Tanjungbalai-Akibat angin kencang,
ratusan boat fiser tidak brangkat kelaut. Para nelayan memilih untuk
menambatkan kapalnya.
ratusan boat fiser tidak brangkat kelaut. Para nelayan memilih untuk
menambatkan kapalnya.
Salah seorang nelayan Muhammad
Adam (28) warga Kelurahan Muara Sentosa, Kecamatan Sei Tualang Raso
Tanjungbalai menuturkan, sejak 2 bulan terakhir, ratusan boat sudah pulang
melaut dan kini ratusan boat bertambat di tangkahan yang ada di Teluk Nibung.
Adam (28) warga Kelurahan Muara Sentosa, Kecamatan Sei Tualang Raso
Tanjungbalai menuturkan, sejak 2 bulan terakhir, ratusan boat sudah pulang
melaut dan kini ratusan boat bertambat di tangkahan yang ada di Teluk Nibung.
Menurut Adam, kencangnya angin
bisa membahayakan keselamatan para nelayan. Di mana kapal nelayan bisa karam
dan terbalik akibat terkena angin ditambah ombak yang cukup tinggi.
bisa membahayakan keselamatan para nelayan. Di mana kapal nelayan bisa karam
dan terbalik akibat terkena angin ditambah ombak yang cukup tinggi.
Adam menceritakan, untuk menuju
ke Natuna, para nelayan harus melalui perjalanan panjang. Selama perjalanan banyak
pulau yang dilalui seperti Pulau Aras, Pulau Sawang bahkan boat fiser sampai ke
perbatasan laut Thailand dan Laut Cina Selatan.
ke Natuna, para nelayan harus melalui perjalanan panjang. Selama perjalanan banyak
pulau yang dilalui seperti Pulau Aras, Pulau Sawang bahkan boat fiser sampai ke
perbatasan laut Thailand dan Laut Cina Selatan.
Masih dari Adam, hasil
tangkapan ikan paling banyak adalah ikan selayar, ogak, dencis dan ikan KKO mata
besar. Setelah melaut, ikan tersebut dijual kepada tokeh.
tangkapan ikan paling banyak adalah ikan selayar, ogak, dencis dan ikan KKO mata
besar. Setelah melaut, ikan tersebut dijual kepada tokeh.
Beberapa nelayan lainnya mengaku enggan melaut akibat
kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
“Dari pada mati sia sia ditelan air laut lebih baik kita
pulang. Hanya yang menjadi pemikiran apabila kita pulang tidak membawa hasil
tangkapan ikan, istri dan anak mau makan apa? Kalau tokehnya baik kita bisa
meminjam uang untuk biaya hidup keluarga selama tidak melaut,” kata Agus (45)
salah seorang nelayan di Tanjungbalai.
pulang. Hanya yang menjadi pemikiran apabila kita pulang tidak membawa hasil
tangkapan ikan, istri dan anak mau makan apa? Kalau tokehnya baik kita bisa
meminjam uang untuk biaya hidup keluarga selama tidak melaut,” kata Agus (45)
salah seorang nelayan di Tanjungbalai.
Senada dikatakan Abdulah (43). Menurut Abdulah tingginya
gelombang membuat para nelayan takut untuk melaut. Pasalnya jika ada nelayan yang
tetap melaut diyakini kapal mereka akan tergulung ombak.
gelombang membuat para nelayan takut untuk melaut. Pasalnya jika ada nelayan yang
tetap melaut diyakini kapal mereka akan tergulung ombak.
Abdulah berharap, ada wadah yang menampung para nelayan
seperti koperasi atau perkumpulan nelayan agar saat nelayan tidak melaut mereka
bisa meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
seperti koperasi atau perkumpulan nelayan agar saat nelayan tidak melaut mereka
bisa meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
Syafrik warga Kecamatan Sei Tualang Raso Tanjungbalai
menambahkan, koperasi atau
menambahkan, koperasi atau
perkumpulan nelayan tradisional hendaknya dapat melindungi
nasib para nelayan, mulai dari perlindungan keselamatan kerja, perekonomian,
dan lainnya.
nasib para nelayan, mulai dari perlindungan keselamatan kerja, perekonomian,
dan lainnya.
Sementara ketua Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia
(PNTI) Sumut Sangkoat Sirait SAg mengaku pihaknya saat ini sedang menggodok
suatu rancangan agar para nelayan bisa hidup sejahtera.
(PNTI) Sumut Sangkoat Sirait SAg mengaku pihaknya saat ini sedang menggodok
suatu rancangan agar para nelayan bisa hidup sejahtera.
Pemerintah Diharap Asuransikan Nelayan
Asosiasi Kelompok Usaha Tani dan Nelayan Kota Medan berharap
pemerintah mengalokasikan anggaran untuk mendukung program asuransi bagi ribuan
nelayan tradisional di daerah itu.
pemerintah mengalokasikan anggaran untuk mendukung program asuransi bagi ribuan
nelayan tradisional di daerah itu.
“Saat ini sedikitnya 10 ribu nelayan tradisional di pesisir
Kota Medan dan sekitarnya belum dilindungi program asuransi,” kata Ketua
Asosiasi Kelompok Usaha Tani dan Nelayan Kota Medan Azhar Ong, di Medan.
Kota Medan dan sekitarnya belum dilindungi program asuransi,” kata Ketua
Asosiasi Kelompok Usaha Tani dan Nelayan Kota Medan Azhar Ong, di Medan.
Menurutnya, nelayan tradisional perlu dilindungi asuransi
karena aktivitas mereka saat melaut rentan menimbulkan risiko kecelakaan.
karena aktivitas mereka saat melaut rentan menimbulkan risiko kecelakaan.
Salah satu paket bantuan yang perlu disiapkan bagi nelayan
saat mereka menghadapi musibah kecelakaan laut adalah asuransi jiwa dan
asuransi kesehatan.
saat mereka menghadapi musibah kecelakaan laut adalah asuransi jiwa dan
asuransi kesehatan.
Diakuinya, sebagian besar kepala keluarga nelayan di daerah
itu hingga saat ini masih kesulitan untuk ikut serta dalam program asuransi
jiwa maupun kesehatan karena pendapatan mereka relatif minim.
itu hingga saat ini masih kesulitan untuk ikut serta dalam program asuransi
jiwa maupun kesehatan karena pendapatan mereka relatif minim.
“Kedapatan nelayan tradisional saat ini umumnya tergolong
minim,” ujarnya.
minim,” ujarnya.
Karena itu, kata Azhar, mutlak dibutuhkan peran dan dukungan
pemerintah dalam hal mengaloksikan anggaran untuk membiayai kepesertaan nelayan
dalam program asuransi.
pemerintah dalam hal mengaloksikan anggaran untuk membiayai kepesertaan nelayan
dalam program asuransi.
Selain nelayan tradisional, pihaknya juga berharap
pemerintah dan kalangan pengusaha perikanan membantu mengikutrsertakan para
pekerja kapal ikan dalam program asuransi jiwa.
pemerintah dan kalangan pengusaha perikanan membantu mengikutrsertakan para
pekerja kapal ikan dalam program asuransi jiwa.
“Penghasilkan para pekerja atau
buruh di kapal ikan selama ini masih ada di bawah Rp50 ribu per hari, sedangkan
pekerjaan mereka sangat berisiko,” tambahnya. (ilu/syaf)
buruh di kapal ikan selama ini masih ada di bawah Rp50 ribu per hari, sedangkan
pekerjaan mereka sangat berisiko,” tambahnya. (ilu/syaf)