SIDIMPUAN- Keajaiban terjadi dalam kehidupan pasangan suami istri Indra Datuk Namora Harahap (35) dan Supriadewi (32). Rumah mereka tertimbun longsor, Senin (5/12) pagi. Dalam peristiwa itu, anak bungsu mereka juga tertimbun selama 120 detik (dua menit, red). Dan, keajaiban itu adalah ketika bayi yang baru berusia sembilan bernama Bilal Riski Namora ditemukan selamat.
Pagi itu, Supriadewi dan ibunya, Mariati (52), sudah bangun. Ia langsung beraktivitas seperti biasa, mencuci pakaian di kamar mandi, meski hujan turun. Sedangkan penghuni rumah lainnya, suami dan ketiga anak mereka, Nabila Rahmadani (7), Dai Prima Namora (3) dan Bilal (9 bulan), masih terlelap.
Suaminya Datuk bersama Bilal tidur di kamar yang langsung berhadapan dengan dek penahan tanah di kawasan permukiman lereng bukit itu. Bilal tidur di sebelah dinding, di samping ayahnya. Sedangkan dua anak mereka yang lain itu tidur di kamar depan.
Lalu, sekitar pukul 06.00 WIB, dek penahan longsor dan menimbun rumah mereka yang beralamat di Gang Air Bersih Lingkungan III, Kelurahan Sitamiang Baru, Kecamatan Padangsidimpuan.
Saat terjadi longsor, Supriadewi yang berada di kamar mandi, sempat mendengar suara berisik dari arah atap. Ia diam saja. Ia pikir hewan liar yang melintas.
“Saat kejadian itu, saya dan Bilal di dalam kamar. Dia (Bilal) lagi tidur,” ungkap Indra, ayah Bilal, saat ditemui di lokasi kejadian, Senin (5/12).
Bapak tiga anak ini mengatakan, tiba-tiba dek penahan longsor dan menghantam dinding kamar tempatnya bersama Bilal Rizki Harahap, berada. Bahkan, saking terkejut, Indra mengaku tak sempat menarik putranya ketika longsor menimbun Bilal.
“Waktu kejadian kami lagi tiduran di kamar. Kondisi juga sedang hujan lebat. Tiba-tiba dinding kamar langsung rubuh ditimpa longsoran tanah. Karena terkejut, saya sampai tidak sempat menarik Bilal,” ungkap Indra.
Mengetahui Bilal tertimbun, Indra langsung memanggil istrinya, Supriadewi. Selanjutnya, mereka langsung mengorek timbunan tanah yang menimbun tubuh putranya. Saat panik menyerang, keajaiban itu datang. Tangan kiri Bilal terlihat keluar dari timbunan tanah. “Waktu kami cari, tangan kirinya ke luar dari timbunan. Saya tarik perlahan, rupanya ada batu yang menimpa. Suamiku kemudian mengangkat batu itu, baru Bilal bisa dikeluarkan,” cerita Supriadewi.
Supriadewi mengaku panik bukan kepalang. Ia berteriak agar anaknya segera mungkin diselamatkan dari timpaan tanah. Pasalnya, material tempat tidur dan tanah serta bebatuan menimbun anaknya. Ukuran batu yang menimpa tubuh Bilal cukup besar, bahkan mencapai ukuran tubuh bayi itu.
“Alhamdulillah, saat itu dia telentang, jadi masih bisa bernapas. Gak secara langsung batu itu menimpanya. Ada sekitaran dua menit. Untung saya masih melihat tangannya bergerak-gerak,” ungkapnya sambil terus menggendong bayi tangguh itu.
Usai diangkat, kondisi Bilal penuh luka dan lumpur, pada wajahnya terdapat luka, mulut dan sekujur tubuhnya penuh tanah. Secepatnya, mereka membawa anak itu ke klinik terdekat dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
Bilal mendapat 3 jahitan di kepala dan sekujur tubuhnya banyak terdapat luka lecet. Sementara pada bagian dalam, setelah dilakukan rontgen, tidak terdapat luka sama sekali.
Ternyata, Supriadewi juga memiliki firasat sesaat sebelum rumah mereka itu rubuh dan menimpa bayinya. Bahkan, sesaat sebelum peristiwa itu terjadi, kekhawatirannya akan kondisi rumah memuncak dan berharap tidak terjadi longsoran.
“Ada (Firasat), sekitar pukul 4 pagi kan saya sudah bangun. Dalam pikiran saya itu, bagaimana kalau rumah kami ini rubuh, karena hujan dan longsor. Baru malamnya juga, anak saya ini sering menangis, padahal biasanya gak rewel, dikasih susu pun masih menangis. Baru tidurnya juga sering berbolak-balik, pindah-pindah sampai dia tidurnya di sebelah dinding,” ungkapnya yang masih diselimuti perasaan trauma itu.
Saat ini seluruh korban telah mengungsi di rumah keluarga mereka yang berjarak tiga rumah dari kediaman awal mereka. (san/ma/int)