembara itu akan diberikan sebuah rumah oleh
kerajaan Lima Laras. Dengan demikian omaknya tidak perlu kerja keras untuk
memperbaiki rumahnya yang bocor itu.
Gadi sudah membuat beraneka macam bubur, bubur kacang hijau, bubur jagung,
bubur ketan, bubur pisang namun semua yang dimasaknya tetap memiliki rasa yang
manis. Sehingga membuat Gadi tambah kecewa.
Setiap Gadi ke kedai, semua orang telah membicarakan sayembara itu. Dan
akhirnya ada tetangga Gadi yang bertanya kepadanya.
kau itu pande masak,” ucap tetangganya.
seperti itu,” ucap Gadi.
Hingga suatu hari, saat pagi tiba, mak ijah pengen belanja sayuran ke pekan
Batubara yang terletak sekitar 3 km dari Lima Laras. Di sana mak Ijah dan Gadi berbelanja sedikit
udang, cumi-cumi, sotong, ikan, kepiting namun semua di borong.
Sesampai di rumah, mak Ijah dan Gadi ingin membagi tugas. Gadi belajar membuat
bubur lagi sesuai sayembara dan mak Ijah memasak untuk makan siang. Kali ini
mak Ijah memasak ayang toge dan menyiangi udang, sotong dan kepiting.
Namun, tiba-tiba datanglah Encik Zarah dengan marah-marah.
menumpahkan semua masakan mak Ijah ke dalam periuk bubur. Menangislah mak Ijah
dan Gadi karena masakan untuk makan siang dan buburnya sudah menjadi satu tidak
bisa dimakan lagi.
Namun, mak Ijah tetap mengaduk-aduk bubur yang menjadi satu itu sampai
benar-benar masak. Dan mereka pun makan sambil meneteskan air mata. Namun,
siapa disangka makanan tersebut, enak, gurih dan pedas. Dan mereka pun berfikir
untuk mengikuti sayembara dari Kerajaan Lima Laras dengan bubur yang tidak
sengaja dimasaknya itu karena ulah Encik Zarah.
Dan ketika sayembara dimulai, begitu banyak sekali masyarakat yang ikut
sayembara. Dan saat waktu sudah habis maka Raja pun mencicipi masakan yang
dimasak oleh rakyatnya. Namun sayang, sudah hampir semua bubur yang dicobanya
tetap saja berasa manis. Dan akhirnya tiba di bubur hasil masakan mak Ijah dan
Gadi, dan rajapun sangat menyukainya.
“Panglima, panggil pemasak bubur ini.” Perintah Raja. Mak Ijah dan
Gadi pun menghadap.
“Apa nama bubur ini?” tanya Raja. Gadi pun menjawab “Maaf
paduka, kami belum menyiapkan mana bubur ini.”
karena bubur ini tidak manis melainkan pedas maka saya beri nama dengan nama
BUBUR PEDAS, dimana bubur ini akan menjadi bubur kerajaan Lima Laras. Dan
sebagai hadiahnya kami akan memberikan sebuah rumah kepada kalian,” kata
raja.